Bacaan Doa Salat Dhuha hingga Tata Cara dan Keutamaan Salat Sunah di Waktu Pagi Ini
TRIBUNNEWS.COM - Simak bacaan doa salat Dhuha hingga tata cara dan keutamaan salat sunah di waktu pagi ini, Selasa (28/5/2019).
Salat Dhuha merupakan salat sunah yang dilakukan seorang muslim ketika waktu duha.
Mengutip dari Wikipedia, waktu duha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu zuhur.
Jumlah rakaat salat Dhuha minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rakaat.
Dan dilakukan dalam satuan 2 rakaat sekali salam.
Tribunnews telah merangkum bacaan doa salat Dhuha hingga tata cara dan keutamaan salat sunah di waktu pagi ini yang dikutip dari muslim.or.id
Baca: Bacaan Doa salat Tahajud hingga Keutamaan & Tata Cara salat Sunah di Waktu Malam Ini
1. Tata Cara Salat Dhuha
Pada pelaksaan salat Dhuha ini hampir sama dengan salat Sunah lainnya.
Mengutip dari muslim.or.id, salat Dhuha dikerjakan dua raka’at-dua raka’at, dengan salam setiap dua raka’at.
Berdasarkan hadits dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhuma, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
صلاةُ اللَّيلِ والنَّهارِ مَثنَى مَثنَى
“salat (sunnah) di malam dan siang hari, dua rakaat-dua rakaat” (HR. Abu Daud no. 1295, An Nasa-i no. 1665, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).
Syaiikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan:
ويقرأ فيها ما تيسر سوراً أو آيات ليس فيها شيء مخصوص، يقرأ فيها ما تيسر من الآيات أو من السور. وأقلها ركعتان تسليمة واحدة، وإن صلى أربع أو ست أو ثمان أو أكثر يسلم من كل ثنتين فكله حسن
“Dalam salat Dhuha (setelah Al Fatihah, pent.) silakan membaca surat atau ayat-ayat apa saja yang dimampui, tidak ada surat atau ayat khusus yang diutamakan."
"Silakan membaca ayat atau surat apa saja. Jumlah rakaatnya minimal dua rakaat dengan satu salam."
"Jika ingin salat empat rakaat atau enam atau delapan rakaat, atau bahkan lebih, dengan salam di setiap dua rakaat, maka ini semua baik”
Baca: Bacaan Niat Zakat Fitrah Dalam Latin, untuk Diri Sendiri, Istri, Anak, Keluarga, dan Artinya
2. Salat Dhuha Secara Berjama’ah
ٍSalat Dhuha boleh dilaksanakan secara berjama’ah sesekali.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan:
لا بأس أن يصلي الجماعة بعض النوافل جماعة ولكن لا تكون هذه سنة راتبة كلما صلوا السنة صلوها جماعة
“Tidak mengapa melaksanakan sebagian salat sunnah secara berjama’ah, namun hendaknya tidak dijadikan kebiasaan yang dirutinkan sehingga terus-menerus salat sunnah berjama’ah” (Majmu’ Fatawa war Rasa’il, 14/335).
Jika salat Dhuha dilaksanakan secara berjama’ah maka dilakukan dengan bacaan yang sirr (lirih).
Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan:
أما الصلاة النهارية كصلاة الضحى والرواتب وصلاة الظهر والعصر , فإن السنة فيها الإسرار
“Adapun salat-salat yang dilakukan di siang hari, seperti salat Dhuha, salat rawatib, salat zhuhur, salat ashar, disunnahkan dilakukan dengan sirr (lirih)” (Fatawa Ibnu Baz, 11/207).
Baca: Zakat Fitrah - Bacaan Niat, Perhitungan & Waktu yang Tepat untuk Membayar
3. Doa Setelah Salat Dhuha
Tidak terdapat hadits dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam yang shahih dan sharih (tegas), mengenai doa setelah salat Dhuha.
Adapun hadits dari Aisyah radhiallahu’anha:
صلى رسول الله صلى الله عليه وسلم الضحى، ثم قال: “اللهم اغفر لي، وتب علي، إنك أنت التواب الرحيم” حتى قالها مائة مرة
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah salat Dhuha, kemudian membaca doa: /Allaahummagh firlii wa tub ‘alayya, innaka antat tawwaabur rahiim/ (Ya Allah, ampunilah dosaku, dan terimalah taubatku, sungguh Engkau adalah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang)."
"Beliau ucapkan ini 100x” (HR. Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrad no. 219, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrad).
Yang rajih, ini adalah doa setelah salat secara umum, bukan hanya salat Dhuha.
