TRIBUNNEWS.COM - Sistem ekskresi pada manusia terdiri atas sejumlah organ, yaitu ginjal, hati, paru-paru, dan kulit.
Artikel ini akan membantu siswa mengerti tentang sistem eksresi ginjal dan hati.
Sistem ekskresi memiliki peranan yang sangat besar terhadap kesehatan.
Masing-masing organ ekskresi memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda untuk membuang zat sisa dan racun dari dalam tubuh.
Jika sistem ekskresi tidak berfungsi dengan normal, akan ada banyak zat berbahaya yang dapat menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan penyakit.
Sistem Ekskresi Ginjal
Manusia memiliki sepasang ginjal dan terletak di bagian rongga perut di bagian belakang (pinggang).
Posisi ginjal sebelah kanan lebih turun jika dibandingkan dengan ginjal yang terletak di kiri karena berdekatan dengan hati.
Dalam ginjal terdapat lapisan luar yaitu korteks dan lapisan dalam yaitu medula.
Selain itu, terdapat juga bagian arteri renalis, vena renalis dan pelvis renalis.
Ginjal juga tersusun dari jutaan satuan unit terkecil dari yang dinamakan nefron.
Baca juga: Kunci Jawaban IPA Kelas 8 Halaman 92 93 Semester 2: Sistem Ekskresi Manusia
Di dalam nefron, terjadi proses pembentukan urine.
Sisa metabolisme seperti urea, asam urat, kreatinin, dan lainnya akan dilarutkan bersama air dan di bawa oleh darah menuju ginjal untuk di buang.
Sebagai organ ekskresi, ginjal akan menjalankan tiga tahapan dalam proses pembentukan urine, termasuk penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi) dan pengumpulan (augmentasi).
1. Tahap Filtrasi
Filtrasi merupakan proses perpindahan zat secara pasif dan tidak selektif.
Struktur filter pada glomerulus mencegah agar zat berukuran besar tetap berada di dalam pembuluh darah.
Filtrasi menghasilkan filtrat glomerulus atau dikenal dengan nama urin primer.
Darah dan protein yang tidak lolos penyaringan, sehingga hasil dari filtrasi berupa urin primer yang mengandung glukosa, air, garam-garam, urea, asam amino, dan sisa metabolisme lainnya.
Nah pertanyaanya, bagaimana glomerulus melakukan filtrasi?
Bagaimana caranya cairan itu bisa masuk ke glomerulus hingga akhirnya menuju saluran berikutnya?
Hal ini dikarenakan adanya tekanan yang mempengaruhi laju filtrasi.
Perlu diketahui, laju filtrasi glomerulus dipengaruhi oleh tekanan berikut:
- Tekanan kapiler pada glomerulus
- Tekanan pada kapsula bowman
- Tekanan osmotik koloid plasma
Semakin tinggi tekanan kapiler pada glomerulus maka filtrasi semakin meningkat.
Sebaliknya, semakin tinggi tekanan pada kapsula bowman dan tekanan osmotik koloid plasma, maka akan menyebabkan semakin rendahnya laju filtrasi.
Tekanan lumen kapsula bowman dan tekanan osmotik koloid plasma, memastikan jumlah urine yang dibuat tidak banyak, karena jika tekanan hidrostatis tidak mengalami perlawanan dari kedua tekanan yang lainnnya maka glomerulus akan rusak dan robek.
Selanjutnya, urin yang sudah masuk akan mengalami peristiwa Reabsorpsi.
2. Tahap Reabsorbsi
Reabsorpsi adalah tahap penyerapan kembali zat yang berguna dari dalam filtrat glomerulus untuk kemudian dikembalikan ke dalam pembuluh darah.
Zat yang tidak direabsorbsi akan tetap dalam tubulus nefron sebagai komponen pembentuk urine.
Hasil akhir dari reabsorpsi akan menghasilkan urin sekunder yang mengandung air, zat sisa nitrogen, ion-ion dan zat mikromolekul lain.
