TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Presiden pertama Indonesia Ir Soekarno menggelar sayembara membuat desain maket Masjid Istiqlal. Digelar pada 1955 di Istana Bogor.Kala itu, Soekarno mencari seorang arsitek.
Yang dapat membangun masjid, sebagai simbol kerukunan antar umat beragama. Masjid dibangun dekat dengan Gereja Katedral. Berdiri di atas lahan seluas 9,5 hektar.
Baca: Paula Tampil Pangling Kenakan Hijab Seperti Nagita, Baim Wong Syok Ucap Istighfar: Lihat Istri Saya!
Masjid Istiqlal dibangun di antara dua kanal Kali Ciliwung. Dinding masjid berlapis batu marmer putih. Dengan menara setinggi 6.666 sentimeter sesuai dengan jumlah ayat Al Quran.
Ujung menaranya terbuat dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz dalam Al Qur'an. Terdapat tujuh pintu masuk ke dalam Masjid Istiqlal. Tujuh pintu memiliki nama asmaul husna, dari pintu utama bernama Al Fattah, As Salam dan Ar Rozzaq selanjutnya bernama Al Quddus, Al Malik, Al Ghaffar, dan Ar Rahman.
Angka tujuh juga diambil sebagai tanda bahwa ada tujuh lapisan langit kosmologi alam semesta Islam, serta terdapat tujuh hari dalam seminggu.
Dibalik serba-serbi Masjid Istiqlal itu, ada sosok Friedrich Silaban. Pria kelahiran Bonandolok, Sumatera Utara, penganut Kristen Protestan dan anak seorang pendeta.
"Pembuatnya seorang nasrani protestan Friedrich Silaban. Didaulat sebagai pemenang. Dia dikasih keutamaan sebagai pembuat masjid ini. Diberi keleluasaan untuk mengeksplor," ujar Staf Protokol Masjid Istiqlal, Didi Hadian kepada Tribun.
Didi bercerita pemancangan tiang pertama sebagai penanda dimulainya pembangunan dilakukan pada 24 Agustus 1961, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Musabab situasi politik ketika itu, proses pembangunan Masjid Istiqlal butuh waktu 17 tahun hingga akhirnya masjid resmi pada 22 februari 1978.
Selain Istiqlal, peninggalan Silaban hadir di sekitar 700 bangunan penjuru Tanah Air, di antaranya Stadion Gelora Bung Karno (Jakarta/1962), Monumen Pembebasan Irian Barat (Jakarta/1963), Monumen Nasional atau Tugu Monas (Jakarta/1960), Gerbang Taman Makam Pahlawan Kalibata (Jakarta/1953), hingga Tugu Khatulistiwa (Pontianak/1938).
Simbol Kerukunan Antar Umat Beragama
Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta merupakan 'tetangga' lebih dari 40 tahun. Dua rumah ibadah itu dikenal sebagai simbol kerukunan antar umat beragama.
"Katedral dan Istiqlal, kenapa kekeuh Istiqlal dekat Katedral itu adalah simbol nyata toleransi antar umat beragama yang paling nyata," ujar Didi.
Baca: Masjid Istiqlal dan Masjid Agung Al Azhar Tak Fasilitasi Diadakannya Pasar Takjil
Keduanya dibangun saat situasi sulit. Masjid Istiqlal dibangun jelang suhu politik dalam negeri yang kian memanas pada tahun 1960-an dan baru rampung pada 1978. Sedangkan Gereja Katedral yang berusia jauh lebih tua dibangun ketika pemerintah kolonial terlalu sibuk memikirkan urusan keamanan.
Baca: Paula Tampil Pangling Kenakan Hijab Seperti Nagita, Baim Wong Syok Ucap Istighfar: Lihat Istri Saya!
Hingga kini, kedua tempat ibadah itu saling berdampingan. Saling membantu saat satu di antara keduanya tengah mengadakan perayaan.
Baca: Setelah Pandemi Covid-19, 4 Hal Ini Pengaruhi Harga Tiket Pesawat
"Waktu itu pernah Gereja Katedral mengalah waktu misanya kan idul fitri hampir sama misa ke berapa pas hari minggu, idul fitri pagi, jadi mereka memundurkan waktunya. Jadi jam 11.00 karena dari jam 06.00 - 08.00 Salat," kata Didi.
Baca: Nadiem Makarim: Kesetaraan Gender akan Dimasukan dalam Materi Survei Karakter
Kedua tempat ibadah itu juga saling membantu persoalan keamanan atau misalkan membutuhkan lahan parkir. "Itulah bahwa kerukunan antar umat beragama itu benar-benar ada," sambungnya.