News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadan 2020

3 Manfaat Puasa bagi Ibu Hamil, Mencegah Penumpukan Lemak di Perut hingga Menurunkan Kadar Gula

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi ibu hamil - Dokter kandungan, dr Huthia Andriyana, Sp OG, menjelaskan berbagai manfaat ibadah puasa bagi ibu hamil. Seperti mencegah penumpukan lemak di bagian perut

TRIBUNNEWS.COM - Dokter spesialis kandungan, dr Huthia Andriyana, Sp OG, menjelaskan berbagai manfaat ibadah puasa bagi ibu hamil.

Huthia mengatakan setidaknya ada tiga manfaat, mulai mencegah penumpukan lemak berlebih di perut hingga menurunkan kadar gula pada ibu hamil yang memiliki penyakit diabetes.

Apa saja manfaat puasa bagi ibu hamil? Berikut uraian lengkapnya:

1. Puasa untuk mengontrol nafsu makan

Huthia menyebut manfaat pertama puasa bagi ibu hamil adalah untuk mengontrol nafsu makan yang berlebih.

"Puasa itu dapat mengontrol nafsu makan atau ngemil sehingga asupan nutrisi dapat terjaga dengan baik," katanya kepada Tribunnews, Selasa (28/04/2020).

Huthia melanjutkan, hal ini tidak lepas dari persepsi yang salah saat ibu hamil yang harus mengonsumsi makanan dua porsi saat ia mengandung.

Padahal kenyatannya tidak demikian, dikatakan oleh Huthia, ibu hamil hanya memerlukan tambahan 300 kalori saja.

"Jadi ibu hamil dibandingkan dengan ibu yang tidak hamil, kalori yang dibutuhkan hanya ditambah 300 kalori saja."

"Itu setara dengan satu kue bolu atau dua gelas susu," jelasnya.

Baca: Banyak Makan Buah dan Minum Air Putih saat Sahur Mampu Kurangi Rasa Haus Saat Puasa

2. Mencegah penumpukan lemak berlebih di bagian perut

Manfaat kedua puasa bagi ibu hamil untuk mencegah penumpukan lemak berlebih di bagian perut.

Huthia membeberkan, dengan pola makan yang berlebihan justru akan meningkatkan berat badan ibu hamil dan tidak memengaruhi nutrisi yang diserap oleh sang bayi.

"Manfaat puasa ini untuk mengontrol nafsu makan nafsu ngemil dan dapat mengontrol jumlah kalori yang masuk," ucap Huthia.

Kondisi tersebut bisa diperparah saat ibu hamil yang tidak mampu mengatur pola makan dan asupan kalori tidak berolahraga.

"Automatis terjadi penumpukan lemak perut. Nanti setelah melahirkan sulit untuk langsing seperti sedia kala," tandas Huthia.

3. Menurunkan kadar gula berlebih

Manfaat ketiga ini khusus untuk ibu hamil yang mengalami diabetes.

Huthia menjelaskan, dengan berpuasa mampu mengontrol kadar gula dalam darah ibu hamil.

Sehingga ibu hamil akan lebih sehat

"Puasa justru bisa mengontrol gula dalam darah dan lebih sehat untuk ibu hamil," tandasnya.

Kondisi Ibu Hamil yang Boleh dan Tidak untuk Menjalankan Puasa

Dokter spesialis kandungan, dr Huthia Andriyana, Sp OG (Tangkap layar channel YouTube Tribunnews)

Huthia menjelaskan pada dasarnya ibadah puasa diperbolehkan dan aman untuk dijalankan oleh ibu hamil.

Namun, Huthia tetap memberikan sejumlah kondisi yang perlu diperhatikan ibu hamil yang akan menjalankan ibadah puasanya.

"Pada dasarnya, puasa untuk ibu hamil itu aman, asalkan kondisi memungkinkan dan tidak memaksa."

"Jika ada kondisi tertentu yang dirasa berat boleh membatalkan dan tidak perlu dipaksakan," ucapnya.

Huthia kemudian menguraikan kondisi ibu hamil yang dilarang untuk menjalankan ibadah puasa.

Kondisi ini ia bagi berdasarkan masa kehamilan.

Pertama masa kehamilan 1-13 minggu atau trimester pertama.

Huthia menjelaskan ibu hami di masa ini bisa mengalami gejala mual dan muntah.

Jika gejala tersebut berlebihan, maka ibu hamil disarankan untuk tidak berpuasa.

"Muntah berlebihan lebih dari 3 kali dalam sehari misalnya."

"Atau ada tanda-tanda dehidrasi, seperti bibir kering, matanya berkunang, lemas, kemudian merasa haus berlebihan. Kondisi ini disarankan untuk tidak berpuasa."

"Juga jika flek-flek pendarahan juga tidak disarankan melakukan puasa," ucapnya.

Baca: Mencicipi Makanan Saat Puasa Makruh, Tapi Ada Batasannya, Apa Saja? Ini Kata Ustaz

Kondisi kedua pada masa kehamilan 14-28 minggu (trimester kedua).

Huthia mengatakan dokter biasanya tidak akan merekomendasikan ibu hamil di masa ini jika berat badan atau ukuran janin kecil.

Ukuran tersebut tidak sesuai usia kehamilan yang sesungguhnya.

"Atau adanya kontraksi yang teratur atau ancaman keguguran, gerakan janin dirasakan berkurang, misalnya kurang 10 kali dalam jangka waktu 12 jam."

"Atau mengalami pusing, lemas pada saat berpuasa. Dan merasakan tanda-tanda dehidrasi, seperti urin pekat, disarankan tidak berpuasa atau membatalkan jika dalam keadaan puasa," ungkapnya.

Baca: Penjelasan Waktu yang Tepat Mengucapkan Niat Puasa Ramadhan Beserta Bacaannya

Kondisi terakhir, pada masa kehamilan di atas 28 minggu.

Dalam kondisi ini, keadaan ibu hamil yang tidak disarankan untuk tetap menjalankan ibadah puasa jika berat bayi kecil yang tidak sesuai kehamilan yang sesungguhnya.

Huthia menambahkan, sedangkan untuk kondisi ibu hamil yang diperbolehkan tetap menjalankan ibadah puasa tidak mengalami gejala-gejala di atas sesuai trimester usia kehamilan.

Oleh karena itu, perempuan yang juga menjabat sebagai co-founder Klinik Bunda Sehat ini memberikan saran.

"Dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan dasar, seperti cek tekanan nadi, hasil USG untuk mengetahui berat bayi itu akan dievaluasi."

"Jika ekanan darah normal, USG terlihat normal, berat badan bayi dan ibu sesuai dengan target, maka masih diperbolehkan untuk berpuasa," tandasnya.

(Tribunnews.com/Endra Kurniawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini