Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Kaki-kaki kecil itu berlarian di bagian depan Masjid Sulthoni Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (21/6/2016).
Secarik kertas di tangan seorang gadis kecil berhijab ditunjukkannya kepada Tribun Jogja (Tribunenws.com Network) saat ada di tengah-tengah mereka. Sebuah lingkaran dengan irisan kecil di dalamnya, diwarnai dengan warna berbeda.
Lingkaran tersebut merupakan gambaran banyaknya harta yang kita miliki, sementara irisan kecil yang tidak sampai seperempatnya, merupakan banyaknya harta yang harus dikeluarkan untuk zakat maal.
Mereka adalah para murid jenjang SD di Bias Special School, bersama guru pendamping yang tengah belajar itikaf di Masjid Sulthoni.
Anak-anak berkebutuhan khusus tersebut tampak riang mempelajari cara menghitung zakat maal dengan cara yang menyenangkan.
Selain dengan gambar, ada juga menghitung besaran zakat maal, dengan bantuan koin nominal Rp 100 yang ditempel di kertas. Mereka harus menempel sejumlah Rp 10 ribu dan 2,5 persennya, yakni Rp 250 yang harus dikeluarkan untuk zakat maal.
Dana, seorang murid kelas 2 SD mengaku tidak kesulitan dalam menghitung zakat maal yang diajarkan pihak sekolahnya.
"Menghitungnya mudah," ucapnya singkat saat ditanya.
Kepala Sekolah BSS, Nurani Sadyaningsih menjelaskan bahwa anak-anak diajarkan untuk meghitung zakat fitrah dan zakat maal.
Terkait zakat fitrah, karena dilakukan kolektif di sekolah, maka mereka terlibat dalam proses pembagiannya ke fakir miskin.
Sementara untuk pelajaran menghitung zakat maal, mereka bukan hanya diajarkan cara menghitung, tapi juga ditunjukkan bahwa harta yang mereka keluarkan untuk zakat maal, hanya sedikit dari harta yang dimiliki.
"Jadi zakat maal itu ringan dan sedikit. Kita jangan berat untuk melepaskan harta yang telah diperintahkan Allah, karena mamang ringan, dan sedikit sekali," tandas wanita yang akrab dipanggil Nuri.