TRIBUNNEWS.CO, JAKARTA-Bangunan Masjid Al-Riyadh Kwitang Jakarta Pusat berlantai dua. Masjid Al-Riyadh tak memiliki kubah.
Namun terdapat menara di area masjid dengan dominasi cat warna putih ini.
Masjid Al-Riyadh dapat menampung 150 – 200 jemaah. Lantai pertama masjid tesebut biasanya digunakan untuk salat
berjamaah seperti biasa, sedangkan lantai dua digunakan untuk tempat belajar Madrasah Diniyyah.
Terdapat mimbar berjenjang atau bertangga dan ada tempat duduknya serta atapnya berupa kubah terbuat dari kayu-kayu.
Selain sebagai tempat ibadah, ribuan umat Islam biasanya juga melakukan ziarah ke makam Habib Ali Bin Abdurachman Bin Abdullah Al Habsyi.
Seorang pengurus masjid menuturkan, keberadaan Masjid tak lepas dari perjuangan dakwah Habib Ali di Jakarta.
Berawal hanya berupa surau dengan desain rumah panggung, kini Masjid Kwitang menjadi
bangunan masjid dua lantai yang berdiri di atas lahan seluas 1.000 meter persegi.
"Setelah Habib Ali menuntut ilmu di Hadralmaut, Yaman Selatan, beliau sempat berguru dengan Mufti
Betawi yakni Habib Usman Bin Yahya. Ia pun membuat madrasah pertama di Jakarta dengan nama
Madrasah Jamiatul Khair di Masjid Al Makmur Tanah Abang Jakarta," kata seorang pengurus yang
enggan disebutkan namanya kepada Tribun.
Setelah mendirikan madrasah, murid Habib Ali terus bertambah hingga didirikan Islamic Center tak jauhdari lokasi Masjid Al-Riyadh. Sekira 1938,Habib Ali membangun surau sederhana dengan bentuk seperti rumah panggung. Bangunan musala itu dinamai Al Makmur karena Habib Ali terinspirasi dari nama Masjid Al Makmur yang berada di Tanah Abang.
"Tidak lama berdiri, Al Makmur mengalami musibah kebakaran," terangnya.
Habib Ali butuh waktu lama untuk membangun kembali masjid yang sudah rata dengan tanah itu.
Hungga Masjid tersebut kembali berdiri dan diresmikan oleh Presiden pertama RI, Soekarno.
"Masjid ini diresmikan oleh Presiden Soekarno dan diubah namanya menjadi Khuwatul Ummah artinya kekuatan
umat. Karena situasinya pada saat itu bangsa kita lagi menjaga kemerdekaan," imbuh dia.
Nama Khuwatul Ummah yang disematkan pada Masjid yang berada di Jalan Kembang IV itu pun tidak
bertahan lama. Habib Ali mendapatkan perintah dari gurunya di Hadralmaut untuk mengubah nama.
Akhirnya Masjid Khuwatul Ummah diubah menjadi Masjid Al Riyadh. Al Riyadh sendiri memiliki arti
Taman.
Secara harfiah, Al Riyadh berarti Taman Surga. "Taman Surga yang dimaksud di sini adalah
masjid," tuturnya.
Masjid Al Riyadh hanya ada tiga di dunia. Pertama, ada di Hadralmaut, Yaman Selatan. "Dua ada di
Indonesia di Kwitang sama di Kota Solo tepatnya di Pasar Kliwon," tutupnya.
Masjid Jami Al Riyadh masih terus digunakan sebagai tempat ibadah umat muslim sekaligus sebagai
tempat menimba ilmu Agama Islam.