TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasangan calon presiden dan wakil presiden 01, Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma'ruf Amin unggul dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dalam hitung cepat Litbang Kompas, Rabu (17/4/2019).
Berdasarkan data masuk 92,20 persen pada pukul 21:14 WIB, suara untuk Jokowi-Amin sebesar 54,51 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 45,49 persen.
Jika dilihat peta sebarannya, Jokowi-KH Ma'ruf Amin unggul dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pulau Jawa, Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Tercatat Jokowi-Amin menang dengan peroleh suara 57,48 persen dari Prabowo-Sandi di angka 42,52 persen.
Capaian ini terlihat naik bagi Jokowi yang pada Pilpres 2014 lalu, hanya memperoleh 51,93 persen.
Baca: Hasil Quick Count Indo Barometer: Jokowi-Amin Unggul dari Prabowo-Sandi
Sebaliknya merosot bagi Prabowo yang pada 2014 lalu berhasil memperoleh suara 48,07 persen.
Di Kalimantan, Jokowi-Amin juga tercatat menang 50,78 persen, sementara Prabowo-Sandi 49,22 persen.
Suara dukungan kepada Jokowi-Amin di Kalimantan terlihat turun dibandingkan 2014 lalu, yakni 58,43 persen.
Di Pulau Bali dan Nusa Tenggara, Jokowi-Amin masih unggul dengan angka 69,48 persen, sementara Prabowo-Sandi 30,52 persen.
Bila dibandingkan dengan 2014, maka terlihat kenaikkan dari 53,57 persen ke 69,48 persen.
Kemenangan juga diperoleh Jokowi-Amin di Pulau Maluku dan Papua di Pilres 2019. Tercatat pasangan 01 ini memperoleh 63,64 persen, sedangkan 02 ada di angka 36,36 persen.
Sementara itu, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno unggul di Pulau Sumatera dan Sulawesi. Tercatat Prabowo-Sandi memperoleh suara 56,98 persen di Pulau Sumatera. Sementara Jokowi-Amin hanya dapat 43,02 persen.
Capaian ini naik dari pilpres 2014 lalu, yakni Prabowo memperoleh 50,25 persen.
Sedangkan Jokowi terlihat merosot dibanding 2014, yang mencapai 49,75 persen.
Baca: Pemilu 2019, Ini 5 Hal Unik yang Ada di Sejumlah TPS di Indonesia, Termasuk TPS Bertema Superhero
Pasangan Prabowo-Sandi juga perkasa di Pulau Sulawesi, dengan memperoleh 51,85 persen dari Jokowi-Amin 48,15 persen.
Di Sulawesi, suara dukungan kepada Jokowi merosot signifikan dari 62,33 persen, pada 2014 lalu.
Sebaliknya, Prabowo naik drastis dari 37,67 persen, menjadi 51,85 persen.
Dalam hitung cepat kali ini, Litbang Kompas mengambil sampel semua pemilih dari 2.000 TPS terpilih yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pengambilan 2.000 sampel dilakukan dengan pertimbangan target toleransi kesalahan (margin of error), kemampuan sumber daya yang ada, dan biaya.
"Dari segi personel, kami siapkan tenaga lapangan 2.000 TPS tersebut. Artinya, tenaga lapangan saja sudah 2.000, plus koordinator untuk mengelola interviewer, disebut koordinator lapangan. Mereka mengawasi 5-7 interviewer. Di atas korlap, ada lagi, koordinator daerah. Total untuk 2000 TPS lapangan adalah 2.387 orang. Itu semua dari jaringan yang kami miliki," ujar Kepala Pusat Data Hitung Cepat Litbang Kompas, Gianie saat ditemui di pusat data Hitung Cepat Litbang Kompas, Palmerah, Jakarta, Rabu (17/4/2019).
Metode penentuan TPS sampel dengan menggunakan teknik penarikan sampel secara acak sistematis berdasarkan jumlah data dari Daftar Pemilih Tetap (DPT) dalam negeri.
Baca: Jokowi-Maruf Amin Menang di TPS Tahanan KPK
Total DPT dari 2.000 TPS sampel Kompas pada hitung cepat kali ini adalah 488.826 pemilih. Dengan tingkat kepercayaan 99 persen dari total maksimal pemilih adalah 185.732.093, maka simpangan kesalahan diperkirakan akan kurang dari 1 persen.
"Margin of error kami diharapkan dibawah 1 persen. Secara umum 2000 TPS yang kami ambil berdasarkan DPT terakhir yang dikeluarkan KPU. DPT kam 180 juta sekian, ketemu intervalnya, nah DPT terpilih ini dilihat, dia di TPS mana. Jadi kami DPT dulu, baru mencari dia di TPS mana. Dari sana ketemu 2.000 TPS itu," paparnya.
Untuk menghasilkan data yang lebih valid dan akurat, sejak dari proses penentuan sampel sampai validasi data di lapangan dilakukan dengan pengawasan berlapis.
TPS sampel yang sudah ditentukan diperiksa kembali dengan data daftar pemilih terdaftar yang dikeluarkan KPU RI. Sehingga semua TPS sampel tervalidasi dan benar sesuai dengan daftar pemilihnya.
Semua hasil data yang masuk akan divalidasi kembali, sehingga tidak terjadi kesalahan non teknis dan kesalahan akibat kelalaian manusia.
"Ini semua dilakukan untuk mendapatkan data yang valid dan akurat, agar mendapatkan hasil sedekat mungkin dengan hasil yang sebenarnya," paparnya.
Setiap interviewer nantinya akan mengirimkan foto dan lokasi TPS ke Pusat Data sebelum melakukan tugas pengumpulan data hasil penghitungan suara. Konfirmator bertugas memonitor keberadaan para pewawancaradan memeriksa data yang masuk.
Tim ini menghubungi pewawancara dan Panitia TPS untuk memastikan akurasi data yang dikirimkan. Validator mengesahkan data yang sudah terkonfirmasi (quality control). Data valid akan disahkan dan dipublikasikan langsung.
"Biar percaya dengan TPS yang dipilih, nanti divalidasi lagi. Harus lewat cek dan recheck. Agar yakin, TPS yang dipilih mewakili karakteristik pemilih dan penduduk di Indonesia," jelasnya.(*)