News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Kivlan Zen: SBY Licik, Tak Mau Prabowo Jadi Presiden

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kivlan Zen bersama Eggi Sudjana di sela-sela aksi di kantor Bawaslu, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (9/5/2019)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  - Kivlan Zen menuding Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertindak licik saat Pilpres 2019.

Ia menyebut, SBY dan Partai Demokrat ingin menjegal Prabowo Subianto batal menjadi capres di Pilpres 2019.

"Saya tahu sifatnya mereka ini saling bersaing antara Prabowo dan SBY. Dia tak ingin ada jenderal lain yang jadi presiden, dia ingin dirinya sendiri dan dia orangnya licik. Sampaikan saja bahwa SBY licik. Dia junior saya, saya yang mendidik dia, saya tahu dia orangnya licik, dia mendukung 01 waktu menang di tahun 2014," kata Kivlan Zen di sela aksi demo di Kantor Bawaslu RI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (9/5/2019).

Selain itu, Kivlan juga menyinggung peryataan Wasekjen Demokrat Andi Arief yang menyebut ada setan gundul di Koalisi Adil Makmur Prabowo-Sandi.

Kivlan justru menyebut Andi Arief yang merupakan setan gundul.

"Ya yang setan gundul itu dia yang setan gundul, Andi Arief setan gundul, dia yang setan. Masa kita dibilang setan gundul," jelas Kivlan Zen.

Sebelumnya diberitakan, Andi Arief bercuit soal 'setan gundul' yang muncul di tengah perjalanan perjuangan Koalisi Indonesia Adil Makmur pengusung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Andi mengatakan 'setan gundul' itu memberikan masukan kepada Prabowo yang menurutnya sesat.

Andi mengatakan Partai Demokrat hanya ingin melanjutkan koalisi dengan partai-partai politik pengusung Prabowo-Sandi, yakni Gerindra, PAN, PKS, dan Berkarya, serta rakyat, bukan 'setan gundul'. Jika si 'setan gundul' masih hadir, Andi mengancam Demokrat bakal memilih jalan sendiri.

Demokrat Menjawab

Sementara itu, Partai Demokrat menanggapi tudingan Kivlan Zen bahwa Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertindak licik saat Pilpres 2019.

"Saya bisa memahami kondisinya, mungkin yang terjadi sekarang ini di luar ekspektasinya," ujar Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean kepada Tribunnews.com, Kamis (9/5/2019).

Ferdinand Hutahaean menegaskan, Kivlan Zen sedang melakukan fitnah, ketika menuding SBY tidak ingin Prabowo Subianto menjadi capres di Pilpres 2019.

"Itu fitnah! Tuduhan tak berdasar," tegas Ferdinand Hutahaean.

Justru, dia menjelaskan, sejak awal SBY ingin menyukseskan Prabowo Subianto menjadi pemimpin baru di Indonesia.

Tapi dia menegaskan, sebaliknya Prabowo banyak tidak melaksanakan apa yang disampaikan dan dipesankan SBY.

"Faktanya, pak Prabowo banyak tidak melakukan apa yang disampaikan oleh pak SBY. Jadi Pak Prabowo lebih mendengarkan pihak lain," ujar Ferdinand Hutahaean.

Dengan demikian, kata dia, yang terjadi kini hasil pemilu presiden 2019 adalah seperti yang sekarang terlihat.

Untuk itu, Ferdinand Hutahaean menyarankan Kivlan Zen untuk tidak menambah lawan yang baru.

Datangi Bawaslu

Kivlan Zen dan Eggi Sujdana terlihat mendatangi Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Kamis (9/5/2019).

Pantauan Tribunnews.com, Kivlan Zen yang tampak mengenakan kemeja abu-abu dengan topi Bucket hat berwarna cream tiba di halaman Kantor Bawaslu sekitar pukul 15.00 WIB.

Kivlan Zen tampak didampingi kuasa hukumnya, Eggi Sudjana.

Rombongan Kivlan Zen terlihat bergegas untuk masuk ke dalam gedung Bawaslu.

Barikade rombongan Kivlan Zen bahkan menerobos massa Gabungan Elemen Rakyat untuk Keadilan dan Kebenaran (Gerak) yang sedang melakukan aksi terlebih dahulu.

