News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadan 2019

Mengenal Syekh Ahmad Maeno, Mualaf yang Jadi Imam di Jepang, Dakwahnya Melalui Musik Memukau

Penulis: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Syekh Ahmad Maeno adalah salah seorang Imam di Jepang, dia telah memeluk Islam dari sejak usia 18 tahun, pada tahun 1994

TRIBUNNEWS.COM - Syekh Ahmad Maeno adalah salah seorang Imam di Jepang, dia telah memeluk Islam dari sejak usia 18 tahun, pada tahun 1994. Dakwahnya melalui nasyid cukup memukau.

Bagaimana kisah Syekh Ahmad Maeno memilih menjadi seorang mualaf dan menjadikan Islam sebagai tuntunan hidupnya di dunia?

Dikutip dari tulisan di Gana Islamika berjudul Syekh Ahmad Maeno (1): Mualaf Jepang yang Menjadi Imam

Baca: Kisah Muslim di Korea, Geliat Dakwah Muda Nan Cantik Dari Negeri Ginseng, Tampil Modis Saat Ceramah

Setelah lulus dari Universitas Osaka, Fakultas Studi Asing, jurusan bahasa Arab, dan bekerja di perusahaan Jepang di Osaka dan di Masjid Nagoya, dia kemudian memulai perjalanannya untuk mendalami agama Islam di Suriah.

Syekh Maeno sekarang tinggal di negara asalnya di Jepang, mendakwahkan agama Islam.

Ia memulai perjalanannya mencari kebenaran dari sejak umur 14, menurutnya Islam adalah hal yang paling-paling terakhir yang akan datang ke pikirannya, bahwa itu adalah agama yang benar.

Dia memiliki banyak pertanyaan terkait “dari mana saya datang, ke mana saya akan pergi, dan untuk apa saya hidup?”

Menurut Syekh Maeno –setelah dia masuk Islam – pertanyaan-pertanyaan itu muncul karena berkah yang diberikan oleh Allah SWT, yaitu fitrah. Fitrah untuk mencari tahu hakikat tentang diri seseorang.


Sampai suatu saat pada usia 17, Maeno menjadi salah satu peserta pertukaran pelajar ke Melbourne, Australia, di mana dia tinggal setahun di sana.

Di sana dia bertemu dengan salah satu keluarga Muslim untuk pertama kalinya.

Baca: Jadwal Sidang Isbat dan Live Streaming Penentuan 1 Ramadhan 1440 H/2019 di 3 TV Nasional

Mereka memperlakukannya dengan sangat santun, baik, dan murah hati. Syekh Maeno muda menilai bahwa merekalah orang-orang Islam yang sesungguhnya, yang perilakunya sangat indah dan mengagumkan.

Saat itulah secara perlahan pandangannya yang negatif tentang Islam mulai berubah, dan hatinya mencair.

Namun pada saat itu Maeno belum memutuskan untuk masuk Islam, dia kembali ke Jepang.

Baca: Dahsyatnya Khasiat Madu Disebut di Al Quran, Yuk Tiru Cara Rasul Mengonsumsinya untuk Kesehatan

Suatu saat, Maeno kembali lagi ke Australia untuk berkunjung kepada keluarga tersebut. Sang Ayah – kepala keluarga tersebut – memberinya hadiah terjemahan al-Quran berbahasa Inggris.

Dia berkata, “Bacalah buku ini, dan pikirkan olehmu.” Maeno merasa bahagia, dan juga merasa dihargai karena dia dianggap memiliki kemampuan untuk memikirkan sesuatu tentang agama, padahal pada waktu itu dia masih remaja yang berusia 18 tahun.

Maeno kemudian melihat anak laki-laki di keluarga itu yang usianya setahun lebih tua darinya. Anak laki-laki itu sangat tertarik dengan bukti-bukti saintifik yang sangat sesuai dengan isi al-Quran.

Dia menunjukkan gambar-gambar dan mengkomparasikannya dengan isi al-Quran, “Kamu lihat, fakta-fakta saintifik itu telah dibuktikan, dan mereka tahu dan telah menyatakannya lebih dari 1.000 tahun sebelumnya. Lihatlah bagaimana al-Quran itu benar dan bagaimana Islam itu benar.” Dia terus bercerita tentang fakta-fakta kebenaran Islam secara saintifik.

Diceramahi seperti itu Maeno merasa jengkel, ego sebagai warga Jepang yang terkenal sangat suka membaca buku terganggu.

