TRIBUNNEWS.COM - Simak kunci jawaban buku tematik tema 1 kelas 5 SD subtema 2 pembelajaran 2 Halaman 71 dalam artikel ini.
Pada Buku Tematik Tema 1 Kelas 5 Subtema 2 mempelajari tentang 'Manusia dan Lingkungan'.
Pada halaman 71, siswa diminta menemukan ide pokok masing-masing paragraf dari bacaan 'Penyandang Cacat yang Sukses'.
Namun sebelumnya, siswa perlu membaca bacaan tersebut terlebih dahulu.
Inilah kunci jawaban Buku Tematik Tema 1 kelas 5 SD subtema 2 pembelajaran 2 halaman 71
Baca juga: Kunci Jawaban Tema 1 Kelas 6 SD Halaman 148 Subtema 3 Pembelajaran 5 Buku Tematik
Berdasarkan bacaan di atas, temukan ide pokok masing-masing paragrafnya.
Jawaban:
- Paragraf 1
Ide pokok: Sidik lahir dengan kondisi yang memprihatinkan, ia tak memiliki kedua kaki mulai dari pangkal paha.
- Paragraf 2
Ide pokok: Meski tubuhnya tak sempurna, sejak kecil Sidik tidak pernah mau merepotkan orang lain.
- Paragraf 3
Ide pokok: Setelah bertahun-tahun bekerja di Yayasan Swa Prasidya Purna tetapi tidak menghasilkan materi berarti, Sidik memilih keluar dan mencari pekerjaan lain.
- Paragraf 4
Ide pokok: Modalnya ketika itu sumbangan dari Pemda DKI sebesar satu juta rupiah.
- Paragraf 5
Ide pokok: Sidik juga sudah memiliki merek lengkap dengan cap di pembungkus produknya.
- Paragraf 6
Ide pokok: Beruntung, ada seorang pengusaha lokal yang melihat kegigihan Sidik dan akhirnya menyumbangkan sebuah sepeda motor untuk operasional usaha.
- Paragraf 7
Ide pokok: Saat ini Sidik terus mengembangkan pemasaran produknya.
- Paragraf 8
Ide pokok: Kini, dari hasil usahanya, Sidik mengantongi keuntungan berkisar 1 sampai 2 juta rupiah perbulan.
Bacaan Teks Halaman 69-70
Ayo Membaca
Baca juga: Kunci Jawaban Kelas 5 SD Tema 1 Halaman 32 33 34 35 36 Kurikulum 2013
Penyandang Cacat yang Sukses
Sidik lahir dengan kondisi yang memprihatinkan. Dia tak memiliki kedua kaki mulai dari pangkal paha. Boleh dibilang, tubuhnya hanya separuh. Sebelum menggunakan kursi roda, dia mengayunkan dua tangan guna menyeret tubuhnya untuk berjalan.
Meski tubuhnya tak sempurna, sejak kecil Sidik tidak pernah mau merepotkan orang lain. Ia selalu berusaha melakukan semua aktivitasnya sendiri. Dia juga tidak mau dipapah atau digendong.
“Saya tidak mau dikasihani orang. Saya ingin sukses bukan karena orang kasihan kepada saya, tetapi karena kerja keras saya,” katanya lugas.
Setelah bertahun-tahun bekerja di Yayasan Swa Prasidya Purna tetapi tidak menghasilkan materi berarti, Sidik memilih keluar dan mencari pekerjaan lain. Dengan bekal ijazah diplomanya, dia diterima di sebuah perusahaan kontraktor sebagai staf personalia. Tapi belum lama dia bekerja, krisis moneter tahun 1998 menghantam dan perusahaannya terpaksa tutup. Maka, dimulailah periode Sidik menjadi pengangguran. Tetapi, dia tak mau lama-lama menganggur, Sidik mulai mengikuti berbagai kursus keterampilan yang diadakan oleh Pemda DKI bagi penyandang cacat. Salah satu kursus yang memikat perhatian Sidik ialah kursus membuat kerupuk dari singkong.
Modalnya ketika itu sumbangan dari Pemda DKI sebesar satu juta rupiah. Bersama istrinya, Sidik kemudian memulai usaha membuat kerupuk dari singkong.
“Dulu belum ada merek, plastik pembungkusnya masih polos.” katanya.
Pada awal produksi dia memproduksi sekitar 100 bungkus kerupuk berukuran 2 ons dari bahan baku singkong sebanyak 10 kilogram.
“Namanya juga pertama, kerupuk dagangan saya baru habis setelah sebulan lebih,” katanya mengenang.
Namun kini, dari hanya mengolah 10 kilogram singkong, Sidik mengolah sedikitnya 50 hingga 100 kilogram singkong setiap bulannya.
Baca juga: Kunci Jawaban Tema 1 Kelas 5 Halaman 107 Pembelajaran 5 Subtema 2, Menghubungkan Letak Otot-otot
Dia juga sudah memiliki merek lengkap dengan cap di pembungkus produknya.
“Saya beri nama merek Cap Gurame, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan ikan gurame, tetapi gurame adalah singkatan dari Gurih, Renyah, Enak,” katanya tersenyum. “Kalau nanti ada uang lebih, merek ini saya mau patenkan.” tambahnya.
Beruntung, ada seorang pengusaha lokal yang melihat kegigihan Sidik dan akhirnya menyumbangkan sebuah sepeda motor untuk operasional usaha.
“Namanya juga tidak punya kaki, saya sempat bingung juga, bagaimana mengendarainya?” Tetapi Sidik tak kehilangan akal, dia mendesain motornya agar tuas persneling dapat dioperasikan dengan tangan. Dengan bantuan tukang las, jadilah sebuah motor dengan tongkat besi tambahan yang ditempel di persneling dan injakan rem. Tidak lupa dia juga menempelkan gerobak di sampingnya untuk mengangkut muatan.
“Motor itu benar-benar membantu mobilitas dan produktivitas usaha saya.” ujar Sidik
Saat ini Sidik terus mengembangkan pemasaran produknya. Setiap hari dia masih berkeliling ke koperasi-koperasi atau warung di seluruh pelosok Ibukota. Bahkan saat Kabari mewawancarainya, dua kali telepon selulernya berbunyi dari orang yang meminta agar pasokan kerupuk “Cap Gurame” segera dikirim.
Kini, dari hasil usahanya, Sidik mengantongi keuntungan berkisar 1 sampai 2 juta rupiah perbulan. Meski jumlahnya kecil, apa yang diperbuat Sidik termasuk luar biasa. Dengan keadaan yang terbatas, dia menjadi enterpreuner sejati. Meminjam rumusnya Pak Ciputra, pengusaha dan dosen mata kuliah enterpreunership, bahwa Indonesia membutuhkan sedikitnya 20 persen penduduknya menjadi enterpreuner, barulah menjadi negara makmur, maka Sidik telah memulainya bertahun-tahun lalu. Jelaslah, Indonesia membutuhkan orang-orang gigih seperti Sidik.
Disclaimer:
- Jawaban di atas hanya digunakan oleh orang tua untuk memandu proses belajar anak.
- Soal ini berupa pertanyaan terbuka yang artinya ada beberapa jawaban tidak terpaku seperti di atas.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)