News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadan 2012

Tradisi Membangunkan Sahur di Maroko

Editor: Widiyabuana Slay
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tradisi membangunkan sahur di Maroko

Laporan Tribunners Kusnadi El Ghezwa

TRIBUNNEWS.COM - Siapa yang tak kenal dengan "dkak"?(sebutan orang Maroko bagi sekelompok  orang yang bertugas membangunkan  orang untuk sahur selama bulan ramadan), bagi penduduk Maroko kegiatan tersebut merupakan simbol dalam tradisi Maroko.  

Seiring dengan berjalannya sang waktu tradisi tersebut berada di ambang kepunahan, hanya di beberapa kota tua saja yang masih mempertahankan tradisi tersebut agar tetap eksis seperti Fez, Meknes, Tangier, Tetouan, Marrakesh dan Rabat, terutama di lingkungan lama.

Dalam pelaksanaannya ‘dkak' menggunakan instrumen tradisional yang berbeda, seperti gendang, kaleng bekas  dan sejenisnya dengan cara melewati rumah satu demi satu sambil membunyikan peralatan yang mereka bawa dan mengucapkan kata-kata yang menandakan saat sahur tiba.

Sementara beberapa dari mereka menganggap kegiatan tersebut sebagai hobi dan mempraktekkannya untuk tujuan religius, beberapa lainnya bertujuan untuk mencari nafkah mereka selama Ramadhan, karena bagi siapa saja yang di tunjuk masyarakat untuk ikut gabung dengan ‘’dkak’’ akan mendapatkan upah . Biasanya upah tersebut di kasihkan menjelang akhir ramadan.

Mendengar kegiatan semacam ini tentunya bukanlah hal yang asing bagi para pelajar dan warga Indonesia yang berada di Maroko, meski tidak di jumpai dalam syariat Islam tapi kegiatan tersebut seolah sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari puasa antara Indonesia dan Maroko selama bulan ramadan.  Bedanya kalau di Indonesia siapa saja boleh ikut dalam kegiatan ini dan tidak mendapatkan upah.

Tradisi tersebut merupakan pekerjaan mulia bagi warga Maroko karena, ‘dkak’ telah membantu orang lain bangun untuk  menyantap sahur tepat pada waktunya ketika alarm jam tidak hadir.

"Namun, sayangnya, tradisi ini menjadi sangat langka, apalagi sekarang teknologi yang menembus setiap aspek kehidupan kita akan cukup untuk membangunkan kita pada waktu yang ditentukan. Sekarang, seperti Maroko dengan mengandalkan jam alarm, mereka sudah mulai melupakan tradisi masa lalu mereka," jelas Omar Bihmidine warga setempat.

Hingga akhirnya beberapa orang Maroko yang masih suka dengan  pekerjaan mulia ini, tidak ada yang berani mempraktikkannya karena takut  dipandang sebagai pengganggu orang-orang yang sedang tidur.

“Sudah saatnya Maroko melihat kembali  bagaimana mereka dulu tinggal di masa lalu selama Ramadhan. Sangat menyedihkan sekali jika tradisi ini harus hilang. Oleh karena itu, kita harus mempertahankan tradisi tersebut. Jika tidak, kita akan terus kehilangan kekhasan asli yang membentuk identitas Maroko," katanya.

*Kusnadi El Ghezwa adalah mahasiswa Universitas Imam Nafie, Tangeir Maroko.

Berita Terkait: Ramadan 2012


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini