Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Universitas Padjadjaran (Unpad) menggagas Unpad EdEx yakni platform pembelajaran berbasis online yang didesain untuk para profesional.
Pembelajaran dalam jaringan (daring) ini ditargetkan akan menyerap 100 ribu tenaga kerja profesional.
CEO Unpad EdEx Mario Nicolas mengatakan, di era post-Covid, ada kebutuhan dari berbagai perusahaan untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan bagi para karyawan.
"Inisiatif ini kami luncurkan sejalan dengan cita-cita Unpad untuk bisa menjadi world-class university sekaligus menelurkan bibit SDM berkualitas untuk kemajuan ekonomi Indonesia kedepannya,” ungkapnya dalam kegiatan di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, Selasa (23/01/2024).
Baca juga: Biaya UKT Unpad 2024, Tak Ada Kenaikan, Paling Rendah Rp 500 Ribu
Adapun materi mencakup berbagai topik bisnis yang relevan dengan kemajuan industri di era modern seperti: Supply Chain Management, Finance for Executive, Project Management, Ilmu Pemerintahan maupun Human Capital Management, hingga Sustainability and Ecotourism Management.
Harapannya di tahun 2028, program ini bisa menjangkau 100 ribu tenaga kerja profesional untuk menambah skill dan kapabilitas mereka.
"Materi-materi yang tersedia tidak hanya bersifat teoritis, tapi juga ada di level praktis dan bisa langsung diaplikasikan sesuai dengan learning outcome yang diharapkan para client," ujar dia.
Pembelajaran bisa diterima oleh semua level SDM, mulai dari entry level hingga ke level direktur dan komisaris.
Sebagai platform pembelajaran, semua materi pelatihan telah berstandar sertifikasi Sarjana & Pascasarjana dari Unpad. Melalui standardisasi tersebut, peserta pun bisa mendapatkan kredit SKS yang nantinya bisa digunakan untuk melanjutkan pendidikan bergelar resmi di Unpad.
Menandai perkenalan ini juga dilakukan kerja sama dengan BUMN Holding InJourney.
“Seiring dengan berjalannya waktu, tren industri aviasi dan pariwisata di Indonesia terus berubah. Karena itu, kami perlu membekali para karyawan dengan skill dan kapabilitas yang relevan,” kata Direktur Sumber Daya Manusia & Digital InJourney Herdy Harman.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan bahwa 90 persen dari total Angkatan Kerja Indonesia yang mencapai 14 juta orang tidak pernah mengikuti pelatihan untuk upskilling maupun reskilling.
Beberapa hambatan utamanya adalah kurangnya akses terhadap informasi, kekurangan biaya, dan keterbatasan waktu. Kondisi geografis Indonesia yang luas dan berbentuk kepulauan juga menjadi salah satu tantangan untuk menyamaratakan akses terhadap pendidikan profesional.
Padahal, menurut hasil studi Economist Impact pada tahun 2022, separuh karyawan Indonesia setuju bahwa upskilling dan reskilling akan meningkatkan kinerja dan produktivitas mereka.
Mayoritas karyawan (57 persen) pun memiliki ekspektasi tinggi bahwa perusahaan harus mendukung perkembangan mereka dengan menyediakan akses upskilling tersebut. Selain itu, menurut para pekerja Indonesia, beberapa skill utama yang ingin mereka pelajari adalah: skill digital (88 persen), analisis dan visualisasi data (57 persen), IT support (52 persen), dan digital marketing serta e-commerce (48 persen).