Laporan Wartawan Tribun Jabar,Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Selain melatih jiwa, berpuasa selama sebulan di Ramadan secara medis dapat menyembuhkan penyakit metabolik atau penyakit tidak menular yang menggangu kualitas hidup.
Manfaat berpuasa ternyata juga menurunkan risiko alzheimer atau pikun. Lalu bagaimana penjelasan puasa itu bisa menekan risiko kepikunan?
Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dr Miftah Rahman SpPD, menjelaskan secara teoritis penyakit metabolik menyebabkan gangguan tubuh melalui satu jalur, yakni resistensi insulin. Suatu keadaan restensi insulin yang paling sering disebabkan obesitas atau kegemukan.
"Kelebihan lemak tubuh kita bisa direfleksikan di lingkar perut. Perempuan tidak boleh lebih 80 sentimeter dan laki-laki itu tidak boleh lebih 90 sentimeter. Kalau lebih, hati-hati karena risiko resistensi insulin meningkat," ujar Miftah di RSHS Bandung, Jalan Pasteur, Bandung, Selasa (14/6/2016).
Dengan berpuasa, kata Miftah, kadar lemak tubuh itu berkurang. Otomatis, resistensi insulin berkurang sehingga risiko gangguan terhadap metabolisme tubuh terutama sistem sarat pusat pun ikut berkurang.
Itu sebabnya penderita diabetes lebih cepat bisa mengalami kepikunan lantaran lemak berlebihan dan gula darah berlebihan.
"Dengan perbaiki resisntensi insulin teroritis penyakit pikun bisa ditekan," sambung Miftah.
Miftah menambahkan, puasa dapat memproses detoksifikasi atau proses normal dari tubuh untuk membuang dan menetralkan racun.
Dalam hal ini puasa Ramadan merupakan detoksifikasi kategori sedang lantaran mengurangi beban metabolisme tubuh seperti membakar kelebihan lemak. Sangat baik jika setelah Ramadan dilanjutkan dengan puasa sunah Rasul.
"Sekali dua kali puasa proses detoksifikasi itu tidak terjadi. Dan kalau puasa Ramadan dilanjutkan lagi, detoksifikasi makin berkesinambungan dan optimal setelah diteliti secara medis," kata Miftah.