TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Kevin de Bruyne memang seorang pemain serba bisa, yang siap bermain di posisi mana pun. Tapi ketika ia didorong menjadi seorang penyerang palsu, alias false nine di laga Belgia kontra Brasil dalam perempat final Piala Dunia 2018 di Stadion Kazan Arena, Minggu (8/7), De Bruyne mengaku sempat merasa kaget.
Bagaimana tidak kaget, sepanjang kualifikasi hingga laga terakhir sebelumnya untuk timnas, gelandang serang berusia 27 tahun ini belum pernah dipasang sebagai penyerang palsu.
Bahkan, pelatih Roberto Martínez cenderung menempatkannya di posisi agak bertahan sebagai gelandang sentral berpartner di lini tengah dengan Axel Witsel dalam formasi 3-4-2-1.
Dengan peran semi-defensif seperti itu, ia seperti kurang diberdayakan untuk membantu serangan. Tak heran, sejauh ini ia baru mengemas satu assists dari empat laga di PD 2018 ini.
Padahal, di klubnya, Manchester City, De Bruyne sangat agresif membantu penyerangan dalam posisi sebagai gelandang serang, maupun penyerang sayap hingga bisa menorehkan 12 gol, dan 21 assists di berbagai kompetisi.
Terakhir, pelatih Martinez memasangnya di lini depan sebagai penyerang sentral dalam formasi 4-3-3, dengan Romelu Lukaku yang semula selalu jadi target man digeser ke sayap kanan, dan Eden Hazard di sayap kiri.
Perubahan formasi itu dengan menempatkan tiga gelandang bertahan, sangat mujarab untuk meredam variasi serangan Brasil. Sekaligus juga memberikan pukulan telak lewat skema serangan balik.
Dan Bruyne adalah aktor utamanya. Sepanjang laga, tercatat, ia melakukan 79 persen umpan sukses dari 42 percobaan. Pemain bernomor punggung tujuh ini juga paling banyak mengancam gawang Brasil dengan total tiga tembakan, dua di antaranya tepat sasaran.
Gol Bruyne di menit ke-31 juga lahir dari serangan balik yang sangat efektif. Bermula dari aksi Romelu Lukaku yang dari tengah lapangan menggiring bola. Ia sempat melewati dua pemain lawan, sebelum memberikan umpan kepada de Bruyne.
Dari jarak 20 meter ke gawang, de Bruyne melepaskan tendangan dengan kaki kanannya. Bola meluncur deras ke sudut kiri bawah gawang, dan kiper Brasil, Alisson Becker sia-sia melompat tanpa bisa menghalau bola.
De Bruyne memuji taktik Martinez untuk laga tersebut. "Ini taktik yang jenius. Saya tak peduli dipasang di mana pun. Yang penting, di mana pun saya bermain, saya harus memberikan kontribusi maksimal," katanya.
Namun, menurut Martinez kemenangan kemarin adalah berkat eksekusi bagus dari taktik yang tepat.
"Hari ini kita bicara bukan soal taktik. Tapi eksekusi dari taktik itu sendiri. Jika para pemain Anda bisa mengeksekusi taktik dengan sempurna, maka itu akan menciptakan kesulitan bagi siapa pun lawan Anda," ujarnya.
Gol itu membawa Belgia unggul 2-0 setelah sebelumnya gelandang Brasil, Fernandinho bunuh diri saat menyundul bola ke gawang sendiri dalam kemelut di kotak penalti menyusul tendangan penjuru di menit ke-13.
Pemain pengganti, Renato Augusto memperkecil ketinggalan Brasil lewat sundulannya di menit ke-76. Namun sampai bubaran skor tak berubah, dan Belgia melaju ke semifinal menantang Prancis yang di laga sebelumnya mengalahkan Uruguay 2-0.
Melawan skuat Didier Deschamps, De Bruyne mengatakan, "Itu akan jadi laga yang berbeda. Kita harus menghadapinya dengan pendekatan berbeda. Ini semifinal, dan pasti akan luar biasa. Momen seperti itu hanya akan terjadi sekali, atau dua kali dalam karier seorang pesepak bola. Kita akan lihat apa yang bisa kita lakukan untuk mengalahkan mereka," ujar De Bruyne.