Sebenarnya reabsorpsi terjadi dengan dua mekanisme, yaitu obligat dan fakultatif.
Proses reabsorbsi secara obligat yang terjadi di sepanjang tubulus proksimal dan lengkung henle.
Kemudian reabsorbsi fakultatif (distal dan kolektivus) yang dipengaruhi oleh hormon di sepanjang tubulus.
Zat Hasil Reabsorpsi
3. Tahap Augmentasi
Tahapan terakhir adalah augmentasi.
Augmentasi disebut juga proses sekresi, yaitu penambahan zat tidak berguna dari pembuluh darah ke dalam pembuluh ginjal.
Augmentasi berfungsi untuk:
- Mensekresikan zat sisa yang hanya dapat dipindahkan secara aktif
- Membuang kembali zat sisa yang tereabsorbsi secara pasif
- Menjaga kadar keasaman (pH) darah
Sama halnya seperti reabsorpsi, augmentasi juga terjadi disepanjang tubulus.
Hasil akhir dari augmentasi akan menghasilkan urin tersier yang mengandung air, zat sisa nitrogen, K+, H+, NH+, urea, HCO3-, dan Nh4+.
Zat Hasil Augmentasi
Urin tersier yang sudah terbentuk, selanjutnya akan diteruskan dan ditampung sementara di pelvis renalis, sebelum akhirnya diteruskan menuju kantung kemih.
4. Tahap Mikturisi
Terakhir, masuk ke proses pengosongan kantung kemih yang diistilahkan dengan mikturisi.
Mikturisi merupakan proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urine.
Ketika tekanan urine terhadap kandung kemih telah melampaui nilai ambang batas; keadaan ini akan memicu refleks mikturisi.
Refleks mikturisi adalah refleks medulla spinalis yang bersifat autonom.
Namun, refleks ini dapat dihambat oleh pusat saraf di korteks serebri, yang dapat mengatur relaksasi spinkter uretra sebelah luar, sehingga urine dapat dikeluarkan secara sadar.
Baca juga: Kunci Jawaban Tema 3 Kelas 5 SD Halaman 75, Subtema 2: Penyebab Gangguan Sistem Pencernaan
Fungsi Ginjal sebagai Organ Ekskresi
Adapun fungsi ginjal secara umum adalah sebagai berikut:
- Menjaga total air dalam tubuh tetap stabil (osmolaritas tubuh tetap seimbang)
- Menjaga konsentrasi ion dalam cairan ekstraseluler tubuh
- Homeostatis pH dalam darah
- Mensekresikan sisa buangan metabolisme dan beberapa racun dan obat-obatan
- Memproduksi hormon eritropoitein (hormon yang berunsgi dalam pembentukan sel darah merah) dan hormon renin (hormon yang menjaga laju filtrasi glomerulus tetap stabil)
- Mengaktifkan vitamin D
- Melakukan glukoneogenesis selama puasa berkepanjangan
Nah, fungsi ginjal yang berkaitan langsung dengan fungsi ekskresi ditunjukkan mulai dari nomor 1 - 5.
Sistem Ekskresi Hati
Hati merupakan organ ekskresi pada manusia. selain ginjal, paru-paru, dan kulit.
Lalu, bagaimana cara kerja hati di dalam sistem ekskresi manusia?
Hati terletak di bagian rongga perut sebelah kanan.
Hati terbentuk dari 2 lobus, yakni lobus yang berukuran besar yang terletak di bawah dan lobus kecil yang terletak diatas
Hati merupakan organ terbesar kedua di tubuh manusia.
Sedangkan organ terbesar pertama pada manusia adalah kulit yang menutupi seluruh tubuh.
Hati memiliki kemampuan untuk bisa tumbuh kembali atau beregenerasi ketika ada bagian dari liver yang mengalami kerusakan.