Baca: Ada Hikmah di Balik Larangan Berpuasa untuk Perempuan Haid, Ini Kajian Medis dan Panduan Ibadahnya

Menurutnya, perkataan anak laki-laki itu merupakan bentuk bujukan untuk percaya, dan bagi orang-orang yang sudah terbiasa dengan ilmu pengetahuan, menurut Maeno, mereka tidak membutuhkan bujukan, mereka bisa memutuskan sendiri mana yang menurut mereka benar atau salah. Apalagi apabila hal itu berhubungan dengan agama.

Tetapi bagaimanapun setelah kembali ke Jepang, Maeno tetap mempelajari Islam, di mana dia tidak ingin bergantung terhadap pandangan media tentang Islam, kali ini dia lebih percaya kepada pikirannya sendiri.

Semakin dia tahu tentang Islam, semakin dia meyakini bahwa Islam adalah agama sempurna yang selama ini dia cari-cari. Pertanyaannya dari sejak usia 14 tentang “dari mana saya datang, ke mana saya akan pergi, dan untuk apa saya hidup?” Dia mendapatkannya dari agama Islam. Pada usianya yang ke-18 Maeno memutuskan untuk bersyahadat.

Kini Maeno telah memutuskan untuk mengabdikan hidupnya dalam dakwah Islam. Ulama yang fasih berbahasa Arab dan Inggris ini, bahkan dalam satu kesempatan terlihat sedang membimbing seorang wanita Barat yang ingin masuk Islam untuk mengucapkan syahadat. Dan dia mengajarkannya langsung dengan dua bahasa, Arab dan

Dari tulisan Gana Isalmika, berjudul Syekh Ahmad Maeno (2): Jepang, Indonesia, Hadramaut, dan Musik
https://ganaislamika.com/wp-content/uploads/2018/09/Maeno-2-480x814.jpg

Jika di awal Syekh Maeno mengatakan bahwa pandangan orang Jepang sangat negatif terhadap Islam, tetapi tidak untuk saat ini.

Menurutnya pandangan tersebut telah banyak berubah dalam banyak hal. Saat ini Maeno sudah memeluk Islam selama 24 tahun, pada waktu di awal dia memeluk Islam, menurutnya banyak orang Jepang yang tidak tahu tentang Islam yang sebenarnya.

Pengetahuan mereka sepenuhnya hanya berasal dari media.

Saat ini, mereka tetap masih belum banyak tahu tentang Islam, tetapi setidaknya kini pintu masuk untuk mengetahui tentang Islam lebih terbuka lebar, banyak jalan untuk mengetahui Islam, tidak seperti dulu.

Maeno memberi contoh, “Melalui pekerja atau karyawan asing Muslim. Banyak perawat dari Indonesia yang bekerja di sini, masya Allah. Dan sebagaimana anda tahu, mereka adalah salah satu yang berperan besar yang memperjuangkan dan mensukseskan pembangunan masjid di sini. Sekarang jumlah masjid di Jepang sudah 80 sampai 100.”

Masjid-masjid tersebut kebanyakan dibangun, yang pertama oleh pekerja, dan yang kedua oleh pelajar Muslim.

Dengan banyaknya masjid, pengetahuan orang Jepang dalam tataran individu telah berkembang pesat, dan itu baik. Karena hanya dengan cara itu orang-orang Jepang dapat mengetahui bahwa Muslim adalah manusia juga, orang-orang normal, kata Syekh Maeno.

Berdakwah Lewat Musik
Syekh Maeno juga dikenal suka berdakwah melalui pendekatan musik, yaitu Nasyid.

Dari tulisan GanaIslamika berjudul Syekh Ahmad Maeno (2): Jepang, Indonesia, Hadramaut, dan Musik

Ketika ditanya apa alasannya, Syekh Maeno menjelaskan bahwa Nasyid berpengaruh besar terhadap hati anak-anak.

Selain itu Nasyid juga menurutnya sedang berkembang pesat di dunia Barat dan banyak negara lainnya, bahkan di antara komunitas-komunitas Muslim minoritas.

Sementara itu, di Jepang sendiri, menurut Syekh Maeno hampir sama sekali tidak ada perkembangan.

“Apabila tidak ada yang melakukannya (Nasyid di Jepang), maka saya harus melakukannya. Itulah sebabnya saya memulai (Nasyid),” ujarnya. Syekh Maeno mengembangkan gaya Nasyid-nya sendiri yang bergaya nada-nada Jepang.

Dalam media sosial, Syekh Maeno dapat ditemui di akun instagramnya: @ maenoahmad, dan twitternya: @AhmadMAENO. (PH)

Video Syekh Maeno sedang bernasyid, dapat dilihat di bawah ini:

Tulisan disarikan dari Gana Islamika berjudul
Ahmad Maeno (1): Mualaf Jepang yang Menjadi Imam dan Syekh Ahmad Maeno (2): Jepang, Indonesia, Hadramaut, dan Musik

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini