TRIBUNNEWS.COM - SEBENTAR lagi Ramadan tiba, bulan penuh berkah, bulan yang dilipatgandakan amal kebaikan, afdhal-nya melebihi seribu bulan.
Ibarat menghadapi sebuah even, tentu ada berbagai persiapan yang harus dilakukan guna menyukseskan even tersebut.
Begitu pula menghadapi Ramadan yang sudah di depan mata, butuh persiapan matang dalam menyukseskannya, sehingga Ramadan benar-benar menjadi moment penting dalam menempuh perjalanan mencari cinta Ilahi.
Bagaimana seorang muslim seharusnya menyiapkan Ramadan? Zarkasyi Yusuf, Staf Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Kanwil Kementerian Agama (Kemenang) Provinsi Aceh memparkannya dalam tulisan yang dilansir Serambi Indonesia (Tribunnews.com Network).
Tersebutlah dalam beberapa literatur tentang persiapan yang dilakukan oleh orang shaleh terdahulu dalam menyambut Ramadan.
Dalam kitab Hilyatul Auliya wa Thabaqatul Asyfiya’ karya Abu Nu’aim Al Ashfani menceritakan bagaimana para kaum sufi melakukan persiapan menyambut datangnya Ramadan.
Salah seorang yang diceritakan itu adalah Amru bin Qais (w 41 H), ketika Sya’ban tiba, beliau menutup tokonya dan tidak ada aktivitas yang ia lakukan selain membaca Alquran.
Adapun Taqi Ad Din As Subki (w 756 H), ketika datang bulan Rajab beliau tidak pernah keluar dari rumah kecuali untuk melakukan shalat wajib, dan hal itu terus berjalan hingga Ramadhan tiba (Thabaqat As Syafi’iyah Al Kubra, 10/168).
Lain pula dengan pengarang kitab Mughni Al Muhtaj Syekh Khatib As Syarbini (916-977 H), beliau memiliki cara khusus agar konsentrasi dalam melakukan ibadah ketika Ramadan tiba, tatkala terlihat hilal Ramadan beliau bergegas dengan perbekalan yang cukup untuk i’tikaf di masjid Al Azhar dan tidak pulang, kecuali setelah selesai menunaikan shalat Id.
Masih banyak kisah para saalihin terdahulu dalam rangka menyukseskan Ramadan.
Mengapa mereka sanggup berbuat demikian?
Pentingnya taubat
Sejatinya, hal utama yang perlu kita dipersiapkan menjelang Ramadan adalah Taubat.
Sebab, dosa akan menghalangi dan menghapus semangat untuk beribadah kepada Allah Swt. Orang yang baik bukanlah yang tidak berdosa, tetapi yang mau bertaubat atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
Firman Allah Swt: “Katakanlah, hai hamba hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri merek sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53).