Pemerintah menetapkan 1 Syawal 1440 H jatuh pada Rabu, 5 Juni 2019. Hafalkan niat dan tata cara salat Idul Fitri.
TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah menetapkan 1 Syawal 1440 H jatuh pada Rabu, 5 Juni 2019. Hafalkan niat dan tata cara salat Idul Fitri.
Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan 1 Syawal 1440 H jatuh pada Rabu (5/6/2019).
Penetapan ini dilakukan setelah Kemenag menggelar sidang isbat di Kementerian Agama, Jakarta, Senin (3/6/2019) tadi malam.
Sidang isbat dipimpin oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin.
Lukman menyebutkan, dari pantauan hilal yang dilakukan, tidak ada satu pun yang berhasil melihat hilal.
"Ketika hal itu terjadi, maka bulan Ramadhan tahun ini digenapkan jadi 30 hari. Itu artinya besok hari Selasa kita masih puasa karena besok masih Ramadhan."
"Dengan demikian, 1 Syawal 1440 Hijriah jatuh pada hari Rabu, 5 Juni 2019. Itulah hasil sidang isbat kali ini," ujar Lukman dalam konferensi pers, seusai sidang isbat.
Penetapan ini dibuat berdasarkan dua hal yaitu penghitungan hisab dan metode rukyat.
Karena Idul Fitri tinggal besok, ada baiknya mulai dari sekarang, kita mulai menghafalkan niat dan tata cara salat Idul Fitri.
Saat hari raya Idul Fitri, umat Islam dianjurkan untuk menunaikan Salat Ied atau Salat Idul Fitri.
Menurut sebuah penjelasan, hukum melaksanakan salat Idul Fitri adalah sunnah muakkadah yang berarti sangat dianjurkan.
Dikutip dari tarjih.or.id, salat Idul Fitri dilakukan secara berjamaah.
Ibadah ini disyariatkan pada tahun pertama Nabi SAW sampai di Madinah yang diterangkan dalam hadis:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ قَالُوا كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ اْلأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ. [رواه أبو داود والنسائي].
Artinya: Diriwayatkan dari Anas Ibnu Malik ia berkata: Rasulullah saw. tiba di Madinah (dan beliau melihat) mereka mempunyai dua macam hari yang mereka meriahkan dengan permainan. Beliau bertanya: Hari apa ini? Mereka menjawab: Di zaman Jahiliyah kami memeriahkannya dengan permainan. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah telah mengganti kedua hari ini untuk kamu dengan yang lebih baik, yaitu Idul Adlha dan Idul Fitri. [HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i].
- Waktu dan Tempat Salat Ied
Masih dari tarjih.or.id, salat Idul Fitri dikerjakan setelah Matahari terbit dan berketinggian dua kali panjangnya penggalah atau kurang lebih 6 meter.
Salat Ied digelar di lapangan, tidak di masjid, kecuali bila hujan sehingga tidak memungkinkan untuk melaksanakan salat Idul Fitri di lapangan.
Hal ini sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW yang selalu melaksanakan salat Idul Fitri di lapangan.
Rasulullah SAW mengerjakan salat Idul Fitri di mushallaa, yaitu tanah lapang yang terletak 1000 hasta (200 meter) dari masjidnya pada waktu itu.
Rasulullah SAW tidak pernah mengerjakan salat Idul Fitri di masjid, kecuali sekali, itu pun hari hujan.
Hal ini berdasarkan hadis berikut ini:
1- عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَةُ … [رواه البخاري]
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Sa‘id al-Khudri bahwa ia berkata: Nabi Muhammad SAW selalu keluar pada hari Idul Fitri dan hari Idul Adha menuju lapangan, lalu hal pertama yang ia lakukan adalah salat … [HR. al-Bukhari].
2- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ أَصَابَهُمْ مَطَرٌ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَصَلَّى بِهِمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَةَ الْعِيدِ فِي الْمَسْجِدِ. [رواه أبو داود وابن ماجه والحاكم، وقال: هذا حديث صحيح الإسناد
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Haurairah bahwa mereka (para Sahabat) pada suatu hari raya mengalami hujan, lalu Nabi SAW melakukan salat bersama mereka di masjid. [HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan al-Hakim. Ia (al-Hakim) mengatakan: Ini adalah hadis sahih sanadnya (Al-Mustadrak, I:295, “Kitab al-‘Idain)].
Saat mempersiapkan tempat salat Idul Fitri, imam hendaklah membuat sutrah (batas) di mukanya dengan suatu benda.
Tujuannya tidak dilalui seseorang serta agar salatnya lebih kusyuk.
Hal ini berdasarkan hadis:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيدِ أَمَرَ بِالْحَرْبَةِ فَتُوضَعُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَيُصَلِّي إِلَيْهَا وَالنَّاسُ وَرَاءَهُ … [متفق علي
Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW apabila keluar untuk salat Id memerintahkan agar menancapkan tombak di depannya. Kemudian ia salat menghadap kepadanya sementara jamaah berada di belakangnya. [HR. Muttafaq ‘alaih].
- Tata Cara Salat Idul Fitri
Salat Idul Fitri dilaksanakan dua rakaat, tanpa azan, iqamat, dan bacaan ash-shalatul jami’ah (الصلاة الجامعة).
