TRIBUNNEWS.COM - Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1441 H diperkirakan akan jatuh pada Minggu 24 Mei 2020.
Perayaan Idul Fitri ditandai dengan adanya sholat Id dan dilanjutkan tradisi saling bermaaf-maafan.
Namun, pada Idul Fitri 1441 H/2020 M, pemerintah mengimbau umat Islam untuk mengerjakan sholat Id di rumah saja.
Hal itu untuk menerapkan kebijakan physical distancing (jaga jarak fisik) guna mencegah penyebaran virus corona (Covid-19).
Baca: Contoh Naskah Khutbah Idul Fitri 2020 Bertema di Rumah Saja akibat Virus Corona, Dilengkapi PDF
Baca: Contoh Naskah Khutbah Idul Fitri di Rumah: Idul Fitri, Awal Pembaharuan Diri
Adapun sholat Idul Fitri dapat dilaksanakan bersama anggota keluarga yang serumah atau secara sendiri (munfarid).
Setelah pelaksanaan sholat Idul Fitri secara berjamaah, khatib disunahkan untuk melaksanakan khutbah.
Berikut contoh naskah khutbah Idul Fitri berjudul 'Meraih Hari Esok yang Lebih Baik dengan Fitrah dan Ketaqwaan', yang dikutip dari kemenagkarimun.com:
Istri dan putra-putriku tercinta
Bulan Ramadhan telah meninggalkan kita, banyak pesan dan kesan yang tentunya melekat di hati kita.
Hari kemenangan Idul Fitri yang pagi ini kita rayakan, ibaratnya adalah sebagai puncak proses daur ulang terhadap perjalanan rohani kita.
Sebelas bulan sebelumnya kita telah menempuh perjalanan hidup, mendaki, menyelesaikan permasalahan dan menurun menikmati keberhasilan, berlari mengejar kesuksesan dan berdiam diri menyesali kegagalan.
Puasa ramadhan yang baru saja meninggalkan kita, adalah ibarat tangga yang terus mendaki, untuk mengantarkan rohani kita, ke tempat yang tertinggi, yaitu fitrah.
Istri dan putra-putriku tercinta
Fitrah kesucian dan kebersihan jiwa adalah modal utama untuk melangkah, meneruskan perjalanan hidup, persoalan yang besar ada di hadapan kita.
Maka patut disayangkan apabila jiwa kita yang sudah bersih di hari raya ini kita kotori lagi dengan hal-hal yang tidak berguna apalagi yang berbau maksiat dan kejahatan.
Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar walillahilhamd
Puasa ramadhan telah mendidik kita untuk bersikap yang luhur, mengendalikan diri, menahan hawa nafsu, menahan amarah yang tak tentu arah, maka akan berdampak melahirkan sikap mental yang perwira.
Begitu juga dengan kebiasaan menahan lapar dan dahaga, akan melatih kita untuk memiliki kepekaan dan empati, serta timbang rasa kepada orang lain yang serba kekurangan.
Istri dan putra-putriku tercinta
Puasa ramadhan yang kita laksanakan sebulan penuh, hendaknya membekas dan berkesan di dalam kehidupan kita.
Kita harus melestarikan nilai-nilai ritual dan spiritual ramadhan, di luar bulan ramadhan.
Karena puasa yang sesungguhnya adalah puasa di luar bulan puasa, yaitu puasa menghadapi kehidupan.
Kita harus menyadari bahwa setan tidak pernah tinggal diam, menyaksikan umat manusia merayakan kemenangan Idulfitri.
Setan selalu berusaha untuk kembali menjerumuskan kita, dengan berbagai umpan, di antaranya dengan berbagai macam kesenangan, kemeriahan, dan sikap berlebih-lebihan.
Baca: Contoh Naskah Khutbah Idul Fitri untuk Sholat Id di Rumah, Lengkap dengan Tata Caranya
Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar walillahilhamd
Istri dan putra-putriku tercinta yang dirahmati Allah SWT
Masa depan akan terus menjelang, hari esok akan segera datang.
Sebagai orang yang beriman tentu kita menginginkan adanya peningkatan dan perbaikan kualitas hidup kita, yang mengarah kepada sebutan insan yang bertakwa.
Nilai ketakwaan adalah muara dari segala amal soleh dan amal ibadah yang kita lakukan.
Ketakwaan yang kita bina hendaknya memancar bukan saja untuk diri pribadi kita, namun juga untuk masyarakat dan lingkungan kita.
Keadaan yang ada dihadapan kita, adalah medan yang harus kita tempuh.
Besarnya cobaan dan rintangan akan menjadikan kita sebagai hamba-hamba Allah yang teruji.
Apakah akan menjadikan kita naik kelas, atau tinggal kelas tergantung dari kita dalam menyikapinya.
Selanjutnya hikmah terbesar dari perayaan Hari Raya Idul Fitri ialah tumbuhnya sikap bersilaturrahmi dengan sesama, saling memaafkan satu dengan yang lain.
Ini termasuk akhlak yang paling mulia sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Barang siapa ingin diluaskan rizkinya, dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambungkan silaturahmi."
Selain bersilaturahmi, memberi maaf kepada orang lain juga termasuk akhlak yang mulia.
Maka hendaknya kita menjadi orang yang berjiwa besar untuk mau meminta maaf atau memberi maaf kepada orang lain sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-A’raf ayat 199:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Artinya: "Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang-orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh."
Firman tersebut maknanya adalah engkau harus memaafkan orang yang mendzalimimu.
Engkau harus memberi kepada orang yang kikir kepadamu dan engkau harus menjalin hubungan dengan siapapun yang memutuskan hubungan denganmu.
Istri dan putra-putriku tercinta
Akhirnya marilah kita berdo’a kehadirat Allah SWT:
Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina 'adzabannar.
Wasiiqol ladziinat taqou robbahum ilal jannati zumaroo.
Kita semua dan masyarakat Indonesia dijauhkan oleh Allah SWT dari musibah COVID-19. Aamiin Ya Rabbal ’aalamiin.
Khatib duduk di antara khutbah dan berdo’a secara singkat secara pelan (sirr).
Selanjutnya, sambil membaca shalawat lalu berjabat tangan dan saling meminta maaf istri kepada suami dan anak kepada kedua orangtua.
Baca: Kumpulan Ucapan Selamat Idul Fitri 1441 H, dari Bahasa Indonesia hingga Inggris
(Tribunnews.com/Rica Agustina)