TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini bacaan niat Shalat Tarawih dalam tulisan arab dan latin.
Selain itu, terdapat juga tata cara shalat Tarawih.
Shalat Tarawih merupakan ibadah yang dilaksanakan saat bulan Ramadhan.
Dikutip dari Buku Panduan Lengkap Ibadah Muslimah oleh Ust. M. Syukron Maksum, Shalat Tarawih merupakan shalat yang dikerjakan pada malam hari di bulan Ramadhan.
Shalat ini Sunah Muakadah, yakni sangat dianjurkan untuk dilaksanakan.
Bisa dikerjakan secara jamaah maupun sendirian.
Waktu mengerjakan Shalat Tarawih dimulai setelah shalat Isya sampai datangnya Subuh atau fajar.
Niat Shalat Tarawih
Niat shalat Tarawih Berjamaah
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
Ushalli sunnatat taraawiihi rak’ataini mustaqbilal qiblati ma’muman lillahi ta’aalaa
Artinya: “Aku niat Salat Tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta’ala."
Niat Salat Tarawih Sendiri (Munfarid)
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى
Usholli sunnatattarowihi rok’ataini mustaqbilal qiblati lillahi ta’ala
Artinya: “Aku niat Salat Tarawih dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.”
Niat Salat Tarawih sebagai Imam
اُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ إِمَامًا ِللهِ تَعَالَى
Ushollii sunnatat-taraawiihi rok’ataini mustaqbilal qiblati imaaman lillaahi ta’alaa
Artinya: “Saya niat shalat sunnah tarawih dua rakaat menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta’ala.”
Baca juga: Aturan Lengkap Ibadah Ramadhan 2021 di Masjid Istiqlal, Jamaah Salat Tarawih Dibatasi 2000 Orang
Baca juga: Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa Ramadhan 1442 H/2021 Jabodetabek, Lengkap dengan Bacaan Niat Puasa
Pelaksanaan Shalat Tarawih
Dilansir Buku Tuntunan Ibadah pada Bulan Ramadan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Shalat Tarawih dapat dilaksanakan secara berjamaah maupun sendiri-sendiri.
Apabila dikerjakan secara berjamaah, maka pelaksanaan salat tarawih harus diatur dengan baik dan teratur sehingga dapat khusyuk, tenang, dan khidmat.
Salat tarawih bisa dikerjakan dengan 4 rakaat tanpa tasyahud awal dan 3 rakaat witir tanpa tasyahud awal, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Nabi Muhammad SAW:
“Dari ‘Aisyah (diriwayatkan bahwa) ketika ia ditanya mengenai salat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di bulan Ramadan.
Aisyah menjawab: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah melakukan salat sunnat di bulan ramadan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat.
Beliau shalat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya. kemudian beliau salat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat.” -HR. al-Bukhari dan Muslim
Salat Tarawih dapat juga dikerjakan dengan cara 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat, 2 rakaat dan 1 rakaat witir, sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi Muhammad saw:
“Diriwayatkan dari Zaid bin Khalid al-Juhany bahwa ia berkata: Benar-benar aku akan mengamati shalat Rasulullah saw. pada malam ini, beliau shalat dua raka’at khafifatain, lalu beliau shalat dua raka’at panjangpanjang keduanya, kemudian shalat dua raka’at yang kurang panjang dari shalat sebelumnya, lalu beliau shalat lagi dua raka’at yang kurang lagi dari shalat sebelumnya, kemudian shalat dua raka’at yang kurang lagi dari shalat sebelumnya, lalu beliau shalat lagi dua raka’at yang kurang lagi dari shalat sebelumnya, kemudian shalat dua raka’at yang kurang lagi dari shalat sebelumnya, dan beliau melakukan witir (satu raka’at). Demikianlah (shalat) tigabelas raka’at.” (HR Muslim)
Sebelum mengerjakan Qiyamu Ramadhan, disunnatkan mengerjakan shalat sunat dua raka‘at ringan (Shalat Iftitah), sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad saw:
“Dari Abu Hurairah dari Nabi saw, (diriwayatkan bahwa) beliau bersabda: Jika salah satu di antara kamu mengerjakan qiyamul-lail, hendaklah ia membuka (mengerjakan) shalatnya dengan shalat dua rakaat ringan.” [HR. Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud].
Shalat Iftitah dapat dikerjakan secara berjamaah sesuai shalat tarawih yang sebaiknya dikerjakan secara berjamaah.
Shalat iftitah dilakukan dengan cara: pada rakaat pertama setelah takbiratulihram membaca doa iftitah “Subhanallah dzil malakuti wal jabaruti wal kibriya-i wal-‘adzamah” .
Kemudian membaca surat al-Fatihah, dan pada rakaat kedua hanya membaca surat al-Fatihah ( tanpa membaca surat lain ).
