Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Harga properti di China mengalami penurunan pada November, dibebani oleh ekonomi yang lesu dan sektor properti yang masih bermasalah.
Namun dengan adanya kebijakan yang menguntungkan baru-baru ini dan pelonggaran dalam pembatasan Covid-19, hal itu membuat prospek terhadap sektor properti semakin meningkat ke depannya.
Menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional (NBS) pada Kamis (15/12/2022), harga properti di China turun 1,6 persen tahun ke tahun, jatuh selama tujuh bulan berturut-turut.
Baca juga: Penuhi Kebutuhan Pencari Properti, Bank Pelat Merah Ini Lengkapi Platform Digital
Seperti diketahui, China telah meluncurkan berbagai langkah untuk mendukung sektor propertinya yang terpuruk, yang telah terjepit oleh krisis likuiditas.
Langkah-langkah yang diambil untuk mendukung sektor propertinya yang terpuruk yakni dengan mencabut larangan penggalangan dana selama setahun melalui penawaran ekuitas untuk perusahaan properti yang terdaftar.
Sektor ini, yang pernah menjadi mesin utama pertumbuhan, telah dilanda berbagai krisis sejak pihak berwenang mengambil tindakan keras terhadap leverage yang berlebihan pada pertengahan 2020, dengan pengembang yang kekurangan uang gagal membayar kewajiban utang dan menghentikan konstruksi, mendorong pembeli rumah untuk memboikot pembayaran hipotek.
Sementara itu, Beijing telah memerintahkan empat bank milik negara teratas untuk menerbitkan pinjaman luar negeri untuk membantu pengembang membayar utang luar negerinya.
Adapun, pelonggaran pembatasan Covid-19 di Beijing baru-baru ini secara luas diperkirakan akan menguntungkan sektor properti, karena negara tersebut secara bertahap beralih dari kebijakan nol-Covid yang menuntut penguncian dan mengganggu secara ekonomi serta karantina wajib di fasilitas pemerintah.
Analis Nomura menulis dalam sebuah catatan bahwa mereka telah menaikkan perkiraan pertumbuhan mereka untuk 2023 menjadi 4,8 persen dari 4,0 persen.
Baca juga: Prospek Investasi Properti di IKN Diyakini Tetap Seksi di Tengah Ancaman Resesi
“Pelonggaran kebijakan nol-Covid sangat diperlukan dan tidak dapat dihindari. Hal itu juga menjadi prasyarat untuk pemulihan pertumbuhan pada tahun depan," kata analis Nomura, mengutip Reuters.
"Namun, kami terus memperingatkan bahwa jalan menuju pembukaan kembali secara penuh mungkin masih menyakitkan dan bergelombang,” pungkasnya.