TRIBUNNEWS.COM, BATULICIN - Warga Desa Ringkit Kecamatan Kuranji Kabupaten Tanahbumbu Provinsi Kalimantan Selatan ini menjadi tenar.
Ia menjadi perbincangan orang se-Indonesia di dunia maya. Bahkan mungkin netizen muslim sedunia.
Mengapa sampai jadi buah bibir pengguna media sosial?
Penyebabnya tak lain karena bernama Azan Magrib.
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Azan Magrib menyebar dari satu wall Facebook ke yang lain, dari satu grup WhatsApp (WA) ke grup WA lain.
Sebenarnya, sejak tahun lalu, Azan Magrib populer.
Tahun ini, KTP Azan Magrib kembali viral.
Dia disebut sebagai orang yang selalu ditunggu-tunggu saat umat muslim melaksanakan ibadah puasa.
Jelang awal Ramadan, Banjarmasin Post (Tribunnews.com Network) mencoba menemuinya.
Ini untuk menjawab pertanyaan warga dunia maya ihwal penamaan Azan Magrib.
Saat ditemui BPost di rumahnya, Azan Magrib pun menceritakan asal muasal namanya. Dia adalah bungsu dari empat bersaudara. Dari keempatnya, hanya Azan Magrib yang memiliki nama unik.
Orangtuanya memberi nama tersebut karena lahir tepat saat berkumandangnya Azan Magrib di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
“Saya sempat tanya sama orangtua, kenapa sih nama saya harus Azan Magrib tidak seperti kakak-kakak saya. Kata ibu saya, itu nama yang terbaik untuk kamu,” ucap ayah tiga anak yang bekerja di sebuah perusahaan itu.
Pertanyaan tersebut diungkapkannya karena sempat menjadi bahan guyonan teman-teman saat kali pertama bertemu.
Nama itu juga memberi kesan lain. Semua kakaknya meninggal saat azan magrib.
Apakah itu kebetulan atau tidak, dia tidak tahu. Dia hanya mengambil hikmah dari dengan nama itu.
Kesan lain adalah sekitar dua minggu lalu saat dia berangkat ke Samarinda untuk menjemput anaknya.
Saat itu berlangsung Operasi Patuh Intan. Dua kali dia diberhentikan polisi.
Kendati semua surat lengkap, Azan Magrib diminta turun dari mobil. Itu lantaran polisi melihat SIM dan KTP-nya.
“Wah, sampeyan ini toh yang bikin ramai media sosial. Ayo sini dulu, kita foto bareng dulu pak Azan Magrib,” ucap Azan Magrib menirukan omongan polisi. Dia hanya bisa tersenyum lebar melihat tingkah laku sang polisi. (Banjarmasin Post/hid)