Dasarnya adalah hadis Nabi saw: “Diriwayatkan dari Hudzaifah bin al-Yaman ia berkata: Aku pernah mendatangi Nabi saw pada suatu malam. Beliau mengambil wudlu kemudian shalat lalu aku menghampirinya dan berdiri di sebelah kirinya lalu aku di tempatkan di sebelah kanannya, kemudian beliau bertakbir dan membaca: Subha-nallah dzil malakuti wal-jabaruti wal-kibriya-i wal-‘adzamah.” [HR. ath-Thabrani dalam Kitab al-Awshat . Al-Haitami dalam M ajm a’ al- Z a w aid mengatakan bahwa perawi-perawinya terpercaya, juz 1 : 108
Bacaan surat yang dibaca setelah membaca al-Fatihah pada 3 raka‘at shalat witir, menurut Rasulullah saw adalah sebagai berikut:
Pada raka‘at pertama membaca surat al-A‘la, pada raka‘at kedua membaca surat al-Kafirun, dan pada raka‘at ketiga membaca surat al-Ikhlash.
Setelah selesai 3 raka‘at shalat witir, disunatkan membaca doa:
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوْسُ
Subhaanal malikil qudduus
Artinya:
“Maha Suci Allah Yang Maha Merajai dan Yang Maha Bersih.” Dibaca tiga kali, dengan suara nyaring dan panjang pada bacaan yang ketiga.
Lalu membaca:
رَبُّ الْمَلآئِكَةِ وَالرُّوْحِ
Robbul-malaa-‘ikati warruuh
Artinya: “Yang Menguasai para Malaikat dan Ruh/Jibril.”
Hal tersebut, berdasarkan Hadist Riwayat Abu Dawud dan HR. ath-Thabarani, di dalam alMu‘jam al-Ausath:
“Dari Ubayy Ibnu Ka‘ab (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Adalah Rasulullah saw apabila selesai dalam salat Witir membaca Subhanal Malikil Quddus [Maha Suci Allah Yang Maha Merajai dan Yang Maha Bersih]” [HR. Abu Dawud].
“Dari Ubayy Ibnu Ka‘ab (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Adalah Rasulullah saw melakukan Witir dengan membaca sabbihisma Rabbikal-A‘la, qul yaayyuhalkafirun dan qul Huwallahu Ahad; dan apabila selesai salam ia membaca Subanal-Malikil-Quddus [Maha Suci Allah Yang Maha Merajai dan Yang Maha Bersih] tiga kali dan menyaringkan suaranya dengan yang ketiga, serta mengucapkan Rabbilmala’ikati warruh [Tuhan malaikat dan ruh]” [HR. ath-Thabarani, di dalam alMu‘jam al-Ausath].
Baca juga: Kapan Puasa Ramadhan? Ini Jadwal Puasa Menurut Muhammadiyah, Download Jadwal Imsakiyah untuk Bandung
Baca juga: Niat Puasa Ramadhan dan Doa Buka Puasa, Lengkap dengan Amalan saat Sahur dan Buka Puasa
Dikutip Tribunnews.com dari tulisan DR Marabona Munthe ME Sy, Dosen Universitas Islam Negeri Riau (UIN) Riau, dalam artikelnya Tata Cara Shalat Tarawih di Rumah Berjamaah dan Sendiri-Sendiri, berikut urutan shalat Tarawih:
1. Mengucapkan niat shalat Tarawih sesuai posisinya sebagai imam atau makmum
2. Niat di dalam hati
3. Ketika takbiratul ihram mengucap takbir
4. Saat takbiratul ihram membaca Surat Al-Fatihah
5. Kemudian membaca salah satu surat dalam Al-Qur'an
6. Rukuk
7. I’tidaal
8. Sujud pertama
9. Duduk di antara dua sujud
10. Sujud kedua
11. Duduk istirahat atau duduk sejenak sebelum bangkit untuk mengerjakan rakaat kedua
12. Bangkit dari duduk
13. Mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama
14. Salam pada rakaat kedua (Jika mengikut kepada yang dua rakaat-dua rakaat), lanjut sampat rakaat keempat baru salam (Jika mengikut kepada pendapat yang empat rakaat-empat rakaat).
Shalat Witir
Setelah shalat Tarawih, hendaknya diteruskan melaksanakan shalat Witir, minimal satu rakaat.
Namun, pada umumnya, shalat Witir dikerjakan tiga rakaat dengan dua salam.
Tetapi, diperbolehkan juga jika dikerjakan tiga rakaat dengan satu salam.
Niat Shalat Witir 1 rakaat
اُصَلِّى سُنًّةَ الْوِتْرِرَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًاِللهِ تَعَالَى
Ushallii sunnatal witri rok ‘atan mustaqbilal qiblati adaa’an (ma’muman / imaman) lillaahi ta’alaa
Artinya: “Saya niat sholat witir satu rakaat menghadap qiblat menjadi makmum karena Allah ta’alaa”
Niat Salat Witir 3 rakaat
اُصَلِّى سُنًّةَ الْوِتْرِ ثَلاَثَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اَدَاءً مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
Ushallii sunnatal witri tsalaasa roka’aatin mustaqbilal qiblati adaa’an (ma’muman/imaman) lillaahi ta’alaa
Artinya: “Saya berniat shalat witir tiga rakaat menghadap kiblat menjadi (ma’muman/imaman) karena Allah ta’alaa”
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS/Nuryanti)