TRIBUNNEWS.COM - Universitas Terbuka (UT) merupakan satu-satunya perguruan tinggi negeri di Indonesia yang menerapkan kegiatan perkuliahan dengan sistem Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh atau PTTJJ.
Meskipun kegiatan pembelajaran lebih dilakukan secara online atau jarak jauh, namun kualitas dari mahasiswa lulusan UT tidak bisa dipandang sebelah mata.
Hal ini dibuktikan oleh Ngabdul Khalim, lulusan S1 Program Studi Sastra Inggris Universitas Terbuka yang berhasil meraih beasiswa LPDP dan melanjutkan studi S2 Jurusan English Linguistic di University College London (UCL), United Kingdom.
Bagi Khalim, pengalaman dan tantangan belajar yang dijalaninya selama menjadi mahasiswa UT dengan metode kuliah secara online sehingga dituntut untuk bisa belajar mandiri, ternyata justru sangat membantunya ketika melanjutkan pendidikan S2 di UCL.
Baca juga: PkM Internasional: Mahasiswa Universitas Terbuka Perkenalkan Budaya Indonesia di Hanoi
Mulai dari cara membagi waktu antara kuliah dan bekerja, belajar secara mandiri, hingga bagaimana menjaga komitmen dalam diri untuk menyelesaikan studi yang dijalani, semuanya dapat berjalan lancar berkat hari-hari yang ia lalui sebagai mahasiswa UT.
“Saat di UCL, memang kita ada belajar face to face (tatap muka) di kelas, tapi kita juga benar-benar harus belajar sendiri, ke perpustakaan sendiri, cari data sendiri, banyak hal yang harus dilakukan sendiri. Jadi, dosen hanya membimbing kita di ruang kelas saja,” ungkap Khalim kepada Tribunnews, Senin (13/11/2023).
Pengalaman studi di luar negeri
Menurut pria kelahiran 25 Januari 1993 ini, untuk bisa mewujudkan impiannya berkuliah di luar negeri, ia perlu serius menjalankan komitmennya dengan membuat study plan dan juga goal diri saat kuliah di UT.
Dengan begitu, ia bisa membuat roadmap dan memecahnya menjadi langkah-langkah kecil, agar apa yang ia lakukan bisa membawanya untuk mencapai titik tujuan dan impiannya.
“Belajar di UT harus menerapkan self discipline and motivation yang harus kita tumbuhkan dari dalam diri. Mungkin bagi yang kuliah sambil bekerja memang capek karena di samping bekerja, tapi juga belajar di UT dengan sistem yang full online sehingga kita harus mempunyai komitmen yang kuat dengan studi. Mau enggak mau harus buat study plan dan juga goal. Jadi, bisa memecahnya menjadi hal-hal kecil yang bisa dilakukan,” ujarnya.
Khalim tentu memiliki cerita tersendiri saat menempuh pendidikan S2 di luar negeri, terlebih dengan padatnya tugas dan kegiatan perkuliahan yang tak jarang membuatnya merindukan keluarga dan bahkan pernah membuatnya cukup stres.
Belum lagi culture shock yang harus dirasakannya baik dalam hal perbedaan budaya sehari-hari, interaksi dan komunikasi dengan mahasiswa dari berbagai negara, hingga dalam bidang akademik. Namun, hal itu bukan menjadi halangan bagi Khalim.
“Di UCL itu intellectually demanding, kita harus berjibaku dengan timeline belajar yang sudah ditentukan, jadi kita dituntut enggak cuma pintar secara intelektual saja tapi juga harus pintar secara personal, dapat membagi waktu, kalau enggak, bisa benar-benar stres,” ungkapnya.
Baca juga: Tribun Network Raih Penghargaan Citra Pararta pada Peringatan Dies Natalis Ke-39 Universitas Terbuka
Bukti lulusan UT mampu bersaing di kampus bergengsi
Khalim menyebut bahwa memilih UCL sebagai tempat untuk melanjutkan studi memang telah diperhitungkannya matang-matang. Jurusan English Linguistic yang dipilihnya juga sangat selaras dengan studi sarjana yang sudah di tempuhnya di Universitas Terbuka.
Tidak hanya dalam bidang akademik, Khalim juga aktif dan turut ambil bagian dengan mengemban tanggung jawab sebagai academic representative. Peran tersebut bisa dikatakan “ketua kelas” untuk bidang English Linguistic yang bertugas menjembatani aspirasi dari mahasiswa ke tingkat fakultas maupun universitas.
Keseriusan Khalim sebagai lulusan Universitas Terbuka dalam melanjutkan studi di perguruan tinggi ternama dunia pun membawanya lulus dari University College London dengan prestasi. Bahkan, proyek disertasinya mendapat predikat grade distinction atau lulus dengan memuaskan.
Sebagai anak bangsa yang telah sukses menjalani studi S2 di luar negeri dengan beasiswa LPDP, Khalim turut menunjukkan kontribusinya untuk masyarakat Indonesia, salah satunya lewat perusahaan startup buatannya yaitu ENGLISH++ Course yang memberikan konten belajar bahasa Inggris gratis yang bisa diakses oleh siapa saja.
“Untuk kontribusi sifatnya lebih personal, jadi bisa disesuaikan dengan kapasitas kita. Karena saya memang belajarnya fokus ke bahasa inggris, jadi fokus saya di bidang education (pendidikan),” ungkapnya.
Dalam kesempatannya sebagai pembicara Seminar Wisuda Universitas Terbuka, Khalim memaparkan materi dengan tema “Alumni UT: Dari UT ke PTUD (Perguruan Tinggi Utama Dunia)”. Terkait hal ini, Khalim menuturkan bahwa ia ingin membuktikan lulusan Universitas Terbuka sangat dapat bersaing dengan lulusan dari perguruan tinggi ternama lainnya di Indonesia untuk meneruskan studi di luar negeri.
“Pertama, bisa kok mahasiswa UT dapat beasiswa. Kedua, bisa kok mahasiswa UT masuk ke kampus dunia. Terakhir, bisa kok mahasiswa UT bersaing secara akademis di kampus-kampus bergengsi. Nyatanya saya bisa dapat distinction meskipun saat di UT saya kuliahnya full online di mana saya lebih banyak belajar mandiri,” jelasnya.
Terakhir, sebagai alumni dari Universitas Terbuka, Khalim berpesan agar mahasiswa dan lulusan UT untuk jangan minder menjadi bagian dari Universitas Terbuka dan tentunya tetap semangat serta menjaga komitmen untuk meraih goal yang ingin dicapai apapun tantangan yang dihadapi.
“Jangan minder dan keep going forward,” tutupnya.
Baca juga: Merespon Isu Terkini di Era VUCA, Universitas Terbuka Gelar “Open Society Conference 2023”