Oleh KH Cholil Nafis Ph D
Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PB NU
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia Pusat
CIRI utama dalam menjalankan ibadah puasa adalah keihklasan dan mengesakan Allah semata. Penanaman nilai tauhid tercermin dalam ibadah puasa, karena semua perbuatannya merasa selalu dilihat oleh Allah SWT.
Orang bisa saja melakukan kebohongan dengan pura-pura tidak makan dan tidak minum di depan khalayak. Namun orang beriman merasa selalu diawasi oleh Allah SWT dalam setiap keadaannya.
Saat berpuasa, seseorang sedang melatih diri untuk menghindari rasa riya' (pamer) sehingga semua perbuatannya semata-mata karena mengharap ridha Allah SWT. Orang yang sedang berpuasa dilatih untuk menjaga amanah dan bertanggung jawab terhadap seluruh perbuatannya agar terhindar dari kemunafikan.
Ibadah puasa sangat lekat dengan implementasi nilai-nilai tauhid dan jauh dari syirik, baik syirik kecil atau besar. Puasa merupakan ibadah yang sepesial kepada Allah untuk membangun keintiman seorang hamba dengan Tuhannya.
Sebagaimana ditegaskan oleh firman Allah SWT dalam Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh Rasulullah saw, "Setiap amalan manusia adalah untuknya sendiri kecuali puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Dan Aku sendiri yang akan membalasnya."
Para ulama menganalisa, mengapa ibadah puasa menjadi istimewa di mata Allah SWT? ternyata ditemukan beberapa spesifikasi puasa yang membedakan dengan ibadah lainnya.
Pertama, ibadah puasa jauh terhindar dari pamer kebaikan. Orang yang sedang berpuasa adalah rahasia dirinya dengan Allah SWT untuk membangun keintiman dan bermunajat sepanjang hari.
Kedua, ibadah puasa tidak membutuhkan gerakan sebagaimana ibadah lainnya sehingga dapat dilihat orang lain. Ibadah puasa berangkat dari hati dan diimplementasi dengan tekat tanpa gerakan.
Ketiga, pada dasarnya ibadah puasa tidak dapat dipamerkan karena memang tidak tampak dalam perbuatannya. Ketika seseorang riya' dengan ibadah puasanya pasti dengan cara mengabarkan kepada orang lain bahwa dirinya sedang berpuasa.
Keempat, sulit sekali orang berbangga dengan tidak makan dan tidak minum. Di samping itu, lapar dan haus tidak dapat dipersembahkan kepada tuhan yang disekutukan kepada Allah SWT. Karenanya, ibadah puasa lekat dengan nilai tauhid yang hanya menyembah kepada Allah SWT semata.
Puasa menunjukkan ketulusan iman. Ibnu Rajab mengatakan, "Puasa inilah yang menunjukkan benarnya iman seseorang." Orang yang melakukan puasa selalu menyadari dia berada dalam pengawasan Allah SWT meskipun dalam keadaan sendirian.
Oleh karena itu, Allah membalas orang yang melakukan ibadah puasa tanpa ada batas, dan mengkhususkan amalan puasa adalah istimewa untuk-Nya dibanding amalan-amalan ibadah lainnya.
Puasa adalah sarana keakraban antara seorang hamba dengan Tuhannya.
Ia tidak melakukan sesuatu tetapi meningggalkan kenikmatan dunia berupa makan, minum dan syahwatnya semata-mata mengharap cinta Allah SWT. Puasa adalah pancaran tauhid dan realisasi keimanan. Orang beriman akan rela meninggalkan godaan syahwat dan memenangkan ketaatan kepada Allah SWT.
Keistimewaan puasa tidak hanya dijanjikan di dalam pelaksaanaannya tetapi balasan khusus dan terhormat kelak di akhirat. Allah SWT bahkan telah menyediakan pintu khusus masuk bagi para muslim yang berpuasa.
Dari Hadits Sahal bin Sa'ad ra, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya di surga ada pintu yang namanya rayyan. Hanya boleh masuk dari pintu itu orang-orang yang berpuasa. Ketika orang yang berpuasa telah masuk dari pintu rayyah maka pintu itu langsung ditutup agar orang lain tidak dapat masuk."
Mudah-mudahan umat muslim dapat menjalankan ibadah puasa sebaik-baiknya hingga menggapai takwa dan mendapat ridha Allah SWT. Amin ya Rab.