TRIBUNNEWS.COM - Pemandangan menarik terjadi sesaat sebelum kick-off antara Timnas Iran vs Inggris pada pertandingan Grup B Piala Dunia 2022, Senin (21/11/2022) di Stadion Khalifa Internasional.
Pada saat itu, pemain Timnas Iran justru memilih bungkam ketika lagu kebangsaannya diputar.
Aksi 'bungkam' pemain Timnas Iran di Piala Dunia 2022 ini ditunjukkan dengan tak menyanyikan lagu kebangsaannya merupakan wujud perlawanan kepada pemerintah.
Hal tersebut mengacu kepada insiden kematian seorang perempuan bernama Mahsa Amini (22) yang mengakibatkan gelombang protes nasional dalam dua bulan terakhir ini.
Aksi protes ini dibenarkan oleh Kapten Iran Ehsan Hajsafi dalam jumpa pers sehari menjelang pertandingan Piala Dunia pertama negara itu melawan Inggris.
Dikutip Tribunnews.com dari France24, Ehsan mengatakan timnya bersimpati dengan protes anti-pemerintah di dalam negeri.
Baca juga: Piala Dunia 2022: Inggris Sukses Kalahkan Iran, Raffi Ahmad Puji Penampilan Skuad The Three Lions
Baca juga: Sulap Gurun Jadi Taman Hijau, Kiprah Saprudin Bastomi, Petani asal Indonesia di Piala Dunia 2022
Ehsan mengatakan bahwa aksi timnya ini menegaskan bahwa timnas Iran harus menjadi suara bagi kaum tertindas
Bek berpengalaman yang membela klub Yunani AeK Athens ini memulai konferensi pers pada malam pembukaan Piala Dunia Iran melawan Inggris dengan menyampaikan simpatinya kepada orang-orang terkasih dari para korban tindakan keras rezim terhadap pengunjuk rasa anti-pemerintah.
Tanpa diminta, bek berusia 32 tahun itu membuka konferensi pers dengan komentar tentang pengunjuk rasa anti-pemerintah di Iran.
"Mereka harus tahu bahwa kita bersimpati dengan mereka," katanya, sebelum menambahkan, "kondisi di rumah tidak baik".
Tim nasional Iran sendiri menjadi sorotan menjelang Piala Dunia di Qatar, dengan antisipasi apakah para pemain akan menggunakan acara sepak bola sebagai platform untuk menunjukkan solidaritas dengan gerakan protes.
"Kita harus menerima kondisi di negara kita tidak benar dan rakyat kita tidak bahagia," kata Hajsafi.
"Kami di sini, tetapi itu tidak berarti kami tidak boleh menjadi suara mereka atau kami tidak harus menghormati mereka."
Gelombang kerusuhan meletus pada September setelah Amini meninggal dalam tahanan polisi moral karena mengenakan pakaian yang dianggap "tidak pantas".
Menariknya, Pemerintah Iran justru menyalahkan musuh asing seperti Saudi Arabia atas krisis tersebut.
Tindakan keras sejak kematian Amini telah menyebabkan hampir 400 orang tewas, menurut kelompok Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Oslo.
"Semua yang kami miliki, kami berutang kepada orang-orang kami dan kami di sini untuk bekerja keras, berjuang, tampil baik di lapangan, mencetak gol dan mendedikasikan diri kami untuk rakyat Iran," katanya. "Saya berharap situasinya berubah seperti yang diinginkan orang-orang dan semua orang akan bahagia."
(Tribunnews.com)