TRIBUNNEWS.COM - Kisah perjalanan Nur Arisa Maryam, perempuan Jepang yang memutuskan memeluk agama Islam masih berlanjut.
Setellah mengucapkan dua kalimat syahadat, Nur Arisa Maryam tak berhenti membekalinya dengan ilmu agama Islam.
Bagaimana kisahnya? Yuk ikuti kelanjutannya seperti dikutip Tribunnews.com dari Gana Islamika
Ia pun melanjutkan studi ke Inggris, mengambil jurusan Bahasa Arab dan Studi Islam, dia bermimpi suatu hari nanti dapat menjadi ulama wanita.
Baca: Perjalanan Nur Arisa Maryam, Gadis Jepang Mualaf, Ditolak Ibu, Hingga Sang Nenek Ikut Bersyahadat
Nur Arisa Maryam Arisa melanjutkan menimba ilmunya di salah satu institut di London.
Di London, Nur Arisa Maryam bertemu dengan calon suaminya, seorang pria Muslim kelahiran London.
Mereka kemudian melaksanakan pernikahan dengan cara Islam di masjid di Tokyo.
Baca: Perjalanan Nur Arisa Maryam si Gadis Jepang Mengenal Islam
“Saya berdoa agar iman kita tumbuh dan menguat hari demi hari. Iman saya menjadi lebih kuat setelah pernikahan kami. Saya yakin kita dapat bertemu dengan pasangan ideal pada waktu yang tepat. Saya berharap saya akan terus memberikan dakwah bersamanya selama sisa hidup saya. Insya Allah!” kata Arisa setelah pernikahannya.
Ketika ditanya bagaimana perbandingan kehidupan sebagai Muslim di Inggris dengan di Jepang, Arisa menjelaskan, menurutnya komunitas Muslim di Jepang jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan di Inggris.
Di Inggris, kehidupan sebagai Muslim lebih mudah karena terdapat banyak masjid dan restoran halal.
“Jauh lebih mudah untuk menemukan makanan halal, bahkan kamu dapat menemukannya di supermarket biasa,” kata Arisa.
“Di Jepang, kita harus memeriksa bahan-bahan dalam produk hewani. Ini menyita banyak waktu, bahkan makanan sederhana seperti roti pun dapat mengandung lemak babi!
Di sisi lain, di Inggris saya hanya perlu memeriksa apakah ada tanda vegetarian atau halal – tidak perlu memeriksa kandungannya,” kata Arisa.
Di Jepang, karena Muslimnya sedikit, tempat-tempat dan acara-acara yang sifatnya Islami sulit ditemukan.
“Tetapi saya selalu melihat situasi ini secara positif. Saya merasa orang-orang Muslim di Jepang lebih sering saling menyapa satu sama lain, meskipun kami tidak saling kenal.
Saya pikir, juga jauh lebih mudah untuk berteman dengan Muslim di Jepang karena kami adalah minoritas di sana.