Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Para penyiar agama Islam jaman dahulu dipercaya memiliki karomah atau kejadian di luar nalar manusia.
Demikian pula dengan Habib Ahmad bin Alwi Al Haddad atau disebut dengan Habib Kuncung.
Sejumlah karomah ini berasal dari turun temurun keluarga habaib yang didengar oleh Khodim (Penjaga dan Pengurus Makam Habib Kuncung), Muhammad Bagus Hidayatullah.
Ia bercerita bahwa kisah karomah yang paling populer dikenal oleh masyarakat luas adalah kisah kereta api.
Kisah itu berawal saat Habib Kuncung hendak ke Bogor menggunakan kereta.
Baca juga: Dua Pemain Pilar PSS Sleman Absen Saat Hadapi Persib, Dejan Antonic Tak Khawatir
Saat itu, kebanyakan penumpang di dalam kereta berasal dari bangsawan Eropa.
Begitu Haji Kuncung kelahiran pada 1256 Hijriah atau 1840 Masehi ini masuk ke dalam gerbong kereta, seorang kondektur menegur dan melarangnya untuk naik.
"Kamu orang biasa, kamu turun," cerita Bagus.
Usai turun, Habib Kuncung pun pergi. Namun, kereta tak bisa berjalan. Pihak kereta sampai mendatangkan mekanik terbaiknya untuk melihat kerusakan di dalam kereta.
Nyatanya, tidak ada kerusakan apapun di dalam kereta. Bahkan, kondisi kereta masih baik.
Hingga sore hari, kereta tak bisa jalan. Seorang pribumi dari luar kereta kemudian bertanya kepada kondektur. Kondektur akhirnya merasa bahwa kereta tak bisa berjalan lantaran telah mengusir seorang calon penumpang keturunan arab.
Baca juga: Polisi yang Tembak Mati Daunte Wright Didakwa Pembunuhan Tak Berencana Tingkat Dua
Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG Besok, Jumat 16 April 2021: Jakarta Pusat Cerah Berawan dari Pagi Hingga Siang
Pribumi itu menganjurkan kepada pihak kereta untuk mencari orang tersebut sampai ketemu.
Akhirnya, pihak kereta meminta maaf kepada Habib Kuncung. Habib Kuncung akan memaafkannya tetapi dengan satu syarat. Syaratnya ialah pihak kereta memberikan 1.000 Gulden kepadanya.
"Pihak kereta kemudian memberikan duit itu kepada Habib Kuncung. Habib Kuncung menendang kereta itu, lalu seketika bisa berjalan," lanjutnya.
Uang yang diberikan pihak kereta kemudian dibagi-bagikan oleh Habib Kuncung kepada fakir miskin sampai habis tak bersisa.
Makan di tengah Puasa
Ada lagi kisah Habib Kuncung tatkala makan di bulan puasa. Seorang marbot masjid yang melihat Habib Kuncung makan di siang hari lantas menanyakan kepada gurunya, Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas.
"Bib, Afwan minta maaf, kok Habib Ahmad siang-siang makan padahal ini puasa," tanya marbot itu.
Habib Abdullah meminta marbot itu untuk menanyakan langsung kepada Habib Kuncung.
Ketika marbot itu bertanya kepada Habib Kuncung. Ia hanya tersenyum kemudian membuka mulutnya.
"Di dalam mulut beliau terdapatlah lautan di dalamnya. Dan beliau ini ternyata sedang memberi makan ikan. Makanan yang dimasukkan ke dalam mulut untuk diberikan kepada ikan," ceritanya.
Tukang Delman
Habib Kuncung merupakan sosok yang gemar membantu orang yang kesusahan.
Salah satu orang yang pernah dibantunya adalah seorang kusir delman.
Pernah suatu saat, ada seorang kusir delman di masa Hindia Belanda sejak pagi sampai sore tak mendapatkan penumpang.
Ia menawarkan kepada Habib Kuncung yang datang untuk berkeliling dengan delmannya.
"Ia menawari Habib Kuncung menaiki delman itu diajak berputar-putar," ceritanya.
Dalam perjalanan, kusir delman itu mengeluh kepada Habib karena seharian sepi penumpang.
Habib yang mendengarnya meminta kusir itu bersabar.
Setelah diajak berkeliling, Habib Kuncung memberikan sejumlah uang tetapi ditolak oleh kusir itu.
Kusir itu ikhlas mengajak Habib berkeliling dengan delmannya.
Keesokan harinya, ada seorang noni belanda dan suaminya menaiki delman itu.
"Ketika turun, koper penumpang itu ketinggalan. Kusir itu bingung mau dikasih kemana. Akhirnya seharian enggak ada yang nyari. Koper itu dibuka di rumah ternyata isinya duit," pungkasnya.
Kalimat berlafaskan Allah
Suatu ketika, seorang marbot masjid melihat Habib Kuncung sedang bermain suling. Ia kemudian menegur Habib Kuncung. Habib pun hanya tersenyum saja.
Ia yang merasa heran menanyakan kepada gurunya, Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas.
"Bib, kok itu Habib Ahmad (Kuncung) main suling di dalam masjid?"
Habib Abdullah meminta marbot itu melihat lebih dekat Habib Kuncung saat bermain suling.
Habib Abdullah kemudian menunjukkan kepada marbot apa yang keluar dari suling itu.
"Keluar dari suling itu ternyata kalimat la ilaha illallah. Akhirnya marbotnya pingsan melihat itu," ujarnya.
Bagus melanjutkan bahwa cerita ini merupakan turun temurun dari keluarga habaib.
"Banyak lah cerita-cerita lainnya. Ini cerita turun temurun sampai kita dengar sendiri," pungkasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Ini Sebagian Karomah Habib Kuncung di Rawajati: dari Kisah Kereta Api hingga Tukang Delman