KH Cholil Nafi sLc MA PhD
Ketua Komisi Dakwah MUI
SEBAGAIMANA smartphone yang membutuhkan energi istrik, setiap saat manusia juga sama.
Secara fisik manusia butuh makan dan minum untuk menjaga dan memulihkan energi, secara spiritual memerlukan olah batin secara rutin.
Satu di antara metode olah batin yang diajarkan Allah SWT adalah puasa.
Dilihat dari semua kategori ibadah utama (mahdhah), puasa termasuk "spiritual fast charging" atau cara cepat meningkatkan kualitas spiritual bagi kaum beriman.
Dalam sebuah hadits Nabi SAW disebutkan puasa itu rahasia antara Tuhan dan hamba-Nya.
Rasulullah SAW bersabda: "Setiap kebaikan berpahala sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus pahala kebaikan, kecuali puasa. Itu adalah milik-Ku dan Aku yang akan memberinya ganjaran." (HR Muslim)
Puasa juga sebagai cara efektif untuk menaklukkan musuh Allah bernama setan.
Dalam banyak ayat Alquran disebutkan, setan sebagai musuh yang paling nyata ('aduwwunmubiin) bagi manusia.
Kekuatan setan menggoda manusia tidak akan pernah maksimal tanpa perantara syahwat yang di-support oleh makanan/minuman.
Sementara saat kita berpuasa yaitu tidak ada asupan makanan sehingga menghancurkan, minimal mengurangi syahwat.
Baca: TERPOPULER: Viral Video Pria Teriak Penggal Kepala Jokowi, Gibran Rakabuming: Kita Yang Sabar Saja
Artinya, dengan berpuasa setan tidak atau kurang mampu masuk untuk "merusak" ke dalam tubuh kita.
Dalam konteks ini, frekuensi manusia yang berpuasa memiliki level berbeda jauh dengan setan.
Saat level frekuensi berbeda, berpuasa bisa menjadi perisai bagi para pelakunya dari tinta dosa dan maksiat.
Baca: Amalan Sunnah dan Bacaan Doa Buka Puasa Ramadan 2019/1440 H
Dalam sebuah Hadits, Rasulullah SAW menyatakan: "Sesungguhnya setan akan mengalir dari aliran darah manusia, maka perlemahlah aliran darah itu dengan kondisi lapar." (HR Muttafaqun 'Alaih)
Inilah korelasi makna pada bulan puasa (Ramadan), setan itu dibelenggu seperti yang disabdakan Rasulullah SAW: "Apabila memasuki bulan Ramadan dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka serta dibelenggulah setan-setan."
Lalu salah satu malaikat berkata: wahai yang mengerjakan kebaikan, teruskanlah! Dan wahai yang mengerjakan keburukan, tinggalkanlah.”(HRBukharidan Muslim).
Tiga Tingkatan
Namun demikian, tidak semua puasa setiap orang sama derajatnya. Ada tingkatannya sesuai dengan kualitas iman dan takwanya.
Menurut Hujjatul Islam, Imam Ghazali dalam kitab magnum opusnya, Ihya Ulumiddin, puasa berdasarkan kuantitas atau ukurannya dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan.
Pertama, mereka yang hanya sebatas tidak makan dan minum serta menahan dari yang membatalkan puasa.
Akan tetapi ia tidak menjaga anggota badannya dari hal-hal yang makruh dan tercela.
Kualitas puasa golongan ini hanya sebatas "menggugurkan" kewajiban.
Tingkatan biasa disebut sebagai puasanya orang-orang pada umumnya ('awam).
Kedua, mereka menahan dari unsur-unsur yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari dan juga menjaga seluruh anggota tubuhnya dari perbuatan yang tercela.
Mereka mampu menjaga lisannya dari perilaku ghibah, matanya tidak digunakan untuk melihat yang haram, misalnya aurat lawan jenis yang bukan mahramnya, dan anggota tubuh lainnya.
Baca: Ramadan Waktunya Merenungkan Kembali Hubungan Sesama Muslim yang Berbeda Pilihan Politik
Tingkatan puasa ini disebut puasa khusus (khas).
Ketiga, puasa yang dijalankan oleh mereka yang juga membarenginya dengan penjagaan akal dari su'udzan (berburuk sangka) dan hati yang risau, serta menjadikannya untuk selalu berzikir kepada Allah SWT.
Pada saat puasa ia mencoba untuk membersihkan dan menyucikan jiwanya dari segala perbuatan tercela dan dosa.
Mereka menjaga hati dan pikirannya dari hal-hal yang berkaitan dengan dunia, dan menjaganya dari selain Allah SWT secara menyeluruh.
Inilah level puasa yang dimiliki oleh orang-orang sangat khusus (khawashulkhawas).
Meski amalan puasa memiliki tingkatan berbeda-beda pada setiap orang, namun ibadah ini benar-benar memberikan efek sangat positif bagi jiwa.
Tentu tingkatan paling tinggilah yang akan menghantarkan manusia berada pada puncak spiritual.