Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurfahmi Budiarto, Langsung dari Afsel
TRIBUNNEWS.COM, PRETORIA - Wakil benua Afrika habis sudah. Harapan satu-satunya pada tim Ghana tak berujung bahagia. The Black Stars terjungkal secara tragis dari Uruguay melalui adu sepakan 12 pas. Seantero Afsel pun kini mulai sepi karena wakil Afrika hanya jadi penonton setia.
Kehilangan Ghana menjadi pukulan telak bagi Afrika, karena di awal turnamen, ekspektasi publik dunia akan prestasi tim-tim asal Afrika begitu tinggi. Pantai Gading dan Kamerun menjadi dua tim yang dijagokan bisa berbicara banyak.
Sayang, Didier Drogba dkk dan Samuel Eto'o dkk harus tersingkir lebih awal di fase grup. Sementara tuan rumah Afrika Selatan (Afsel) dan Aljazair memang sudah ditebak banyak pihak akan tersingkir lebih awal, meski mereka bisa menegakkan kepala saat pulang kampung.
Ghana muncul cukup mengejutkan mengingat mereka tampil dengan barisan pemain muda. Hanya keahlian pelatih Rajevac saja yang membuat Ghana, tanpa Michael Essien, seolah memiliki 23 pemain berkualitas setara. Dalam beberapa sesi latihan, Rajevac memang memberi sebuah penekanan khusus terutama pada komunikasi dan egoistas pemain agar tetap terjaga.
Gaya kepelatihan pria asal Eropa Timur itu hampir sama dengan apa yang diterapkan Takeshi Okada (Jepang) dan Bert van Marwijk (Belanda), dua tim yang tampil sangat brilian pada Piala Dunia 2010.
Kini, setelah Ghana tersingkir, 'kesedihan' sangat terasa di seputar kota Johannesburg dan Pretoria. Di Pretoria misalnya, kota Jakaranda ini terlihat sangat sepi dibanding suasana kemarin yang masih begitu bergairah menyambut partai Ghana vs Uruguay. Sedang di Joburg, hanya segelintir orang yang masih mengenakan kostum bercorak timnas Ghana.
"Bagi kami, piala dunia sudah selesai. Tak ada wakil Afrika lagi, membuat kami hanya jadi penonton," ucap Michel Leghwala, penjaga toko Fasser di kawasan Sandton City, siang ini waktu Afsel.
Kini, warga Afsel hanya menyisakan harapan pada tim Der Orange Belanda. Penampilan ciamik Belanda menundukkan favorit juara, Brasil, telah mengundang decak kagum seantero Afsel.(*)
Afsel Sepi Tanpa Ghana
Editor: Juang Naibaho
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger