TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -Demi menyambung hidup pada saat krisis ekonomi karena pandemi covid-19, para pekerja dirumahkan mau bekerja apa saja.
Sepi orderan dan pembatasan kerumunan membuat banyak buruh yang dirumahkan.
Mereka harus kreatif dan bekerja sebisanya untuk bertahan hidup.
Ini yang dilakukan Faisal Abdulrahman (35) warga Kiaracondong, Kota Bandung. Ia sudah menikah sekira setahun lalu.
Dia bekerja di tempat penjualan ponsel di sebuah mal di Kota Bandung.
Malnya tutup untuk mengikuti anjuran pemerintah.
Otomatis, sebagai orang yang menerima upah dari majikannya, ia berhenti bekerja dan tidak mendapat upah.
Baca: Kumpulan Ucapan Hari Buruh atau May Day 1 Mei, Cocok Dibagikan di Akun Media Sosialmu
Baca: Imbas Covid-19, 15 Ribu Karyawan Boeing di Ambang PHK
Baca: Tutorial Cara Dapat Diskon Listrik 1300 VA dan 900 VA di www.lightup.id, Catat Syaratnya
"Sudah hampir sebulan tidak punya penghasilan tetap karena tokonya kan di mal. Malnya tutup," kata Faisal, yang berprofesi sebagai pramuniaga.
Pria asli Kabupaten Garut ini, lulusan SMK.
Tinggal di rumah mertua dan baru saja memiliki anak.
Anaknya masih bayi, berusia tiga bulan.
Beruntung saja, dia punya keahlian memperbaiki ponsel.
"Nah sekarang saya coba-coba buka jasa perbaikan ponsel. Modalnya menguras tabungan buat beli peralatan seperti solder, obeng, dan lain-lain," ujarnya.
Selama sebulan, ia mengaku sudah melayani hingga lima pelanggan. Tarif memperbaiki ponsel berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.
"Sebenarnya enggak cukup. Tapi pendapatan dari jasa perbaikan ponsel saya cukupkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," kata Faisal.
Ada lagi cerita dari Etik (40), karyawan perusahaan garmen di Majalaya warga Desa Majakerta, Kecamatan Majalaya.
Biasanya, sebulan ia mendapat upah Rp 1,8 juta sebagai operator mesin.
"Saya di rumahkan sementara karena kata atasan saya, buyernya sedang sepi jadi produksinya diturunkan.
Otomatis saya sekarang tidak bekerja, ada sebulan. Tapi katanya mau dipekerjakan lagi," kata Etik, via ponselnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ia jadi kuli angkut di Pasar Majalaya.
Pengakuannya, itu bukan hal baru.
"Dulu pernah jualan di pasar, punya banyak kenalan di pasar. Jadi daripada bengong dan enggak punya penghasilan, bantu-bantu saja di pasar di teman, kadang jadi kuli angkut kelapa dan sayuran kalau pagi-pagi," ujar Etik, via ponselnya. (Mega Nugraha))
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Kisah Buruh yang Dirumahkan Bertahan Hidup, Ada yang Jadi Kuli Angkut di Pasar & Buka Service Ponsel,