TRIBUNNEWS.COM- Simak naskah khutbah di rumah dalam artikel ini.
Tahun ini hari raya Idul Fitri 1441 H jatuh pada Minggu (24/5/2020) besok.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Idul Fitri tahun ini harus dirayakan di tengah pandemi virus corona.
Guna memutus rantai penyebaran virus corona, shalat Idul Fitri dianjurkan untuk dilakukan di rumah.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan Fatwa no 28 Tahun 2020 yang juga memuat tata cara shalat Idul Fitri.
Tata cara pelaksanaan sholat Ied di rumah sama seperti jika dikerjakan di masjid atau lapangan.
Baca: Cegah Takbiran Keliling Oleh Warga, Satpol PP DKI Pasang Posko Jaga di Sejumlah Jalan Protokol
Baca: Download MP3 Kumpulan Takbiran Idul Fitri dari Ustaz Jefri Al Buchori Beserta Bacaannya
Yang berbeda adalah dalam pelaksanaan khutbahnya.
Apabila jamaah kurang dari empat orang, maka sholat Idul Fitri boleh dilaksanakan tanpa khutbah.
Selain itu, khutbah juga bisa ditiadakan jika di rumah tidak ada yang berkemampuan untuk melakukannya.
Berikut ini teks khutbah Idul Fitri oleh Pengasuh Pesantren Cendekia Amanah Sekretaris Satgas Covid-19 dan Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat, KHM. Cholil Nafis, Lc., Ph D.
Naskah dikutip Tribunnews dari laman resmi MUI dengan judul: Meneguhkan Nilai Fitrah saat Pandemi Covid-19.
Allahu akbar 3 X Walillahi al hamdu
Sidang jama’ah Idul Fitri yang berbahagia.
Dalam suasana pandemi Covid-19 menyebar di seluruh dunia termasuk Indonesia, maka pada hari kemenangan umat Islam ini kita merayakan Idul Fitri, yakni hari yang penuh kegembiraan dan barokah.
Sebab kaum muslimin telah menang dan lulus melewati ujian “jihad akbar”, perang melawan hawa nafsu di bulan “Balai Latihan” Ramadhan dan pada saat yang bersamaan melalui hari-hari dengan
sabar menangkal pandemi.
Kita, kaum muslimin disunnatkan (dianjurkan) di manapun berada untuk mengagungkan nama Allah, memperbanyak takbir, tahmid, tahlil dan tasbih, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
Allah akbar 3X Walillahi al hamdu
Jama’ah shalat Idul Fitri yang berbahagia
Guna mengimplementasikan keberhasilan ibadah puasa maka pada hari ini kita kembali kepada fitrih.
Fitrah adalah asal kejadian, keadaan suci. Fitrah adalah sesuatu yang universal.
Karena seperti yg dikatakan oleh Rasulullah saw. bahwa umat manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, (kullu mauludin yuladu ‘ala al fitrah). Ini artinya bahwa fitrah adalah sesuatu yang inheren dengan jati diri manusia.
Jati diri manusia adalah keberadaan umat manusia sebagai hamba Allah, ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sekaligus sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi.
Al Qur’an menghadirkan kisah penciptaan manusia yang terdiri dari dua unsur yang tarik menarik; yaitu diciptakan dari tanah liat sebagai simbol kerendahan, stagnasi dan pasifitas mutlak.
Kamudian ditiupkan ruh Allah SWT sebagai simbol dari gerakan tanpa henti yang mengajak manusia ke puncak spiritual tertinggi dan tiada batas. Setelah manusia diciptakan, Allah SWT mengajarkan nama-nama.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia diberi bekal tentang “kebaikan bawaan” yang terpancar lewat hati nurani.
Hati nurani adalah tanda-tanda dari dimensi ketuhanan yang bisa mengantarkan manusia untuk berproses (becaming) menuju Tuhan.
Kebaikan ini dikenal dengan sebutan fitrah. ‘Idul Fitri artinya kembali keasal kejadian yang suci. Bagaikan terlahir kembali karena sudah bebas dari jeratan belenggu.
Dalam pandangan Al-Qurthubi menafsirkan kata fitrah bermakna kesucian, yaitu kesucian jiwa dan rohani.
Untuk itu, manusia harus meneladani Nabi Muhammad SAW yang tercermin dalam al-Qur’an.
Manusia harus senantiasa melakukan proses evolusi (becoming, menjadi, dalam filsafat Islam: insan) menuju Tuhan.