Sebab disebutkan dalam riwayat lainnya secara mutlak:
قال: رَجُلٌ مِن الأنصارِ- إنَّه سَمِعَ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ في صَلاةٍ وهو يقولُ: ربِّ اغفِرْ لي -قال شُعْبةُ: أو قال: اللَّهُمَّ اغفِرْ لي- وتُبْ علَيَّ؛ إنَّك أنتَ التوَّابُ الغَفورُ، مِئَةَ مَرَّةٍ
“Seorang lelaki dari kaum Anshar mengatakan bahwa ia pernah mendengar Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam setelah salat beliau berdoa: /Allaahummagh firlii wa tub ‘alayya, innaka antat tawwaabur rahiim/ 100x” (HR. Ahmad, Ibnu Abi Syaibah dalam Musnad Ibnu Fudhail, dishahihkan Syu’aib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad no. 23150).
Namun andaikan seseorang mengamalkan doa ini setelah salat Dhuha, pun tidak mengapa.
Selama tidak berkeyakinan bahwa ini adalah doa khusus setelah salat Dhuha.
4. Keutamaan salat Dhuha
Salat Dhuha menggantikan kewajiban sedekah untuk semua persendian sebagaimana dalam hadits Abu Dzar di atas.
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghathafani, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at salat di awal siang (di waktu Dhuha)."
"Maka itu akan mencukupimu di akhir siang” (HR. Tirmidzi no. 475, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 4342).
salat Dhuha juga disebut sebagai salat awwabin, yaitu salatnya orang-orang yang banyak kembali kepada Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
صلاةُ الأوَّابينَ حين تَرمَضُ الفِصَالُ
“salat awwabin adalah ketika anak unta merasakan terik matahari” (HR. Muslim no. 748).
5. Waktu salat Dhuha
Waktu pelaksanaannya adalah dimulai ketika matahari meninggi setinggi tombak sampai sebelum zawal, yaitu ketika matahari tegak lurus.
Dari Amr bin Abasah radhiallahu’anhu, ia berkata:
قدِم النبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم المدينةَ، فقدِمْتُ المدينةَ، فدخلتُ عليه، فقلتُ: أخبِرْني عن الصلاةِ، فقال: صلِّ صلاةَ الصُّبحِ، ثم أَقصِرْ عن الصَّلاةِ حين تطلُعُ الشمسُ حتى ترتفعَ؛ فإنَّها تطلُع حين تطلُع بين قرنَي شيطانٍ، وحينئذٍ يَسجُد لها الكفَّارُ، ثم صلِّ؛ فإنَّ الصلاةَ مشهودةٌ محضورةٌ، حتى يستقلَّ الظلُّ بالرُّمح
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam datang ke Madinah, ketika itu aku pun datang ke Madinah."
"Maka aku pun menemui beliau, lalu aku berkata: wahai Rasulullah, ajarkan aku tentang salat."
"Beliau bersabda: kerjakanlah salat shubuh."
"Kemudian janganlah salat ketika matahari sedang terbit sampai ia meninggi."
"Karena ia sedang terbit di antara dua tanduk setan."
"Dan ketika itulah orang-orang kafir sujud kepada matahari."
"Setelah ia meninggi, baru salatlah."
"Karena salat ketika itu dihadiri dan disaksikan (Malaikat), sampai bayangan tombak mengecil” (HR. Muslim no. 832).
Sebagian ulama mengatakan bahwa waktu Dhuha itu sekitar 15 menit setelah matahari terbit.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan:
ووقتها يبتدئ من ارتفاع الشمس قيد رمح في عين الناظر، وذلك يقارب ربع ساعة بعد طلوعها
“Waktu salat Dhuha adalah dimulai ketika matahari meninggi setinggi tombak bagi orang yang melihatnya (matahari).
Dan itu sekitar 15 menit setelah ia terbit”
Dan waktu yang paling utama adalah ketika matahari sudah tinggi dan sinar matahari sudah terik.
Dari Zaid bin Arqam radhiallahu’anhu:
أنَّه رأى قومًا يُصلُّون من الضُّحى في مسجدِ قُباءٍ، فقال: أمَا لقَدْ علِموا أنَّ الصلاةَ في غيرِ هذه الساعةِ أفضلُ، قال: ((خرَجَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم على أهلِ قُباءٍ، وهم يُصلُّونَ الضُّحى، فقال: صلاةُ الأوَّابِين إذا رَمِضَتِ الفصالُ من الضُّحَى
Zaid bin Arqam melihat sekelompok orang yang sedang melaksanakan salat Dhuha."
"Kemudian ia mengatakan, “Mereka mungkin tidak mengetahui bahwa selain waktu yang mereka kerjakan saat ini, ada yang lebih utama."
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “salat awwabin hendaknya dikerjakan ketika anak unta merasakan terik matahari” (HR. Muslim no. 748).
Artikel ini telah tayang di muslim.or.id dengan judul Fikih salat Dhuha.
(Tribunnews.com/ Umar Agus W)