KH Cholil Nafis Lc MA PhD
Ketua Komisi Dakwah MUI
PUASA Ramadan yang kita tungu-tungu telah tiba.
Rasulullah SAW menyambutnya dua bulan sebelumnya yang dikenal dengan doanya, "Ya Allah SWT, berkahi di bulan Rajab dan Sya'ban dan sampaikanlah kami pada bulan Ramadan."
Betapa penting pelaksanaan puasa sebulan penuh sebagai sarana latihan untuk memanusiakan manusia.
Ibadah puasa yang diwajibkan kepada umat Nabi Muhammad SAW untuk menggapai tujuan besar ialah takwa (Al-baqarah: 175).
Yaitu mengikuti dan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
Puasa yang menggapai takwa tak hanya meninggalkan makan, minum, dan hubungan dengan pasangan sahnya mulai terbit fajar sampai terbenam matahari.
Namun juga anggota tubuhnya berpuasa dari segala bentu maksiat dan kemungkaran.
Meninggalkan godaan syahwat, makan, dan minum yang halal, apalagi yang diharamkan, semata-mata karena Allah SWT.
Ada beberapa cara puasa orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT.
Pertama, puasa mata dari pandangan maksiat dan munkar.
Baca: Menu Khas Buka Puasa di Berbagai Negara: Mulai dari Samosa, Nonbu Kanji hingga Galnash dari Rusia
Mata orang yang berpuasa dijaga melihat aurat dan melihat hal tercela.
Orang yang menjaga pandangan akan lebih mudah mengontrol dan memfokuskan hatinya untuk dzikir kepada Allah SWT.
Sedangkan orang yang membiarkan dan meliarkan pandangannya akan mudah terganggu konsentrasi, pastinya bisa lupa akan dirinya yang sedang berbuasa dan lupa dzikir kepada Allah SWT.
Kedua, Menjaga lisan dari berucap yang tidak baik.
Mulut dijaga dari terlibat dalam perbincangan yang mengarah pada menggunjing (ghibah), mengadu domba (namimah) dan memfitnah.
Di era media sosial dan informasi ini sungguh dosa-dosa lisan yang sering disebarkan melalui tulisan mudah sekali dilakukan orang yang sedang berpuasa.
Sebab kita seringkali interaksi melalui medsos dan kadang tak tekontrol terjebak pada dosa lisan menggunakan tulisan.
Terjebak pada nyinyir, menghina dan merendahkan orang serta kelompok lain, bahkan tak jarang terjadi pertengkaran lisan di media sosial.
Imam al-Ghazali pernah mengingatkan tentang sulitnya melepaskan diri dari maksiat yang telah menyatu dengan tradisi.
Ia mengatakan: "Diantara macam sabar yang paling berat adalah sabar untuk meninggalkan maksiat yang telah menyatu dengan tradisi dan adat istiadat manusia. Sebab ketika sesuatu telah menjadi tradisi terasa dalam diri insan sesuatu yang biasa dan tak merasalah bersalah sehingga tak pernah ada niat untuk melakukan perbaikan. Sehingga sulit bertobat dan melakukan perbaikan diri."
Semua Dilipatgandakan
Puasa yang menggapai takwa bukan hanya sekadar meningalkan makan, minum, dan hubungan intim suami dengan istri di siang hari yang bersifat fisikis dan konsumtif.
Namun juga puasa seluruh organ tubuh dari perbuatan maksiat yang dilarang oleh Allah SWT seraya bersabar untuk taat kepada Allah SWT.
Bahkan akan dapat menggapai derajat puasa yang paling sempurna manakala hatinya juga berpuasa dari mengingat dan fokus kepada harta benda, jabatan, dan hingar bingar dunia sehingga hati orang yang berpuasa selalu dzikir kepada Allah SWT.
Karenanya, puasa di bulan Ramadan menjadi sangat istimewa.
Semua kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat, tujuh ratus kali lipat sampai tak terbatas.
Pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka sebab di saat orang muslim berpuasa telah meninggalkan syahwat duniawi semata-mata karena Allah SWT.
Selamat menunaikan ibadah puasa untuk melatih diri menuju insan yang sempurna guna menggapai ridha ilahi rabi.
Semoga dapat menjalankan ibadah puasa secara baik, menggapai lailatul qadar dan kembali kepada kefitrian manusia sehingga iman bertambah dan dapat meningkatkan kualitas hidup di bulan Ramadan dan di bulan-bulan berikutnya seusai Idul Fitri.
Amin ya Rab.