TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-"Ketika orang mendengar Masjid Agung Al Azhar, yang diingat pasti sosok Buya Hamka," kenang Haji Yahya (55), Kepala Urusan Rumah Tangga Masjid Agung Al-Azhar.
Mengapa Buya Hamka identik dengan Masjid Agung Al Azhar?
Di masjid nan megah itu, Buya Hamka memperjuangkan pendidikan Islam saat Indonesia mengalamimasa pasca era orde lama.
Tak heran pada era 60-70an, orang ketika mengingat Masjid Agung Al-Azhar, maka yang terbesit adalah nama Buya Hamka.
Baca: Di Balik Nama Masjid Agung Al Azhar, Ada Simbol Persahabatan Buya Hamka dan Syekh Mesir
Baca: Jenguk Mantan Kekasih, Evelyn Kaget Lihat Kondisi Roy Kiyoshi, Drop, Muntah, Disuntik Vitamin
"Karena sejarahnya beliau yang membesarkan memakmurkan Masjid Agung Al-Azhar sebagai imam besar," tutur Yahya.
Sebelum wafat pada 1981, sosok Buya Hamka yang bernama asli Abdul Malik Karim Amrullah ini tinggal tak
jauh dari Masjid Agung Al-Azhar.
Setiap hari Buya Hamka memberikan kajian-kajian kepada jemaah, terutama setelah Salat Shubuh.
Baca: Muncul Pasien Baru Covid-19 di Wuhan, Giliran Kota Shulan di-Lockdown
Baca: Bagaimana Kepastian Ibadah Haji Tahun Ini? Ada atau Tidak? Pemerintah Tunggu 20 Mei
"Buya Hamka adalah tokoh agama yang memakmurkan masjid. Jadi beliau adalah imam Salat Subuh Masjid Agung Al-Azhar. Beliau yang mengimami Salat Subuh setiap hari dan diadakan kajian-kajian. Sampai beliau wafat," ujar Yahya.
Yahya menerangkan hingga kini kajian-kajian pun tetap dilanjutkan. Tak terlepas dari perjuangan Buya
Hamka.
Kajian bahkan hampir setiap hari. Biasanya, menurut Yahya, seribuan jemaah hadir dalam
kajian tersebut.
Kaum milenial pun memiliki minat yang cukup besar untuk mengikuti kajian pada hari
Rabu.
"Yang hari Rabu malam. Yang ba'da Salat Isya itu saya sampaikan tadi jemaah di atas seribu.
Didominasi anak-anak muda. Kemudian Jumat malam juga ada kajian anak-anak muda. Dilaksanakan
ba'da Isya," kata Yahya.
Kajian Dilakukan Online dan Takjil Drive-thru Saat Wabah Corona
Saat Provinsi DKI Jakarta menerapkan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kajian itu untuk
sementara tak diadakan di masjid. Kajian dilakukan secara online.
"Kita tiadakan secara tatap muka langsung tapi kita hadirkan melalui aplikasi Zoom dan YouTube," imbuh Yahya.
Menurut Yahya, sebelum ada corona, Masjid Agung Al-Azhar memiliki agenda padat saat Ramadhan.
Setiap hari diadakan kegiatan rutin buka bersama. "Biasanya kita siapkan takjil sampai untuk 850
jemaah," tuturnya.
Berkumpul di aula utama masjid, lalu mengadakan tausiah sampai waktu berbuka puasa tiba. Karena
corona kegiatan itu ditiadakan.
Pihak masjid mengubah strategi mereka dalam hal pembagian takjil.
"Dengan sistem drive-thru di depan gerbang masuk nanti para masyarakat terutama pengendara
kendaraan motor, ojek online, masuk ke halaman masjid ngambil takjil langsung putar ke luar untuk
menghindari kerumunan," ucap Yahya.
Demi tetap menghadirkan suasana ramadhan kepada para jemaah, lanjut dia, pihak masjid pun
memberikan program-program "Di Rumah Aja".
"Program mutiara ramadhan yang kita tayangkan lewat
YouTube setiap hari.
Kemudian juga ada inspirasi ramadhan setiap hari Jumat, Sabtu, Ahad kita juga
sajikan di YouTube.
Oase ramadhan juga akan kita sajikan di 10 malam terakhir. Ini supaya tetap
memberikan suasana ramadhan kepada jemaah," tuturnya. (tribun network/denis)