Laporan wartawan Tribun Deodatus Pradipto dari Nizhny Novgorod
Pernahkah Anda, ketika menyaksikan pertandingan-pertandingan Piala Dunia 2018 dari televisi, memikirkan orang-orang yang berjasa kepada Anda?
Mereka yang bertugas memastikan pertandingan Piala Dunia 2018 tersebar ke seluruh dunia ternyata menyimpan kisah emosional layaknya seorang manusia.
Sergej misalnya. Dia adalah satu dari puluhan orang yang selama Piala Dunia 2018 bekerja untuk HBS, broadcaster Piala Dunia 2018. Pria asal Muenchen, Jerman itu telah berada di Rusia selama lebih dari empat pekan.
Mereka bukan jurnalis. Tugas mereka adalah menyiarkan pertandingan-pertandingan Piala Dunia 2018 ke seluruh dunia secara langsung.
"Jumat besok (6/7) adalah pertandingan terakhir di sini. Setelah itu akhirnya saya bisa pulang. Akhirnya," ungkap Sergej kepada saya.
Selain Sergej, ada Ron yang senang sebentar lagi akan pulang.
"Sedikit lagi saya akan pulang. Sabar," ujar pria asal Skotlandia itu.
Saya satu penginapan dengan mereka yang bekerja untuk HBS selama Piala Dunia 2018. Di tempat saya menginap, jumlah mereka sampai puluhan. Mereka berasal dari berbagai negara, mayoritas dari Benua Eropa.
"Ada yang dari Jerman, Italia, Prancis, Inggris, Skotlandia, Portugal. Ada juga dari Bangladesh," tutur Sergej yang punya tugas mengoperasikan spidercam, kamera yang menggantung di atas lapangan sepak bola untuk menyorot pertandingan dari atas.
Sergej dan teman-temannya tergolong sibuk selama bekerja. Mereka tidak hanya menetap di satu kota. Setiap tim disebar ke kota-kota penyelenggara Piala Dunia 2018 lain. Selain Nizhny Novgorod, Sergej dan teman-temannya juga bertugas di beberapa kota di Rusia seperti Sochi dan Kaliningrad.
"Jadi di setiap kota pasti ada tim. Tim pertama menyiarkan pertandingan, tim lain tiba di kota itu, tim yang sebelumnya kemudian pindah ke kota lain. Kegiatan kami seperti itu setiap 36 jam sekali," kata Sergej.
Meski selalu ada di stadion dan bisa menyaksikan pertandingan Piala Dunia 2018 secara langung Sergej merasa tidak senang. Hal yang membuat dia tidak senang adalah fakta dia harus bekerja secara serius.
"Rasanya tidak enak ketika harus menonton pertandingan, tapi bekerja. Saya sudah muak oleh segala hal berbau sepak bola di sini," ungkap Sergej.
Pria paruh baya itu sudah punya rencana terkait pekerjaannya. Dia ingin menjadikan Piala Eropa 2020 sebagai turnamen sepak bola terakhirnya untuk bekerja.