Serta tanpa disertai salat sunat, baik sebelum maupun sesudahnya, sesuai dengan tuntunan Nabi SAW.
Namun, selebihnya, secara garis besar, syarat dan rukun salat Idul Fitri tidak terlalu berbeda dengan salat lima waktu.
Termasuk dalam hal yang membatalkan.
Hanya saja, ada beberapa gerakan dan bacaan yang berbeda di sana.
Berikut Niat dan Tata Cara Salat Idul Fitri
1. Niat Salat Ied
Salat Ied didahului niat yang jika dilafalkan akan berbunyi “ushallî rak‘ataini sunnata li ‘îdil fithri” kalau dilaksanakan sendirian.
Ditambah “imâman” kalau menjadi imam, dan “makmûman” kalau menjadi makmum.
أُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ (مَأْمُوْمًا\إِمَامًا) لِلهِ تَعَــــالَى
Ushalli sunnatan ‘iidil fithri rak’ataini ma’muuman lillaahi ta’aalaa
Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”
Hukum pelafalan niat salat Ied adalah sunnah.
Yang wajib, ada maksud secara sadar dan sengaja dalam batin, seseorang akan menunaikan salat sunnah Idul Fitri.
2. Takbiratul ihram
Kedua, takbiratul ihram sebagaimana salat biasa.
Setelah membaca doa iftitah, disunnahkan takbir lagi.
Takbir dalam salat Idul Fitri dan Idul Adha pada rakaat pertama sesudah takbiratul-ihram tujuh kali.
Sementara pada rakaat kedua sesudah takbiratul-qiyam (intiqal), lima kali.
3. Membaca Surat Al-Fatihah
Ketiga, membaca Surat al-Fatihah.
Sesudah takbir tujuh kali pada rakaat pertama, membaca surat al-Fatihah yang diikuti dengan surat al-A‘laa (surat no. 87), atau surat Qaaf (surat no. 50).
Pada rakaat kedua sesudah takbir lima kali, selain dari takbiratul-intiqal (qiyam) membaca surat al-Fatihah, diikuti dengan surat al-Ghaasyiyah (surat no. 88) atau surat al-Qamar/Iqtarabatis-Saa‘ah (surat no. 54).
Setelah melaksanakan rukun ini, dianjurkan membaca Surat al-Ghâsyiyah.
Berlanjut ke rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti salat biasa.
4. Mendengarkan kutbah
Selesai melaksanakan salat Idul Fitri dua rakaat, imam langsung berkutbah sebanyak satu kali, yaitu tidak diselingi dengan duduk antara dua kutbah.
- Amal Ibadah dan Adab Menyambut Hari Raya Idul Fitri
1. Memperbanyak takbir
Menyambut hari raya Idul Fitri, umat Islam dianjurkan memperbanyak takbir pada malam Idul Fitri.
Yaitu sejak terbenamnya matahari hingga pagi hari ketika salat Idul Fitri segera dimulai.
Ucapan takbir itu adalah:
اَللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Allaahu akbar Allaahu akbar, Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, Allaahu akbar wa lillaahil-hamd.
Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan selain Allah dan Allah Maha besar, Allah Maha besar dan segala puji bagi Allah.
2. Berhias dengan memakai pakaian bagus dan wangi-wangian
Orang yang menghadiri salat Idul Fitri dianjurkan berpenampilan rapi, yaitu berhias, memakai pakaian bagus, dan wangi-wangian.
Namun, yang perlu diperhatikan, anjuran mengenakan pakaian bagus bukan berarti harus serba mahal dan baru.
Yang paling penting adalah rapi dan bersih sehingga enak dipandang mata.
3. Makan sebelum berangkat salat Idul Fitri
Berbeda dengan Idul Adha, orang yang hendak berangkat ke lapangan tempat salat Idul Fitri dianjurkan makan terlebih dahulu.
4. Berangkat dengan berjalan kaki dan pulang melalui jalan lain
Orang yang pergi ke lokasi salat Idul Fitri, sebaiknya datang dengan berjalan kaki sambil bertakbir.
Sementara itu, pulang dari salat Idul Fitri melewati jalan lain dari yang dilaluinya saat berangkat.
5. Salat dihadiri oleh semua umat Islam
Idul Fitri merupakan satu peristiwa penting sekaligus hari besar Islam yang penuh berkah dan kegembiraan.
Oleh karena itu, pelaksanaan salat Idul Fitri dihadiri semua umat Muslim.
Baik tua, muda, dewasa, anak-anak, laki-laki, maupun perempuan.
Bahkan mereka yang saat itu terhalang untuk mengerjakan salat, seperti perempuan yang sedang haid, juga diperintahkan Nabi SAW untuk hadir.
Hanya saja, mereka tidak ikut salat dan tidak masuk ke dalam shaf salat.
Mereka hanya ikut mendengarkan pesan-pesan Idul Fitri yang disampaikan oleh khatib.
(Buku Tuntunan Idain dan Qurban, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, terbitan Suara Muhammadiyah)
Artikel di atas dirangkum Tribunnews.com dari laman tarjih.or.id, situs resmi Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Selengkapnya, Anda bisa langsung membacanya lewat dua link di bawah ini.
PELAKSANAAN DAN CARA SHALAT IDUL FITRI
(Tribunnews.com/Sri Juliati)