TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rio Rizky Darmawan adalah atlet dayung peraih medali emas pada Asian Games 2018 ternyata anak pasangan suami istriĀ Nasir (40) dan Rasna (39), keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) tahun 2018.
"Ia berasal dari keluarga petani. Lahir dari keluarga kurang mampu, dibesarkan dan dididik oleh orang tua di rumah sederhana, hidup di daerah pegunungan bukan menjadi penghalang bagi Rio Risky untuk meraih prestasi," kata Pendamping PKH Kecamatan Kulawi Selatan Sigi Sulawesi Tengah Aziz Wilkerson yang dihubungi dari Jakarta, Selasa (28/8/2018).
Rio lahir di desa Tompi Bugis pada 27 November 1998. Anak pertama dari empat bersaudara ini di kenal sangat ramah dengan orang lain.
Rio Risky memiliki adik bernama Roi Fitrawan (13) Sekolah di SMP 13 Palu, Khazana (8) sekolah di SDI Tompi Bugis, dan Akifa Naila (4) yang masih TK.
Menurut Aziz, Rio tidak pernah bercita-cita untuk menjadi seorang atlet dayung yang membawa nama Indonesia di ajang terbesar se Asia.
Baca: Akan Tampil di Penutupan Asian Games 2018, Super Junior Siapkan Kejutan Bertema Joget Dayung Jokowi
Pada 2014 sejak masuk di PPLP Sulteng berdasarkan rekomendasi Muh Jufri yang kini menjadi Kepala SMANOR Tadulako Palu, Rio Risky menemukan bakat mendayungnya.
"Sejak itulah Rio Risky memulai kariernya menjadi seorang atlet dayung Indonesia," katanya.
Sebelum meraih medali emas pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018 pada cabang olahraga Dayung Rowing LM8+, sudah banyak lomba-lomba dan even-even yang diikuti oleh Rio Risky dan meraih prestasi.
Antara lain POPNAS PPLP 2014 di Makasar meraih juara 4, POPNAS XII di Jawa Barat 2015, meraih 1 perak, Kejurnas Dayung antar- PPLP/PPLPD 2015 di Ambon, meraih 2 emas, PON XIX 2016 di Jawa Barat meraih perunggu, South East Asian Rowing Federation (SEARF) di Vietnam 2017 meraih perak.
Dia juga meraih emas pada ASIAN Rowing CUP di Palembang tahun 2017, serta dua emas di ASIAN CUP II di Singapura tahun 2018.
Rio Risky merupakan alumni SMANOR Tadulako Palu tahun 2017, SMP 6 Sigi (2014), SDI Tompi Bugis (2011).
Dia membuktikan bahwa segala keterbatasan yang dimilikinya, keterbatasan ekonomi keluarga, keterbatasan daerah Kulawi Selatan, Sigi yang tidak memiliki laut dan danau, keterbatasan akses, jauh dari perkotaan, bukanlah menjadi penghalang untuk mendayung semangat perjuangan sampai menuju kesuksesan.
"Semoga Rio Risky menjadi inspirasi dan semangat bagi anak-anak dan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) PKH di Indonesia bahwa tidak ada yang mustahil selagi masih ada kemauan," ujar Aziz.