TRIBUNNEWS.COM - Pendiri Pusat Studi Alquran, Quraish Shihab menyampaikan, ada orang tertentu yang tidak wajib menjalankan puasa di bulan Ramadhan.
Ia menyebut, orang dewasa atau orang yang mampu berpuasa, wajib untuk menjalankan puasa.
Orang yang berhalangan berpuasa contohnya adalah orang yang memiliki kondisi kesehatan tertentu.
"Puasa wajib bagi muslim yang dewasa, baliq, dan mampu, serta tidak ada halangan baginya untuk berpuasa."
"Halangan itu bisa jadi karena kondisi kesehatannya, bisa jadi juga kondisi tertentu yang dialaminya, yang berkaitan dengan perjalanan hidupnya," ujar Quraish Shihab, dikutip dari YouTube Najwa Shihab, Jumat (1/5/2020).
Sementara perempuan yang haid dan nifas, tidak boleh menjalankan puasa Ramadhan.
Sementara, bagi orang yang hamil, boleh berpuasa apabila mampu.
Baca: Tips Bagi Penderita Darah Rendah Saat Jalani Ibadah Puasa
Baca: Ini Saat yang Tepat Konsumsi Suplemen Saat Menjalankan Ibadah Puasa
Baca: Ibu Hamil Menjalankan Ibadah Puasa, Bolehkah? Ini Penjelasan Dokter!
"Perempuan yang haid tidak wajib puasa. Yang nifas tidak wajib puasa."
"Yang hamil, kalau dia mampu maka dia wajib puasa."
"Tapi kalau dia khawatir menyangkut kesehatannya atau anaknya saja, atau kedua-duanya, maka dia boleh tidak berpuasa," jelasnya.
Bagi perempuan yang haid dan nifas, harus mengganti puasa Ramadhan di hari yang lain.
"Ada perbedaan pendapat ulama, apakah dia harus bayar fidiah atau tidak."
"Jadi yang haid dan nifas, itu wajib membayar puasanya setelah suci."
"Itu berbeda dengan salat-salat, dia tidak wajib membayar ulang salatnya," terang Quraish Shihab.
Baca: Wamenag Tegaskan Masyarakat Untuk Patuhi SE Kemenag Terkait Ibadah di Rumah
Baca: 5 Kegiatan Ngabuburit Anti Mainstream saat di Rumah Aja, Bercocok Tanam hingga Meningkatkan Ibadah
Baca: Cara Menjaga Kesehatan Gigi Selama Menjalankan Ibadah Puasa
Kemudian, bagi orang lanjut usia yang sudah tak mampu berpuasa, boleh untuk meninggalkan puasa.
"Orang tua (usia lanjut) yang tidak mampu untuk berpuasa atau merasa diri sangat berat berpuasa, maka dia boleh tidak berpuasa."
"Alquran menyatakan, dia wajib membayar fidiah memberi makan seorang yang butuh makan, itu secara umum," imbuhnya.
Kehebatan Puasa bagi Ibu Hamil
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Dokter spesialis kandungan, dr Huthia Andriyana, Sp OG menjelaskan, kehebatan puasa untuk ibu hamil terletak pada pola makan.
Sebab, nafsu makan yang diatur saat berpuasa, dapat bermanfaat langsung untuk sang janin.
"Puasa itu dapat mengontrol nafsu makan atau ngemil sehingga asupan nutrisi dapat terjaga dengan baik," katanya kepada Tribunnews, Selasa (28/04/2020).
Baca: Pembatasan Ibadah Ramadan di Masjid Jangan Dibandingkan dengan Pabrik dan Pasar
Baca: Ketahui Penyebab Kulit Kering saat Jalani Ibadah Puasa
Baca: Aplikasi Ini Tawarkan Referensi Ibadah Ramadan, Mulai Doa Harian hingga Kajian Fikih
Menurut Huthia, ibu hamil hanya memperlukan tambahan 300 kalori saja.
"Jadi ibu hamil dibandingkan dengan ibu yang tidak hamil, kalori yang dibutuhkan hanya ditambah 300 kalori saja."
"Itu setara dengan satu kue bolu atau dua gelas susu," jelasnya.
Dengan pola makan yang berlebihan justru akan meningkatkan berat badan ibu hamil dan tidak mempengarui nutrisi yang diserap oleh sang bayi.
"Manfaat puasa ini untuk mengontrol nafsu makan nafsu ngemil dan dapat mengontrol jumlah kalori yang masuk."
"Tapi tidak mempengaruhi nutrisi yang diserap oleh janin, jadi kehebatannya di situ," lanjut dia.
Baca: Cerita Dokter Luna yang Masih Bertugas Merawat Pasien Covid-19 Meski Sedang Hamil 8 Bulan
Baca: Hamil Anak Pertama, Rianti Cartwright: Aku Sedang Merasakan Keajaiban dalam Hidup
Baca: Alasan Kenapa Bayi dalam kandungan Lebih Aktif Menendang Saat Ibu Hamil Tidur Miring ke Kiri
Ia menyebut, ibadah puasa diperbolehkan dan aman untuk dijalankan oleh ibu hamil.
"Pada dasarnya, puasa untuk ibu hamil itu aman, asalkan kondisi memungkinkan dan tidak memaksa."
"Jika ada kondisi tertentu yang dirasa berat boleh membatalkan dan tidak perlu dipaksakan," imbuh Huthia.
(Tribunnews.com/Nuryanti/Endra Kurniawan)