Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Alana (7) adalah penghapan cilik Alquran asal Kabupaten Banjarnegera, Jawa Tengah. Saat akan mencari pesantren untuk melanjutkan hafalan Alquran, Alana didampingi ibunya, Darsiah (47), melihat aktivitas juru parkir.
Alana tertegun memandang juru parkir yang tengah mengatur kendaraan di Pasar Purwanegara, Banjarnegara. Ia hanya memberikan aba-aba kepada pengendara dengan gerakan atau isyarat. Juru parkir itu tidak bisa bicara alias bisu.
Alana berada di gendongan Darsiah (47) yang setia mendampinginya. Kaki bocah ini menderita kelainan sejak lahir sehingga membuatnya susah berjalan.
Sambil memandangi juru parkir di hadapannya, Alana melontarkan kalimat syukur kepada ibunya.
Bocah belia itu bersyukur karena dikaruniai mulut dan lidah normal.
Berkat karunia itu Alana bisa melafalkan Alquran dengan lancar bahkan menghafalkannya. Kata-kata Alana membuat Darsiah terenyuh. Ia menciumi Alana dan mendekapnya lebih erat.
Darsiah tinggal di Desa Merden, Purwanegara, Banjarnegara, Jateng. Ia tak memasukkan Alana ke yayasan hafiz Quran atau pesantren karena terbatas biaya. Tiap hari dia diajari sang bunda untuk menghafal Alquran.
Bakda salat Subuh adalah waktu wajib bagi Alana menghafal Alquran hingga menjelang berangkat ke sekolah ke taman kanak-kanak.
Tak dinyana di luar keterbatasan fisiknya, daya ingat Alana luar biasa. Ia mampu menghafal ayat-ayat Alquran dengan mudah.
"Awal-awal Alana mampu menghafal tiga ayat perhari. Semakin ke sini ia mampu menghafal 10 ayat perhari," sambung Darsiah.
"Dia sendiri punya keterbatasan fisik, tapi masih mengucapkan syukur saat melihat orang lain yang memiliki kekurangan. Apalagi anak sekecil itu. Ibu siapa yang tidak terenyuh mendengarnya," aku dia.
Darsiah bersama Alana saat itu sedang dalam perjalanan mencari guru ngaji untuk Alana.
Setelah lolos peringkat 50 besar dalam audisi Hafiz Indonesia, Darsiah berusaha mencarikan guru ngaji agar hafalan Alana bisa lebih sempurna.
Harapannya, anaknya bisa bersaing dengan penghapal cilik Alquran lain untuk menuju peringkat 18 besar yang berhak tampil di program televisi.
"Saya ingin mewujudkan keinginan anak saya masuk televisi. Saya mencari guru ngaji tapi yang gratis, karena saya tak punya uang untuk membayar," sambung Darsiah.
Karena tak punya kendaraan, suami Darsiah meminjam sepeda motor saudara. Mereka berkeliling desa dan kecamatan untuk mencari guru atau lembaga hafiz.
Karena tak kunjung ketemu, mereka beristirahat di sebuah masjid di Kecamatan Purwanegara.
Dari rumah, mereka hanya berbekal uang saku Rp 20 ribu untuk membeli bensin. Tak diduga, Alana malah memasukkan uang jatah bensin itu ke kotak amal masjid.
"Saya tanya ke Alana, uang itu kan untuk beli bensin kenapa dimasukkan ke kotak. Dia jawab tidak apa-apa untuk beramal," kata dia.
Di tengah perjalanan, bahan bakar menipis. Mereka kehabisan uang untuk membeli bensin.
Keluarga itu akhirnya mampir ke masjid untuk salat Zuhur.
Tak dinyana, Darsiah menemukan uang Rp 100 ribu di tempat wudu. Ia memberikan uang itu ke takmir masjid agar dikembalikan ke pemiliknya.
Setelah diumumkan selepas salat jamaah, tidak ada peserta jamaah yang mengakui memiliki uang itu.
"Karena tidak ada yang kehilangan, suami saya bilang, mungkin itu rezeki yang diturunkan oleh Allah untuk kita," kata Darsiah meriukan ucapan suaminya.
Akhirnya perjalanan keluarga kurang mampu ini sampai di Lembaga Hafiz Alquran di gedung mewah.
Darsiah mendaftarkan putranya ke lembaga itu, meski tak yakin mampu membayar biaya pendidikannya.
Tak disangka, lembaga itu ternyata menggratiskan biaya pendidikan untuk Alana. Sayangnya, Alana hanya sempat belajar menghafal di tempat itu selama seminggu.
"Pendidikannya gratis, tapi transportasi angkutan umum dari rumah ke sana juga butuh biaya. Sehari sekitar Rp 6 ribu, saya tidak sanggup akhirnya terpaksa berhenti di tengah jalan," kata dia.