TRIBUNNEWS.COM - Mengunjungi Masjid Jogokariyan yang terletak di Jalan Parangtitis, Yogyakarta jemaah seolah dimanjakan. Mengapa? Yuk simak keunikan di Masjid ini.
Selain dikenal sebagai masjid yang menyediakan ribuan porsi buka puasa gratis setiap hari selama bulan Ramadhan, ini memiliki program lain yang tak kalah unik.
Masjid Jogokariyan akan menggantikan kerugian yang dialami jemaah jika kehilangan alas kaki atau kendaraan di lingkungan masjid.
Hal ini dibenarkan oleh pihak pengelola masjid, yaitu dari Humas Masjid Jogokariyan, Enggar Haryo Panggalih saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/5/2019) siang.
"Iya, kami menggaransi. Kalau ada sandal, sepatu, yang hilang di masjid akan kami ganti dengan merek yang sama dengan harga yang sama," kata Enggar.
Baca: Meniru Cara Nabi Merawat Gigi, Rajin Bersiwak, Khasiatnya Ampuh untuk Kesehatan Mulut
Uang yang digunakan untuk mengganti kehilangan tersebut diambil dari uang anggaran rumah tangga masjid.
Sebelumnya, menurut Enggar, dana ganti rugi diambil dari uang pribadi para pengurus masjid.
"Sekarang, karena perolehan infak sudah tinggi dan kepercayaan jemaah meningkat, (uang ganti rugi) diambilkan dari dana kerumahtanggaan," ujar Enggar.
Program ini ternyata bukan merupakan program baru di Masjid Jogokariyan, namun sudah mulai diterapkan sejak tahun 2000-an.
Baca: Indahnya Masjid Faisal Pakistan, Yuk Telusuri Bentuknya
"Sejak awal manajemen masjid yang baru kami mulai, diawali tahun 2000-an," ucapnya.
Enggar mengaku selama ini pihak masjid sudah sering memberikan uang pengganti atas kehilangan barang yang dialami jemaahnya.
"Kami beri sandal pengganti untuk pulang, dan beri uang sesuai harga sandal/sepatu yang hilang," ujarnya.
Tidak hanya alas kaki, kehilangan kendaraan juga pernah dialami jemaah di masjid yang selalu ramai pengunjung, khususnya di bulan Ramadhan ini.
"Untuk kendaraan, kami pernah ganti sepeda jemaah yang hilang di masjid," kata Enggar.
Meski begitu, Masjid Jogokariyan tidak melakukan pengawasan khusus dan konfirmasi lanjutan kepada pihak yang mengaku kehilangan.
Kejujuran jemaah dijadikan pegangan oleh pengurus masjid untuk tidak segan memberikan barang atau uang pengganti.
"Kalau itu kami kembalikan lagi ke personal masing-masing. Kalau ada yang melapor sandal atau sepatunya hilang, langsung kami ganti. Malah ada yang sebatas lapor tapi enggak mau diganti, juga ada," ucap Enggar.
Dari Instagram masjidjogokariyan pada Sabtu ( 11/5/2019), masjid tersebut diketahui menyediakan 2500 porsi makanan setiap harinya selama bulan Ramadan.
Porsi yang cukup besar itu dimasak oleh 29 dasawisma kelompok ibu-ibu warga Jogokariyan.
Tak hanya itu, kelompok ibu-ibu tersebut juga mencuci sendiri piring dan gelas yang berjumlah ribuan itu.
Uniknya, Masjid Jogokariyan kekeuh menggunakan piring dan gelas ketimbang kardus makan atau gelas plastik.
Hal itu lantaran mereka mengeluarkan porsi yang sangat besar setiap hari, dan penggunaan kardus makan atau gelas plastik hanya akan menimbulkan sampah semakin banyak.
Dikutip dari Suar, Masjid Jogokariyan tersebut memiliki beberapa fakta unik.
Hal unik itu dijelaskan oleh Jayadi Amir Abu Nabil dalam status Facebook-nya, 3 Maret 2019 lalu.
Selain itu, untuk warga kampung yang muslim dan tidak ke masjid akan didata.
Mereka akan didatangi rumahnya oleh pihak masjid untuk dicarikan solusi dalam mengatasi masalah hidupnya.
"Kalau miskin dituntaskan, kalau anaknya tidak mampu sekolah langsung diberi beasiswa, kalau rumahnya rusak langsung dibedah dengan uang saldo masjid,” tulisnya lagi.
Menurut Jayadi, saldo masjid harus tetap NOL RUPIAH setiap dilaporkan ke jamaah, tidak ada saldo yang "menganggur".
Berdasarkan keterangan Jayadi, masjid ini juga menyediakan penginapan gratis untuk para musafir yang tidak mampu bayar hotel, fasilitasnya bintang tiga.
"Gratis makan, bahkan kalau ada musafir kehabisan ongkos ke masjid ini saja, dijamin dikasi ongkos pulang."
Masjid Jogokariyan juga memiliki ATM beras.
Siapapun diperbolehkan mengambil beras yang disediakan masjid tersebut.
Menariknya lagi, masjid ini dibuka selama 24 jam dan pintunya tidak boleh digembok. (*)