Bahkan, meskipun seseorang kehilangan sepertiga atau dua pertiga bagian hatinya, bagian yang tersisa tersebut akan tumbuh untuk menggantikan bagian yang hilang dalam waktu enam sampai delapan minggu.
Hal inilah yang membuat transplantasi hati donor hidup mungkin dilakukan jika terdapat kecocokan genetik.
Terakhir, hati merupakan organ yang multitasker, selain sebagai organ ekskresi, hati juga berperan dalam sistem pencernaan dan juga sistem peredaran darah (regulasi darah dari usus).
Fungsi Hati sebagai Organ Ekskresi
1. Perombakan eritrosit (pengantar)
Fungsi hati sebagai organ ekskresi yang pertama yaitu berperan dalam proses perombakan eritrosit.
Eritrosit yang sudah tua akan dirombak di dalam hati dengan cara dipisahkan dengan Hb-nya.
Eritrosit selanjutnya akan di fagositosis oleh makrofag.
Sementara itu, Hb akan di pecah menghasilkan Hemin dan Globin.
Hemin, dipecah menjadi Fe2+ dan biliverdin.
Fe2+ akan disimpan dalam bentuk feritrin dalam hati atau dipindahkan ke tulang untuk digunakan kembali pada pembentukan hemoglobin baru.
Sedangkan biliverdin akan diubah menjadi bilirubin dilepaskan ke usus bersama empedu.
Kemudian, protein globin akan dipecah menjadi asam amino atau dimanfaatkan sebagai pembentuk hemoglobin baru dan dikirim ke sumsum tulang.
Pada sumsum tulang terjadi eritropoiesis.
2. Membantu proses pembentukan urea
Proses pembentukan urea pada manusia disebut sebagai siklus urea.
Siklus urea hanya dapat terjadi di organ hati, karena pada siklus urea melibatkan enzim arginase yang hanya dapat diproduksi oleh hati.
Bahan dasar siklus urea adalah amonia (Perombakan berupa transaminasi dan deaminasi dari beberapa jenis senyawa asam amino dan basa nitrogen sitosin).
Amonia bersifat racun bagi tubuh sehingga perlu diubah menjadi senyawa yang bersifat relatif lebih tidak bersifat racun bagi tubuh kita yaitu urea.
Namun demikian, urea pun juga tidak baik untuk tubuh jika kadarnya terlalu tinggi, sehingga urea yang dihasilkan oleh hati perlu dikeluarkan oleh ginjal melalui urin.
Proses pembentukan urea di hati yakni:
- Proses transaminasi dan deaminasi asam amino terjadi di hati sehingga menghasilkan amonia
- Amonia di hati bereaksi dengan ornitin dan karbon dioksida membentuk sitrulin
- Sitrulin bereaksi dengan asam aspartat (didalam aspartat ada gugus amina) menjadi Argininsuksinat. Arginininsuksinat dikonversi menjadi arginin dengan melepaskan asam fumarat.
- Arginin di konversi menjadi ornitin oleh enzim arginase dan molekul air dengan melepaskan urea.
Urea dibuang oleh ginjal dalam melalui urin, sedangkan Ornitin akan masuk lagi ke mitokondria untuk berikatan kembali karbamoil posfat.
Nah, jadi sekarang kalian paham kan, bagimana cara kerja hati dalam sistem ekskresi.
Kesimpulannya, sebagai organ eksresi hati bisa merombak eritrosit, membentuk bilirubin, serta hati juga bisa menjadi penawar zat toksik berupa amonia yang dikonversikan menjadi zat yang relatif tidak berbahaya yaitu urea.
Pembahasan lebih lanjut tentang materi Sistem Ekskresi lainnya bisa kamu dapatkan di aplikasi Skolla.
Ada materi lainnya juga yang bisa kamu pelajari di sana.
Klik app.skolla.online untuk mulai belajar!
(Tribunnews.com/Latifah)