TRIBUNNEWS.COM - Warga Negara Indonesia di Norwegia, Savitry Khairunnisa atau Icha (43), berbagi kisah
selama menjalani puasa di sana.
Sda cerita tentang kebersamaan dan persaudaraan sesama muslim dan non-muslim.
Icha bercerita hampir seluruh muslim di Norwegia adalah imigran.
Berdasarkan data pemerintah jumlah muslim di Norwegia mencapai lebih dari 150 ribu. Terdiri dari mereka: pencari suaka, pelajar, hinggatenaga profesional.
"Sebagai minoritas persaudaraan sesama muslim di sini begitu erat," ujar Icha kepada Tribun Network, Senin (11/5/2020).
Saat tengah berjalan, kata Icha, mereka saling menyapa dengan "Assalamualaikum".
Saat Ramadan tiba saling mengucapkan "Ramadhan mubarak".
Keakraban pun sangat terasa saat berbuka puasa bersama di masjid.
"Bertukar cerita saat buka puasa. Masjid ramai karena jemaah bergantian
menyumbangkan berbagai jenis makanan ringan dari kurma, jus, buah-buahan, hingga makanan berat,"
tutur Icha.
Namun, keakraban itu tak lagi terasa karena saat ini, Norwegia sama halnya dengan Indonesia. Tengah
menerapkan kebijakan penutupan fasilitas publik.
Sehingga masjid pun ditutup.
"Kebiasaan itu sejak Ramadhan ini ditiadakan karena masjid-masjid di Norwegia masih ditutup sejak 12 Maret," ucap penulis buku Kelana Rasa tersebut.
Selain dengan sesama muslim, toleransi antar umat beragama juga terasa di Haugesund, Norwegia.
"Di lingkungan kita ini hanya kami yang muslim," kata Icha.
Setahun lalu di lingkungan Icha ada kegiatan gotong royong untuk membersihkan lingkungan.
Saat itu tengah bulan Ramadan, tepatnya musim semi.
"Saat itu saya kebagian membuat konsumsi nah setelah pada saat beristirahat justru saya tidak ikut makan, suami saya juga tidak ikut makan, orang-orang cukup heran kok tidak makan," ucapnya.
Icha akhirnya menjelaskan tentang Ramadan. Masyarakat Norwegia kaget begitu tahu berpuasa ala
umat Islam.
Apalagi di Norwegia puasa bisa sampai 18 jam.
Durasi puasa tahun ini lebih pendek daripada tahun-tahun sebelumnya.
Muslim di belahan bumi utara menjalani puasa hingga 20 jam pada musim panas.
Tahun ini, sekitar 16,5-19,5 jam, dimulai sejak sekitar pukul 22.00 waktu setempat.
Semakin mendekati Kutub Utara, semakin panjang durasi puasanya."Kami jelaskan seperti musim panas ini kita puasa lama dan mereka takjub dan salut orang muslim kuat-kuat mereka menghormati," kata Icha.
Rindukan Acara Sahur di Televisi Indonesia
11 tahun tinggal di Norwegia, membuat Icha merindukan suasana berpuasa di negeri tercinta, Indonesia.
"Suasana di Indonesia tidak tergantikan," katanya.
"Acara-acara sahur di TV, sinetron religi, Kultum jelang buka, dan adzan maghrib di masjid saut-sautan,"
imbuh Icha.
Berbeda dengan di Norwegia yang suara adzan tidak diperkenankan suaranya sampai ke
luar masjid.
Di Indonesia ada momen ngabuburit atau mencari makanan untuk berbuka puasa di jalan-jalan.
Kemudian momen berkumpul bersama keluarga yang tak tergantikan
"Berkumpul dengan orang tua berbuka bersama, hidangannya, obrolannya, suasana tidak tergantikan," tutur Icha.
Selama tinggal di luar negeri, Icha memiliki hobi menulis. Ia juga kerap mengunjungi beberapa negara.
Dari hobi jalan-jalan dan mencicipi kuliner berbagai negara, ia menulis buku berjudul Kelana Rasa
."Saya
sejak beberapa tahun lalu punya hobi baru berbagi resep di Instagram. Masakan apapun mancanegara,
Indonesia, hidangan utama sampai dessert saya share," kata Icha.
Tidak sekedar pamer makanan, tapi Icha juga berbagi resep makanan. Hingga saat ini 'pengikut' di
Instagram pun semakin bertambah hingga puluhan ribu.
"Beberapa resep sempat menjadi viral hingga 1 tahun lalu dihubungi editor Gramedia Pustaka Utama. Yang menawarkan kalau sekiranya mau menerbitkan dikumpulkan gramedia bersedia.
Berbagi resep gratis, bersedekah kecil-kecilan," imbuh Icha.