TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Presiden Nomor Urut 2 Prabowo Subianto menegaskan pentingnya Indonesia memiliki intelijen dan angkatan perang yang unggul agar bisa mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai negara yang kuat dan berdaulat serta disegani negara lain.
Namun demikian, kekuatan intelijen dan tentara yang dimiliki Indonesia bukan untuk gagah–gagahan.
Kesetiaan pada bangsa dan rakyat harus menjadi syarat mutlak bagi kedua institusi itu, selain untuk menjalin hubungan baik dengan semua negara.
Prabowo yakin, jika kedua institusi tersebut bisa diperkuat, Indonesia akan menjadi negara pemenang.
Prabowo juga menekankan pentingnya Indonesia memiliki penegak hukum dan aparat yang unggul dan jujur, baik dari unsur hakim, jaksa dan polisi.
Dalam kesempatan paparan visi misimnya sebagai calon Presiden RI periode 2019-2024 bertajuk ‘Indonesia Menang’, di Plenary Hall, Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Senin (14/1/2019), dia berpesan kepada para perwira aktif di Polri, TNI dan intelijen agar bekerja bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Baca: Prabowo Subianto: Kita Jadi Negara yang Berutang untuk Membayar Gaji PNS-nya
"Saya berikan saran, sebagai kakakmu, sebagai seniormu, mari kita ingat sumpah kita untuk bela seluruh rakyat. kita harus kerja untuk seluruh rakyat," ungkap Prabowo Subianto.
Prabowo Subianto juga sempat berseloroh tentang tugas utama intelejen.
Menurutnya, salah satu tugas intelijen adalah musuh negara. Bukan menginteli mantan Presiden, Ketua MPR, mantan Panglima TNI, atau menginteli anak proklamator atau menginteli ulama–ulama besar negeri ini.
"Kita butuh Intel yang unggul dan setia pada bangsa dan negara. Intelijen itu intelin musuh negara, jangan intelin mantan Presiden Indonesia."
“Kalau mau ngintelin mantan Pangkostrad, nggak apa–apa,” kata Prabowo Subianto sembari tersenyum, yang kemudian disambut tepuk tangan riuh para pendukung pasangan Prabowo–Sandi di Plenary Hall JCC.