Suasana kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (9/5/2019) jelang aksi Kivlan Zen bersama massa yang tergabung dalam Gabungan Elemen Rakyat untuk Keadilan dan Kebenaran (Gerak). (Fransiskus Adhiyuda)

"Permisi, permisi, Jenderal Kivlan Zen mau lewat," ucap seorang pendampingnya.

Kivlan Zen dan Eggi Sudjana kemudian menuju sisi pintu sebelah kanan gedung Bawaslu.

Namun, barikade kepolisian telah bersiap di depan pintu gerbang.

"Jenderal Kivlan mau masuk, permisi," ucap seorang pendamping Kivlan Zen.

Petugas kepolisian yang berjaga pun bergeming.

Mereka justru memperkuat barikadenya.

Seseorang lalu menggiring Kivlan Zen dan Eggi Sudjana melewati celah barikade kepolisian.

Namun, hal itu pun gagal.

Barisan kepolisian menahan rombongan Kivlan Zen.

Aksi dorong dengan pihak kepolisian sempat terjadi, meski akhirnya Kivlan Zen dan Eggi Sudjana memilih mundur.

Eggi Sudjana menyampaikan, bahwa aksinya ke Bawaslu untuk mengadukan kecurangan yang dilakukan Paslon 01, Jokowi-Ma'ruf telah berizin di kepolisian.

Eggi Sujdana di depan Kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Kamis (9/5/2019).

Sehingga, kata Eggi, gagalnya mereka masuk ke Bawaslu merupakan bentuk pelanggaran terhadap UU no 9 tahun 1998 tentang unjuk rasa.

"Polisi harusmya memfasilitasi kita berrtemu dehgan yang kita demo," kata Eggi kepada wartawan di lokasi.

Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) menyatakan, tindakannya ini bukan merupakan gerakan makar.

Tapi, lebih kepada people power menuntut keadilan ke Bawaslu untuk mendiskualifikasi Jokowi-Ma'ruf sebagai peserta Pilpres 2019.

"Ini bukti nyata people power walaupun belum banyak ini lah bentuk people power yang sesungguhnya, bukan people power untuk makar," ucap Eggi.

Geruduk Bawaslu

Massa yang mengatasnamakan Gabungan Elemen Rakyat untuk Keadilan dan Kebenaran (Gerak) mengelar aksi di depan kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (9/5/2019).

Berdasarkan pantauan di lokasi, massa yang mayoritas menggunakan baju putih terlihat bergerombol didepan Bawaslu sambil sesekali berorasi tanpa pengeras suara.

Mereka terlihat membawa bendera kuning dan menyerukan Komisi Pemilihan Umum (KPU) curang terhadap Pemilu Presiden 2019.

Massa Gerak pun nampak mencoba masuk ke dalam gedung Bawaslu.

Namun, pihak kepolisian menghadang massa di pintu gerbang Bawaslu.

Di tengah aksi dorong-dorongan massa dengan polisi, nampak Kivlan Zen bersama Eggi Sudjana muncul dan mencoba masuk ke gedung Bawaslu.

"Permisi, permisi, Jenderal Kivlan Zen mau lewat," ucap salah satu pendampingnya.

Mereka bedua, tak sepatah katapun memberikan peryataan terkait kedatanganya ke Bawaslu.

Meraka langsung bergegas ingin masuk ke dalam Gedung Bawaslu.

Sekelompok orang yang mengatasnamakan Ikatan Keluarga Besar UI melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat, Kamis (9/5/2019). Dalam aksinya tersebut, mereka menuntut kepada KPU dan Bawaslu untuk bertanggung jawab atas keutuhan NKRI. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/Jeprima)

Namun pihak kepolisian tidak mengizinkannya dan massa untuk dapat masuk ke dalam gedung Bawaslu.

"Jika saudara memiliki surat ijin untuk melakukan aksi silahkan berikan ke kami nanti kami amankan, jika tidak ada mohon maaf saudara sekalian untuk tidak berada disini karena mengganggu pengguna jalan lainnya," kata salah seorang anggota polisi melalui pengeras suara.

Polisi pun membunyikan sirinenya guna membubarkan massa yang daritadi nampak membuat cukup kemacetan di sekitar jalan MH Thamrin.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini