TRIBUNNEWS.COM, PASURUAN - Kemiskinan dekat dengan kekufuran, demikian sabda Rasulullah SAW.
Implikasi logis dari sabda tersebut adalah umat Islam harus menjadi orang kaya agar jauh dari kekufuran.
Satu di antara jalan menuju kaya adalah dengan berdagang. Sama seperti Baginda Nabi yang juga seorang pedagang.
Semangat sabda Nabi Muhammad SAW tersebut menjadi spirit di Pondok Pesantren Terpadu (PPT) Al Yasini.
Ponpes yang berada di Dusun Areng-Areng, Desa Sambisirah, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, ini mendorong para santrinya menjadi seorang pedagang atau entrepreneur.
Ponpes ini memberi istilah seorang santri Al Yasini harus menjadi santripreneur.
“Istilah santripreneur ini muncul belakangan. Namun, sejak ponpes ini didirikan, kami sudah mengajarkan para santri berbagai ketrampilan untuk bisa mandiri,” kata Zainudin, Ketua Yayasan Miftahul Ulum Al Yasini, Kamis (25/6/2015).
Irham menuturkan ponpes salaf ini didirikan pada 1940 oleh KH Yasin bin Abdul Ghoni. Nama ponpes ini mengambil dari nama pendiri yang wafat pada 1951.
Kepemimpinan kemudian ditangani oleh istri dan kakak KH Yasin, Nyai Chusna dan Kiai Aji Nusyasin.
Ditangani kedua orang ini, benih-benih entrepreneur sudah semakin berkembang.
Para santri diajarkan ketrampilan sederhana membuat kerajinan tangan agar bisa mandiri secara ekonomi ketika selesai mondok.
Pada 1953, PPT Al Yasini dipimpin putra bungsu pendiri, yaitu KH Imron Fatchullah. Di bawah kepemimpinan KH Imron ini pengajaran ketrampilan semakin dimantapkan, sekaligus ditambahkan lagi softskill leadership.
“Semua softskill itu hanya penunjang sebagai bekal para santri. Inti pengajaran di sini, tetap mengacu pada pondok salaf, yaitu mempelajari kitab-kitab,” sambungnya.
Terobosan kembali dilakukan oleh anak KH Imran, yaitu KH A Mujib Imron (Gus Mujib).
Di bawah kepemimpinan Gus Mujib, terobosan dilakukan di bidang pendidikan. Dinaungi oleh Yayasan Miftahul Ulum Al-Yasini, ponpes ini mendirikan lembaga pendidikan formal, mulai dari TK hingga perguruan tinggi (STIA Al Yasini).