TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR -- Bagi kita warga Indonesia sebagian besar pasti mengenal kolang-kaling.
Buah-buahan yang sering dikonsumsi pada saat ramadhan, baik untuk campuran kolak atau pun es buah.
Buah kolang-kaling atau cangkaleng dalam bahasa Sunda, banyak diminati warga di bulan Ramadan.
Bentuknya yang kenyal dan menyegarkan menjadi pilihan warga saat membuat campuran hidangan takjil untuk berbuka puasa.
Di Cianjur ada sebuah kampung yang warganya banyak memproduksi buah kolang-kaling untuk dipasarkan di Cianjur maupun ke luar daerah.
Bahkan kampung ini lebih terkenal dengan sebutan Kampung Kolang Kaling daripada nama aslinya Kampung Kedung Hilir.
Baca: Kemenpan RB Asah Kemampuan Menulis Lewat Bincang Inspirasi ASN
Baca: Aldi Taher Siap Menikah Ketiga Kalinya, Ajak Calon Istri Rayakan Ulang Tahun Anak Bersama Mantan
Baca: Cara Dapat Diskon Listrik untuk Pengguna 900 & 1300 VA Nonsubsidi dari YCAB, Pendaftaran Mulai 1 Mei
Kampung tersebut tak jauh dari pusat kota Cianjur dan tepatnya berada di Kampung Kedung Hilir, RT 03/04, Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur.
Seorang warga yang sudah 23 tahun menjadi petani yang memproduksi kolang-kaling Entis Sutisna (68), mengatakan ada beberapa tahapan dalam memproduksi kolang kaling.
"Setelah buah caruluk dari pohon aren dipetik maka dilakukan perebusam dengan waktu perebusan sekitar dua jam," ujar Entis di Kampung Kedung Hilir, RT 03/04, Desa Sukamanah, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Selasa (28/4/2020).
Entis mengatakan setelah dua jam kulit luar dari buah caruluk menjadi tak keras sehingga mudah untuk dikupas.
Ia menjadi petani kolang-kaling sejak tahun 1997.
"Kalau bahan baku didapat dari kampung lain, biasanya untuk satu drum perebusan bisa jadi 20 kilogram," katanya.
Entis mengatakan, jika Ramadan tiba maka harga per kilo buah kolang-kaling berkisar antara Rp 12 ribu sampai dengan Rp 15 ribu.
Seorang warga lainnya, Oteng (31), mengatakan setelah direndam dan dikupas buah kolang-kaling akan dikeluarkan biji putihnya dengan cara dipukul.
Hal tersebut bertujuan agar rasa pahit dalam biji putih kecil keluar.
"Biji putih dalam buah harus dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghilangkan rasa pahit," ujar Oteng.
Ia mengatakan, setelah biji putih dikeluarkan maka kolang-kaling akan direndam selama tiga hari dengan air bersih.
Hal tersebut juga bertujuan agar kolang kaling bersih dan tetap segar saat dipasarkan.
"Kalau saat ini kami baru bisa memenuhi pasar di Cianjur saja, berhubung kami juga baru memproduksi lagi," ujar Oteng.
Oteng berharap Ramadan kali ini buah kolang-kaling yang diproduksi bisa habis terjual. (Ferri Amiril Mukminin)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Mengenal Kampung Kolang Kaling di Cianjur, Jika Ramadan Tiba Kebun Pun jadi Tempat Produksi