TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Universitas Jenderal Achmad Yani, Arlan Siddha menilai realistis sikap Partai Demokrat terhadap para kadernya yang berbalik mendukung Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019.
Termasuk terhadap kader-kader terbaiknya yang keluar dari Demokrat untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.
Terakhir mundur adalah mantan Gubernur NTB Tuanku Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Sitti Rohmi Djalilah, mengundurkan diri dari partai.
Karena menurut dia, Partai yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini tidak ingin mengubur mimpi menapak Pilpres 2024.
Bila ingin tetap menjaga asa putera sulumh SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi Capres 2024, Demokrat memang harus tetap menjaga suaranya di daerah-daerah yang menjadi lumbung suara Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Sesuatu yang realistis jika Demokrat memiliki agenda untuk tahun 2024 akan mengusung AHY capres atau cawapres," ujar Arlan Siddha kepada Tribunnews.com, Kamis (20/9/2018).
Oleh Karena itu sudah dipastikan Demokrat bekerja keras untuk tidak ditinggalkan kadernya melalui cara dispensasi dan menghindari sikap tegas menyikapi kader-kader yang tidak mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pilpres 2019.
"Artinya Demokrat harus berusaha sekuat mungkin agar suara pileg nanti bisa tinggi raihannya," jelasnya.
"Logikanya agar tidak kehilangan suara pileg, Demokrat memberi dispensasi kepada beberapa para kepala daerah yang menang diusung Demokrat kemudian di pilpres mengusung Jokowi-Mar'uf Amin," katanya.
Harapannya, imbuhnya, suara Demokrat pada pileg nanti di tempat kepala daerah tersebut tidak hilang dan kosong.
"Bila ini sukses, menjadi menjadi modal awal untuk kemudian jika AHY naik 2024," ucapnya.
Selain itu sikap Demokrat itu tidak memunculkan polemik di internal dalam masalah dukung mendukung capres.
"Ini dilakukan agar Demokrat fokus bekerja memenangkan pileg dan pilpres, "jelasnya.
Wakil Gubernur Sitti Rohmi Djalilah menyatakan dukungannya kepada pasangan capres Joko Widodo dan cawapres Ma'ruf Amin dalam kontestasi Pilpres 2019.