TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Djayadi Hanan menilai dukungan kalangan Nahdlatul Ulama (NU) lebih solid setelah Keluarga Presiden keempat RI almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Gusdurian kepada pasangan Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin, Rabu (26/9/2018).
Karena menurut Direktur Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) ini, Gus Dur masih menjadi salah satu tokoh utama simbol NU.
Pun pengikut Gus Dur, kata dia, masih relatif banyak.
"Bila para kader dan keluarga Gus Dur mendukung Jokowi, maka dukungan kalangan NU kepadanya kemungkinan akan lebih solid," ujar Djayadi Hanan kepada Tribunnews.com, Kamis (27/9/2018).
Meskipun kata dia, selama ini juga dukungan kalangan santri kepada Jokowi lebih banyak berasal dari kalangan NU.
"Gus Dur masih menjadi salah satu tokoh utama simbol NU. Pengikutnya diperkirakan masih banyak," katanya.
Hal ini senada dengan Sekjen Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani.
"Insya Allah dukungan Keluarga Presiden keempat RI almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Gusdurian akan membulatkan dukungan warga NU terhadap Joko Widodo-KH Ma'ruf Amin," ujar Arsul Sani.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf menyikini kebulatan suara NU ini akan semakin memuluskan jalan pasangan petahana kembali memenangkan konstelasi politik lima tahunan ini.
"Pemilih yang terasosiasi dengan NU itu mencapai kisaran 81 jutaan berdasar penelitian SMRC. Jadi jika dukungan warga NU bulat maka itu akan memberikan sumbangan elektabilitas yang tinggi kepada Pak Jokowi-Ma'ruf," katanya.
Seperti diketahui, Konsorsium Kader Gus Dur yang dipimpin Yenny Wahid resmi menyatakan dukungannya kepada pasangan nomor satu Joko Widodo-Ma’ruf Amin di Pilpres 2019.
Pernyataan sikap itu disampaikan di Rumah Pergerakan Gus Dur di Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (26/9/2018).
“Dengan mengucap basmallah Konsorsium Kader Gus Dur menyatakan dukungan kepada calon presiden nomor 1 Joko Widodo-Ma’ruf Amin semoga bisa menjabat kembali menjadi presiden,” ujar Yenny.(*)