TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG - Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) semakin gencar melakukan protes terhadap ikut sertanya Malaysia di nomor beregu Asian Games 2018.
Dalam hasil drawing di Hotel JW Luwansa, Jakarta, 5 Juli lalu, Malaysia tidak turut serta dalam nomor beregu sepak takraw.
Awal protes Indonesia ketika Presiden Federasi Sepak TakrawMalaysia, Ahmad Ismail, memaksakan untuk ikut serta dalam nomor beregu putra, setelah mengetahui Thailand sebagai tim kuat tidak ikut serta dalam nomor ini.
Malaysia sendiri pada kelompok putra hanya mengikuti tim beregu yang kemarin sudah dipertandingakan dengan meraih perak, serta tim ganda yang sekarang masih bertanding di penyisihan grup.
Sementara itu, nomer beregu putra baru akan bertanding pada 30 Agustus nanti.
Aksi protes PSTI didukung oleh Wakil Presiden OCA Wei Jizhong maupun negara peserta lainnya seperti Singapura dan India.
Wei Jizhong menegaskan hasil drawing tidak bisa diubah sehingga proses drawing bisa terus berlangsung sampai selesai.
Eddi Fadil Rachmad, Wakil Sekjen PSTI mengatakan pihaknya telah melayangkan surat kepada ASTAF, OCA, KOI, dan INASGOC untuk tidak menyetujui permintaan Malaysia tersebut ikut dalam nomor beregu putra.
"Ini bukan Indonesia saja yang protes, tetapi juga beberapa negara lain juga melakukan protes keras terhadap Malaysia dalam nomor beregu putra ini, dan mereka telah melayangkan surat kepada Ketua Umum Inasgoc Erick Thohir," ujar Fadil.
ASTAF sendiri pada pertemuan dengan manajer tim di Hotel Grand Zuri Palembang, tanggal 6 Agustus lalu, pernah meyatakan persetujuan masuknya Malaysia ke dalam nomor beregu sepak takraw karena persetujuan OCA.
Sebagaimana hasil drawing yang telah disetujui oleh OCA dan ASTAF untuk nomor beregu putra, yaitu pada Grup A terdiri dari Indonesia, Singapura, Philipina, dan Pakistan.
Adapun Grup B ditempati Iran, China, India, dan Nepal. Tetapi, Malaysia memaksakan diri sehingga anggota Grup B menjadi lima negara.