TRIBUNNEWS.COM - Inilah cara penyebaran Islam di Indonesia berdasarkan 6 jalur yang berbeda.
Terdapat berbagai pendapat mengenai proses masuknya Islam ke Kepulauan Indonesia, terutama perihal waktu dan tempat asalnya.
Hingga kemudian mengerucut pada 6 jalur cara penyebaran Islam di Indonesia, berdasarkan teori dan bukti temuan yang ada.
Jalur masuknya Islam ke Indonesia ini kemudian melahirkan sebuah interaksi antara ajaran Islam dengan penduduk Nusantara.
Wujud dari keberlangsungan interaksi yang hingga kini masih terlihat adalah banyaknya umat Muslim Indonesia yang menjalankan ibadah haji dan umrah.
Di samping itu, tidak sedikit para ulama dari Timur Tengah yang berkunjung ke Indonesia dalam rangka berdakwah.
Baca juga: Pengaruh Faktor Geografis Terhadap Keragaman Budaya di Indonesia
Lantas dari jalur mana saja cara penyebaran Islam di Indonesia?
Simak lebih lengkapnya jalur cara penyebaran Islam di Indonesia, mengutip buku Sejarah kelas 10 SMA/MA Kurikukulum 2013.
1. Jalur Pendidikan
Proses penyebaran Islam yang pertama yaitu dari para ulama, kiai, dan guru agama.
Mereka berperan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam.
Para tokoh ini menyelenggarakan pendidikan melalui pondok pesantren bagi para santri-santrinya.
Dari para santri inilah nantinya Islam akan disosialisasikan di tengah masyarakat.
Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain Pesantren Sunan Ampel di Surabaya dan Pesantren Sunan Giri di Giri.
Pada saat itu, terdapat berbagai kiai dan ulama yang dijadikan guru agama atau penasihat agama di kerajaan-kerajaan.
2. Jalur Perdagangan
Sarjana-sarjana Barat dari Negeri Belanda—mengatakan, bahwa Islam yang masuk ke Kepulauan Indonesia berasal dari Gujarat sekitar abad ke-13 M atau abad ke-7 H.
Baca juga: Ragam Kuliner Tradisional di Indonesia, Ada Jajanan hingga Minuman Kesehatan
Gujarat terletak di India bagian barat, berdekatan dengan Laut Arab.
Letaknya sangat strategis, berada di jalur perdagangan antara timur dan barat.
Pedagang Arab yang bermahzab Syafi’i telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal tahun Hijriyah (abad ke-7 M).
Saluran perdagangan merupakan tahap yang paling awal dalam tahap Islamisasi, yang diperkirakan dimulai pada abad ke-7 M dan melibatkan pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India.
Menurut Thome Pires, sekitar abad ke-7 sampai abad ke-16 lalu lintas perdagangan yang melalui Indonesia sangat ramai.
Dalam agama Islam siapapun bisa sebagai penyebar Islam, sehingga hal ini menguntungkan karena mereka melakukannya sambil berdagang.
Pada saluran ini, hampir semua kelompok masyarakat terlibat mulai dari raja, birokrat, bangsawan, masyarakat kaya, sampai menengah ke bawah.
Proses ini dipercepat dengan runtuhnya kerajan-kerajaan Hindhu-Budha.
3. Jalur Perkawinan
Tahap perkawinan merupakan kelanjutan dari tahap perdagangan.
Para pedagang yang datang lama-kelamaan menetap dan terbentuklah perkampungan yang dikenal dengan nama pekojan.
Tahap selanjutnya, para pedagang yang menetap ada yang membentuk keluarga dengan penduduk setempat dengan cara menikah, misalnya Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Manila.
Mengingat pernikahan Islam dengan agama lain tidak sah, maka penduduk lokal yang akan dinikahi harus memeluk Islam terlebih dahulu.
Penyebaran agama Islam dengan saluran ini berjalan lancar mengingat akan adanya keluarga muslim yang menghasilkan keturunan-keturunan muslim.
Hal itu mengundang ketertarikan penduduk lain untuk memeluk agama Islam.
