Laporan Wartawan Surya, Aji Bramastra
TRIBUNNEWS.COM – Andik Vermansyah kini memang menjadi tulang punggung buat kedua orangtuanya. Sang Ayah, Saman (68), mengaku, Andik sudah melarang mereka untuk bekerja.
Sebelum Andik menjadi pesepakbola terkenal, Saman menghidupi empat anaknya dengan bekerja sebagai kuli bangunan. Sehari ia membawa pulang uang Rp 35.000. Sementara ibunya, bekerja sebagai buruh di sebuah perusahaan konveksi. "Dulu, untuk makan saja rasanya sulit," kenang Jumaiyah.
Jumaiyah tak pernah menyangka, bahwa di pundak anaknya, kini ada harapan seluruh masyarakat Indonesia, agar Timnas bisa berprestasi di tengah masalah yang merundung pesepakbolaan Indonesia. Ia tak pernah menyangka, bahwa anaknya kini menjadi pesepakbola terkenal seperti saat ini.
"Andik itu dulu lahirnya paling susah, dibanding tiga kakaknya. Dia satu-satunya anak saya yang lahir dengan pertolongan bidan, sementara yang lainnya cukup dengan dukun bayi," kata Jumaiyah sambil tertawa.
Namun Jumaiyah mengatakan, Andik dikenalnya punya tekad yang kuat untuk menjadi seorang pemenang. Ia mengenal Andik sebagai anak yang punya kemauan yang keras.
"Saya ingat betul, sewaktu kecil dulu, dia main di kompetisi junior Piala Campina bersama klub KSI (Kedawung Setia Indonesia, Red). Nah, waktu itu, di final, kalah dari IM (Indonesia Muda). Waktu itu Andik menangis sesunggukan di lapangan, sampai dia buang kaos dan sepatu sepakbolanya. Dia bilang, tidak mau main sepakbola lagi," cerita Jumaiyah.
Menurut Jumaiyah, butuh waktu lama untuk menghibur Andik kecil. Tapi, setelah itu, Andik malah menjadi sosok yang tidak mudah menyerah. Dan Jumaiyah pun kini berharap, agar putranya itu, tak kenal kata menyerah saat berjuang bersama Tim Garuda malam ini.