TRIBUNNEWS.COM - Inilah profil Janny Sikazwe, wasit Piala Dunia 2022 Qatar.
Janny Sikazwe adalah wasit asal Zambia.
Ia adalah wasit final Piala Dunia Klub FIFA 2016 dan final AFCON 2017,
Diberitakan Aljazeera, Janny Sikazwe adalah orang pertama Zambia yang memimpin laga Piala Dunia 2018.
Pria kelahiran Kapiri Mposhi ini menjadi wasit FIFA sejak 2010.
Selama berkarier, Janny telah mencatatkan kepemimpinan sebagai wasit dalam 113 pertandingan internasional.
Baca juga: Profil Mohammed Abdulla Hassan Mohamed, Wasit Asal UEA di Piala Dunia 2022 Qatar
Nama: Janny Sikazwe
Tempat tanggal lahir: Kapiri Mposhi, 26 Mei 1979
Umur: 43
Debut: 20 Maret 2021
Total penampilan: 113
kartu kuning 1: 326
Kartu kuning 2: 8
Kartu merah: 8
Insiden di Lapangan
Diberitakan Africanews, Janny Sikazwe menderita demam dan dehidrasi parah saat laga AFCON antara Tunisia dan Mali.
Ia dibawa ke rumah sakit setelah meniup peluit sebelum pertandingan berakhir.
Berbicara kepada media Zambia setibanya di rumah, Janny menceritakan sakit yang ia alami.
"Saya beruntung tidak mengalami koma. Itu akan menjadi cerita yang sangat berbeda."
"Para dokter memberi tahu saya bahwa tubuh saya tidak mendingin. Hanya perlu waktu singkat sebelum [saya akan] koma, dan itu akan menjadi akhirnya," kata dia.
"Saya pikir Tuhan menyuruh saya untuk mengakhiri pertandingan. Dia menyelamatkan saya."
Sebelum dirinya tumbang, Sikazwe tak bisa mendengar komunikasi ofisial saat pertandingan.
Dia mengatakan, situasinya memburuk di babak kedua kembali mendengar suara-suara aneh.
Sikazwe juga menceritakan ungkapan dokter, kejadian akan semakin buruk jika dirinya tak segera mengakhiri pertandingan saat itu.
Sehari setelah pertandingan Tunisia-Mali, Sikazwe pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan jantung, darah, dan fisik - tetapi semua hasilnya kembali normal.
Meskipun beberapa penggemar menganggap hal itu sebagai catatan negatif, kepala wasit AFCON Essam Abdel-Fatah membela kinerja Sikazwe.
Menurutnya, Janny Sikazwe terimbas suhu panas 34 derajat dan 65 persen kelembapan di Limbe.
Kondisi topikal Kamerun, membuat pertandingan berlangsung dalam suhu lebih dari 30C dan kelembaban tinggi, telah menyebabkan masalah di turnamen.
(Tribunnews.com/Chrysnha)