Baca juga: Senam Irama: Pengertian, Manfaat, dan Macamnya
Adapun beberapa babad yang menceritakan adanya proses ini, di antaranya:
- Maulana Ishak menikahi Putri Blambangan dan melahirkan Sunan Giri
- Babad Cirebon diceritakan perkawinan antara Putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati
- Babad Tuban menceritakan perkawinan antara Raden Ayu Teja, Putri Adipati Tuban dengan Syekh Ngabdurahman
4. Jalur Kesenian
Penyebaran Islam melalui seni budaya dapat dilakukan memalui beberapa cara seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, tari, musik, dan sastra.
Saluran seni yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang dan musik.
Sunan Kalijaga merupakan salah satu wali yang aktif menyebarkan Islam menggunakan sarana wayang.
Cerita wayang diambil dari kisah Mahabarata dan Ramayana, tetapi oleh Sunan Kalijaga diseliptakan tokoh-tokoh dari pahlawan Islam.
Nama tertentu disebutnya sebagai simbol Islam, misalnya panah kalimasada, sebuah senjata paling ampuh, dihubungkan dengan kalimat syahadat.
Sementara untuk musik banyak dilakukan oleh Sunan Bonang.
Baca juga: Keanekaragaman Hayati di Indonesia: Hewan dan Tumbuhan
Karya Sunan Bonang yang paling populer adalah Tombo Ati, yang hingga hari ini masih dinyanyikan banyak orang.
Contoh lainnya antara lain Gamelan (oleh sunan Drajad) serta Ganding (lagu-lagu) yang berisi Syair-syair nasihat dan dasar - dasar Islam.
Kesenian yang telah berkembang sebelumnya tidak musnah, tetapi diperkaya oleh seni Islam (Akulturasi).
Penyebaran Islam juga tidak dapat di lepaskan dari peranan para Wali.
Ada Sembilan wali yang menyebarkan Islam yang dikenal dengan cara berdakwah, yang disebut juga Walisongo.
Berikut ini yang termasuk Wali Songo;
- Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik berasal dari Persia.
- Sunan Ampel atau Raden Rahmat.
- Sunan Drajat atau Syarifudin (putra Raden Rahmat)
- SunanBonang atau Mahdun Ibrahim (putra Raden Rahmat)
- Sunan Giri atau Raden Paku (murid Sunan Ampel).
- Sunan Kalijaga atau Joko Said.
- Sunan Kudus atau Jafar Sidiq.
- Sunan Muri atau Raden Umar Said.
- Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah.
5. Jalur Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan Allah dan memperoleh ridha-Nya.
Kata "tasawuf" sendiri biasanya berasal di kata "sufi" yang berarti Kain Wol yang terbuat dari bulu Domba.
Jalur penyebaran Islam melalui tasawuf berperan dalam membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia.
Hal ini dimunginkan karena sifat tasawuf yang memberikan kemudahan dalam pengkajian ajarannya karena disesuaikan dengan alam pikiran masyarakatnya.
Baca juga: Mengenal Budaya Lokal di Indonesia, Ada Tradisi hingga Permainan Tradisional
Bukti-bukti mengenai hal ini dapat diketahui dari Sejarah Banten, Babad Tanah Jawi, dan Hikayat Raja-raja Pasai.
Ajaran Tasawuf ini masuk ke indonesia sekitar Abad ke-13, tetapi baru berkembang Pesat sekitar Abad ke-17, dan mazhab yang pelinga berpengaruh adalah Mazhab Syafi’i.
Tokoh-tokoh tasawuf di Indonesia, antara lain Hamzah Fansyuri, Syamsuddin as Sumatrani, Nur al Din al Raniri, Abdul al Rauf, Syekh Siti Jenar, dan Sunan Bonang.
6. Jalur Politik
Kekuasaan raja-raja Nusantara memiliki peranan sangat besar dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Ketika seorang raja memeluk Islam, maka secara tidak langsung rakyat akan mengikuti.
Dengan demikian, setelah agama Islam mulai tumbuh di masyarakat.
Kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan penyebaran agama.
Seperti halnya yang dilakukan Sultan Demak yang mengirimkan pasukannya di bawah Fatahilah untuk menduduki wilayah Jawa Barat.
Kemudian beliau memerintahkan untuk menyebarkan agama Islam.
(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)