Hanya dengan menjadi insan, manusia bisa memaksimalkan perannya sebagai hamba Allah Yang Maha Pengasih (‘ibadurrahman)
Allah akbar 3X Walillahi al hamdu
Jama’ah shalat Idul Fitri yang berbahagia
Bangsa kita dan seluruh dunia masih sedang mengalami ujian kemanusiaan. Pandemi Covid-19 kita lalui di bulan Ramadhan sampai lebaran ini.
Total korban di seluruh dunia sudah jutaan orang dan di Indonesia sudah puluhan ribu mayat.
Banyak pekerja yang kehilangan pekerjaaan karena harus menghentikan produksi, bahkan para pekerja informal yang jumlahnya sekitar 55,72 persen dari seluruh angkatan kerja Indonesia banyak yang tak bisa lagi bekerja karena sarana umum banyak yang terhenti.
Inilaha saatnya kita mengaktifkan fitrah dalam diri kita untuk peduli kepada sesama.
Dalam kontek saling peduli maka sebagai umat Islam perlu merevitalisasi kandungan hadits Rasulullah SAW.
Kandungan ajakan memuliakan tetangga diimplementasikan menjadi sebuah gerakan nyata. Yaitu “Peduli Tetangga”.
Bahwa di antara kita meningkatkan hubungan ketetanggaan yang solid dan kokoh. Bangunan solidaritas dan kohesivitas menjadi nyata dalam gerakan saling melindungi agar tidak tertular pandemi.
Karenya kita harus menjaga jarak fisik dan mengikuti protocol kesehatan. Pada saat yang bersamaan kita saling menjaga dan saling memenuhi kebutuhan keseharahian pada kondisi ekonomi penuh keterbatasan.
Jangan sampai diri kita tidak tahu jika ada tetangga yang kelaparang karena kemiskinan saat pelaksanaan “Pembatasan Sosial Bersekala Besar” (PSBB).
Mari satukan langkah untuk membangun kohesivitas.
Spirit berbagi dalam kehidupan sosial dan bertetangga telah dilatih oleh puasa. Saat berpuasa kita dimotivasi untuk berbagi buka puasa yang pahalanya seperti orang yang sedang melaksanakan ibadah puasa.
Demikian juga pada akhir puasa di awal hari lebaran kita mengeluarkan zakat fitrah sebelum pekasanaan shalat Idul Fitri sebagai penyuci jiwa dari tindakan tak baik atau ucapan buruk dengan cara memberi makan kepada orang Miskin.
Spirit ibadah berbagi dengan yang lain adalah unsur penting bahwa ibadah yang baik jika selain karena mengabdi kepada Allah SWT juga memberi kebaikan dan kemaslahatan kepada hamba-Nya.
Di sinilah kita diuji untuk mengimplementasi ibadah puasa kita yang bersifat individu kepada kontek sosial.
Ramadhan telah melatih mental kita dan membiasakan diri kita untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui berbagai amaliah yang bersifat mahdhah; seperti shalat tarawih, tadarrus al Qur’an, dzikir, i’tikaf dan
amal ibadah lainnya.
Dan, pada saat yang bersamaan Ramadhan telah melatih dan membiasakan diri kita untuk dapat membina hubungan baik dengan sesama manusia melalui berbagai amaliah yang bersifat sosial.
Allahu akbar 3X Walillahi al hamdu
Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah.
Marilah kita tunjukkan indikator keberhasilan dalam meraih ketakwaan, kita tunjukkan kesejatian diri yang “fitri” yang senantiasa menebarkan cinta kasih, persaudaraan, kebersamaan, kemampuan menahan amarah, dan mampu memaafkan orang lain.
Fitrah yang sesungguhnya adalah ketika taqwanya bertambah, berarti peran serta kemanusiaan lebih baik, amal salehnya meningkat dan semakin menjauhkan diri dari prilkau-prilaku maksiat.
Jadi kembali ke fitrah berarti kembali mendengarkan suara hati nurani yang paling dalam yang sudah kita jernihkan dengan berpuasa. Bersikap fitrah adalah berorientasi pada pemenangan “ruh ilahi” atas tanah “Lumpur”.
Semoga Allah SWT menuntun dan membimbing kita untuk selalu menjaga jiwa kita agar tetap bertaqwa dan berjalan pada fitrahnya. Amin.
Baca: Mudahkan Pembayaran Zakat, Aplikasi Dana Gandeng Baznas dan Dompet Dhuafa
Baca: Kumpulan Gambar Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H, Minal Aidin Wal Faizin
(Tribunnews.com/Bunga)