Korea Selatan lolos ke babak 16 besar sebagai runner-up grup H dengan mengemas sekali imbang, sekali kalah dan sekali menang.
Laga terakhir kontra Portugal berjalan dramatis. Gol dari Hwang Hee-chan di penghujung laga membuat Korea Selatan sukses menundukkan Portugal sekaligus memastikan lolos ke babak 16 besar.
“Kemenangan 2-1 tersebut ternyata menjadi segmen drama sendiri karena masih menunggu hasil pertandingan antara Uruguay melawan Ghana yang masih dalam masa injury time 8 menit sementara posisi skor Uruguay sudah unggul 2-0. Waktu berakhir, skor tetap 2-0 dan Uruguay kalah produktivitas gol dengan Korea Selatan. Skor 2-0 ini mengakhiri drama Korea Selatan yang menunggu hasil akhir Uruguay melawan Ghana. Korea Selatan lolos ke babak 16 besar sebagai runner up grup mendampingi Portugal yang telah mereka kalahkan,” ujar Misbakhun.
Menurutnya Tim Nasional Jepang dan Tim Nasional Korea Selatan menunjukkan mentalitas yang kuat, punya pemain yang cerdas menerjemahkan skema permainan di lapangan, dalam daya tahan fisik yang luar biasa dan sekaligus juga menunjukkan kualitas determinasi serangan nya menyesuaikan dengan taktik dan strategi yang disusun.
“Yang pasti semua nya itu, bisa diwujudkan karena kualitas skill individu, kekuatan fisik, daya tahan mental dan kecerdasan pemain Jepang dan Korea Selatan yang membuat semua skema permainan yang disusun oleh pelatih bisa dijalankan di lapangan. Menjadi kebanggaan negara nya. Menjadi kebanggaan setiap warganya. Bahkan menjadi kebanggaan bagi benua Asia yang mereka wakili,”
“Skill, fisik, daya tahan dan kecerdasan pemain tersebut tidak datang begitu saja tersaji seperti yang kita tonton dalam pertandingan tetapi semua bisa dicapai melalui proses yang panjang, bakat pemain yang ditempa dengan metode latihan yang benar sejak bakat mereka ditemukan di usia dini, sistem kompetisi usia muda yang terarah, dilibatkan nya ilmu pengetahuan dalam mengembangkan semua aspek sepak bola dan kompetisi liga tingkat nasional yang sehat dan kompetitif,” terangnya.
Terakhir, Misbakhun menambahkan bahwa untuk membuat Timnas sekuat Jepang dan Korea Selatan, Federasi sepak bola harus hanya memikirkan sepak bola.
Bukan federasi sepak bola yang dijadikan sarana panjat karier politik dan panjat karier sosial oleh pengurusnya.
“Tidak ada yang instan dalam sepak bola. Semua berproses. Prosesnya pun panjang,” tegasnya.