Bisa dibilang, banyak yang kurang setuju dengan apa yang dilakukan anak asuh Hansi Flick tersebut.
Tudingan standar ganda langsung dialamatkan kepada mereka.
Pasalnya, Jerman bungkam kala Mesut Ozil bersuara soal kemanusiaan, khususnya yang menyangkut nasib muslim Uighur.
Atas aksi tutup mulut ini, Jerman juga dianggap kurang fokus dalam menghadapi Jepang.
Meski demikian, Jerman tetap teguh dengan gestur tutup mulut tersebut.
"Kami ingin menggunakan ban kapten kami untuk mempertahankan nilai yang selama ini kami pegang di Timnas Nasional Jerman," dikutip Tribunnews dari akun instagram @dfb_team.
"Yakni perihal keberagaman dan saling menghormati, kami ingin suara kami didengar, ini bukan pernyataan politik tapi hak asasi manusia yang dinegosiasikan,"
"Melarang kami memakai ban kapten itu (One Love) seperti membungkam kami," tulisnya.
Ban kapten 'One Love' secara tidak langsung mendukung perilaku hubungan sesama jenis antar manusia. Ini merupakan sikap umum sejumlah negara Eropa yang ingin mendikte nilai-nilai mereka ke Qatar selaku tuan rumah Piala Dunia.
Perilaku itu biasanya dikenal dengan LGBTQ+ (Lesby, Gay, Biseksual, Transgender, Queer).
Qatar yang mayoritas penduduknya beragama Muslim tentu tidak mendukung aksi 'One Love' yang sedang dikampanyekan sejumlah negara Barat.
Alhasil, sejumlah suporter Qatar menyuarakan itu dihadapan para pemain Jerman dengan aksi serupa tutup mulut.
Menariknya, suporter Qatar juga membawa sketsa foto Mesut Ozil pemain Muslim yang pernah memperkuat Jerman.
2. Kasus Ozil