TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Piala Dunia bakal tetap berada di Eropa. Empat semifinalis Piala Dunia 2018 di Rusia berasal dari benua biru ini.
Mereka mengukuhkan tradisi Eropa sebagai peraih Piala Dunia tiga kali berturut-turut, yang digelar di tiga benua berbeda.
Terakhir kali trofi Piala Dunia diraih oleh negara non-Eropa adalah saat Brasil juara pada Piala Dunia 2002 di Korea Selatan dan Jepang, saat mengalahkan Jerman 2-0.
Kemarin, Brasil tersungkur 1-2 di kaki Belgia. Wakil Amerika Selatan lainnya, Uruguay juga bertekuk lutut 0-2 di kaki Prancis.
Dua calon semifinalis lainnya juga berasal dari benua biru yakni Rusia kontra Kroasia, dan Swedia kontra Inggris
Ditanya tentang dominasi Eropa, pelatih Uruguay, Oscar Tabarez menyebut fenomena itu sebagai hal yang wajar. Menurutnya, ditilik dari aspek finansial, dan juga kuatnya aspek tradisi sepak bola, maka dominasi Eropa adalah sebuah keniscayaan.
"Jangan tanya saya tentang suatu hal yang sudah terbukti dengan sendirinya, dan sudah menjadi pengetahuan umum," kata pelatih veteran yang membawa Uruguay ke semifinal PD 2010.
Ketika itu, timnya ditekuk Belanda, yang kemudian kalah oleh Spanyol.
Dominasi Eropa dimulai dengan Italia saat menjadi juara pada 2006di Jerman , Spanyol menyusul empat tahun kemudian di Afrika Selatan, dan Jerman mengambil alih pada 2014 di Brasil.
Dan jika final di Moskow pada 15 Juli nanti diperebutkan oleh Prancis dan Inggris --seperti diprediksi banyak orang saat ini--, maka hal itu akan mempertahankan tradisi hebat para pemilik liga terbaik di Eropa.
Liga di Italia, Spanyol, Jerman, dan juga Inggris, serta Prancis selama ini dikenal sebagai lima liga terbaik di Eropa, bahkan dunia.
Kelima liga ini dikenal sebagai rumahnya klub-klub terkaya, dan terkenal yang dihiasi para pemain terbaik dari kolong jagat. Mereka pun punya nilai jual tertinggi dalam urusan kontrak televisi, dan penjualan suvenir, serta tiket pertandingan.
Di liga Champions musim depan, lima dewa liga ini akan menempatkan 19 wakilnya dari 32 tim yang akan saling beradu.
Di lima negara elite ini, federasi sepak bola, dan klub-klub terbaiknya berlimpah dengan uang untuk terus berinvestasi dalam program pelatihan para pemain remaja berbakat.
Pusat-pusat latihan timnas seperti Clairefontaine di Prancis, dan yang lebih baru lagi St. George’s Park di Inggris, punya tradisi menelurkan pemain-pemain muda berbakat.