News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Idul Fitri 2014

Awal Ramadan, Pasar Mayestik Masih Sepi Pembeli

Editor: Rendy Sadikin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Salah satu sudut busana muslim di Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

 Laporan wartawan Warta Kota, Feryanto Hadi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Belum terjadi lonjakan pengunjung di beberapa pusat belanja di Jakarta pada awal Ramadan ini. Pantauan Warta Kota di Pasar Mayestik, Jakarta Selatan, suasana di pasar tersebut masih normal cenderung sepi.

Lorong-lorong penghubung antar blok tampak lengang. Kios-kios penjaja busana pun hanya terlihat melayani beberapa pembeli bahkan banyak kios yang tampak begitu sepi.

Hendrian Saputra (24), pemilik toko Al Kaariim di Lantai Merjanine Blok B-A No 74 Pasar Mayestik mengakui memasuki hari kedua ramadan, belum ada lonjakan masyarakat yang berbelanja di pasar itu.

Ia memprediksi, pasar mulai ramai dua minggu sebelum lebaran hingga H-2 lebaran. "Tahun lalu begitu. Semakin dekat dengan lebaran, semakin ramai. Kalau sekarang masih begini-begini saja," katanya kepada Warta Kota, Senin (30/6).

Toko milik Hendri yang menjual aneka baju muslim pria dan wanita, saat ini hanya bisa menjual 10 potong baju setiap hari, dengan harga baju koko bervariatif antara Rp100 ribu hingga Rp150 ribu.

"Yang paling laku dan ngetrend saat ini tetap baju koko model Uje," katanya. Yoyok (35), pemilik Toko Kerudung Ummi, di Lantai Dasar no 123 juga mengeluhkan hal sama.

Justru, kata dia, seminggu sebelum ramadan sempat terjadi kenaikan pengunjung yang menyebabkan kenaikan omzet tokonya. Pada moment itu, ia bisa meraih omzet Rp6 juta-Rp8 juta.

"Biasanya di awal ramadan pembeli memborong kerudung untuk dijual lagi. Tapi baru sekali saja kemarin ramainya. Dua hari ini sepi lagi," katanya.

Kerudung yang dijual Yoyok bermacam-macam jenis, dengan harga dari Rp15 ribu hingga Rp130 ribu. Dalam sehari, ia bisa menjual rata-rata 50 potong kerudung. "Yang paling banyak dibeli yang harganya menengah, Rp75 ribu berbahan spandek," katanya.

Ia berharap akan ada peningkatan pengunjung dan transaksi di hari-hari mendatang di bulan ramadan.

"Biasanya H-10 sampai mendekati lebaran yang paling ramai. Cuma, pada momen itu masyarakat lebih banyak membeli secara satuan. Beda kalau di awal ramadan yang membeli dalam jumlah banyak untuk kemudian dijual lagi," katanya.

Sementara itu, Sifa Moslem House yang berada di Blok B No.103 A punya cerita lain. Dijelaskan Nur Hidayah (19) selaku penjaga toko setempat, penjualan baju-baju muslim di tokonya sudah mengalami peningkatan memasuki bulan ramadan.

Kenaikannya sekitar 25 persen dibanding momen biasa, kata dia. Nur mengatakan, brand Sifa yang sudah terkenal menjadi sebab toko itu lebih ramai ketimbang toko lain di sekitarnya.

Pembeli yang datang pun tidak hanya masyarakat lokal Jakarta, tetapi dari berbagai kota bhkan dari luar negeri. "Kemarin ada orang Malaysia yang borong kerudung sama baju muslim," kata Nur.

Baju yang dijual di Sifa Moslem House antara Rp55 ribu-Rp1,8 juta. Dalam sehari, kata Nur, tokonya mampu menjual sedikitnya 40 potong baju muslim. Butuh promosi Beberapa pedagang mengeluhkan sepinya pengunjung Pasar Mayesti.

Padahal, sejak tahun 2012 pasar Mayestik telah berubah menjadi lebih modern dan bersih setelah Pemerintah DKI Jakarta memutuskan melakukan renovasi total Pasar Mayestik yang sebelumnya merupakan pasar tradisional.

Bahkan, pasar sudah dilengkapi dengan lift, eskalator, pendingin ruangan, dengan desain bangunan yang mewah dan toko-toko yang tertata rapi.

"Harusnya pengelola lebih gencar lagi untuk promosi, baik melalui media massa atau dengan menggelar event-event di pasar ini. Masak sudah dua tahun jadi pasar bagus, pengunjungnya masih sedikit," kata Hendri.

Para pedagang menilai, banyak masyarakat yang belum tahu kini Pasar Mayestik telah berubah wajah jadi bagus. "Mestinya ada promosi dari manajemen, supaya pasar ramai. Karena kondisi saat ini, dibanding dengan ITC lain, di sini masih sepi, padahal pasarnya sudah bagus," kata Yoyok.

Akibat sepinya pembeli, beberapa pedagang harus memutar otak, mencari siasat. Mira (26), kakak Hendri, mengaku saat ini ia banyak menjual baju muslim pria dan wanita melalui sistem online, baik melalui Blackberry maupun Facebook.

"Sekarang kami tidak hanya mengandalkan penjualan di toko saja. Tapi kami promosikan lewat sistem online juga untuk menggenjot penjualan," kata Mira.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini